Oleh: Mamduh Farhan al-Buhairi
Syubhat: Wahhabi,
jangan membawa nama Sunni untuk menghujat umat lain yang tidak sependapat
dengan pemikiran antum! Wahabi atau Salafi sama saja. Modalnya cuma bisa bahasa
Arab saja! Hanya orang-orang wahabi atau salafi yang doyan makan hadits Abu
Hurairah. Sampai yang tidak mau make hadits Abu Hurairah dianggap sesat. Di NU
ada tradisi tawassul, begitupula di Syi’ah. Jadi masih ada persamaan. Cuma
Wahabi atau Salafi yang tidak memperbolehkan. Beginilah kalau kenalnya cuma
sama Bapak Kucing (Abu Hurairah). Mengapa Abu Hurairah tidak
diganti saja dengan julukan yang lebih baik. Masa orang hebat julukannya lucu.
Katanya sahabat Nabi, tapi kenapa bisa mendapat gelar seperti itu? Ana yakin
itu hanya cerita fiktif dari Wahabi.
Jawab:
Saya sangat senang dengan keterus terangan ini, karena hal itu semakin
memperjelas akhlaq Anda yang sebenarnya di hadapan manusia. Sebagaimana telah
menjadi jelas bagi mereka tentang keyakinan menyimpang Anda terhadap para
sahabat Radhiallahu ‘Anhu.
Saya akan menjawab Anda dengan sesuatu yang tidak Anda
bayangkan, sebuah jawaban yang dengan izin Allah akan mengejutkan Anda. Anda
ingin mengelabui manusia dengan klaim Anda bahwa Syi’ah dan NU itu sama, hanya
karena mereka membolehkan tawassul. Baiklah, pertama, Anda lupa bahwa kami juga
membolehkan tawassul, akan tetapi tawassul yang masyru’, bukan tawassul yang
dilarang (yang tidak ada dalilnya dari al-Qur`an dan sunnah Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam).
Sebenarnya bukan ini masalahanya. Permasalahan yang sesungguhnya
adalah klaim Anda yang mengesankan bahwa Anda sama dengan NU. Maka apakah bisa
kita pahami dengan ungkapan itu bahwa NU melecehkan Abu Hurairah Radhiallahu
‘Anhu sebagaimana Anda dan Syi’ah melecehkannya Radhiallahu ‘Anhu?
Apakah bisa kita pahami bahwa NU mencaci para sahabat Radhiallahu
‘Anhu dan berkeyakinan akan kemurtadan dan kekafiran mereka?
Apakah NU menuduh zina Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha,
dan bahwa dia ada di dalam neraka?
Apakah NU tidak mengakui kekhilafahan Abu Bakar, Umar, dan
‘Utsman?
Apakah NU meyakini para imam syi’ah dan bahwa mereka semua
ma’shum?
Apakah NU meyakini bolehnya nikah mut’ah dan mengamalkannya?
Apakah NU meyakini al-Mahdi al-Muntazhar yang bersembunyi di goa
sejak lebih dari seribu tahun yang lalu?
Apakah NU meyakini kakufuran orang yang tidak mengimani
imam-imam mereka?
Apakah NU meyakini bahwa al-Qur`an ini telah diubah-ubah?
Apakah NU mengikuti madzhab Ja’fari bukan madzhab Syafi’i?
Begitu seterusnya, pertanyaan ini bisa memanjang…! Dan jawabannya sama, TIDAK.
Sekarang para pembaca bisa mengetahui dengan sederhana apakah NU sama dengan
Anda (wahai orang Syi’ah) ataukah tidak?
Adapun pelecehan Anda dan menghina sahabat yang mulia, Abu
Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, maka itu saya hadiahkan kepada saudara-saudara kami
di MUI, biar mereka yang menjawab.
Anda mengklaim bahwa yang memberi nama Abu Hurairah itu adalah
Wahhabi, padahal nama tersebut telah ada 1200 tahun sebelum dakwah Muhammad bin
‘Abdil Wahhab. Dia diberi nama demikian karena dia memiliki seekor kucing kecil
yang menyertainya sejak kecil. Dan adalah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
memanggilnya dengan nama itu. Para sahabat dan tabi’in, serta orang-orang
datang setelah mereka, termasuk di antara mereka adalah Imam syafi’i, dan ulama
ahli hadits, berikut seluruh ulama telah menukil nama tersebut. Maka apakah
mereka semua adalah Wahhabi?! Saya memohonkan hidayah kepada Allah untuk
Anda.
Syubhat:
Shalawat hanya untuk Nabi dan keluarganya saja, tidak berlaku untuk para
sahabat Nabi. Allah memerintahkan untuk bershalawat kepada Nabi dan
keluarganya, bukan shalawat yang terputus model Wahhabi.
Jawab:
Pertama, apakah kebencian Anda kepada para sahabat akan menambah derajat Anda
di sorga?!
Kedua, adapun berkenaan dengan perkara shalawat kepada Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka Anda telah menjerumuskan diri Anda sendiri
pada sebuah kesalahan besar. Anda telah menjadikan seluruh kaum muslimin
Wahhabi, karena shalawat mereka yang terputus menurut Anda.
Kesalahan kedua, bahwa orang yang bershalawat kepada Nabi dengan
shalawat yang terputus adalah Syi’ah itu sendiri, bukan ahlussunnah wal
jama’ah. Anda sekalian hanya bershalawat saja dan tidak bersalam kepada Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sementara Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
memerintahkan di dalam al-Qur`an agar kita bershalawat dan bersalam kepada
beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya
Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang
beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan
kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56)
Pada ayat tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala hanya memerintahkan
kepada orang-orang yang beriman untuk bershalawat dan salam kepada Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam saja. Oleh karena itulah kaum muslimin pada
setiap tempat bershalawat dan salam kepada beliau. Sementara Anda sekalian
hanya bershalawat tanpa salam kepada beliau. Maka tampaklah perselisihan Anda
dengan perintah Allah yang ditujukan kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin.
Adapun klaim Anda, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan
agar kita bershalawat kepada Nabi dan keluarga beliau, maka sesungguhnya saya
bertanya kepada Anda, dimana hal itu disebutkan di dalam al-Qur`an? Kemudian
saya bertanya kepada Anda, dan juga kepada ulama Syi’ah, seandainya keluarga
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berada pada tempat yang berlebihan seperti
itu menurut Anda sekalian, lantas mengapa Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak
berfirman:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ
يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ وَآلِهِ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya
Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi dan
keluarganya. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk
Nabi dan keluarganya serta ucapkanlah salam
penghormatan kepadanya.”?!
Adapun klaim Anda, bahwa tidak boleh bershalwat kepada selain
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka ini menyelisihi nash-nash al-Qur`an
yang mulia dan sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang shahih. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلَائِكَتُهُ
“Dialah yang
bershalawat (memberi rahmat) kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan
untukmu), …”(QS. Al-Ahzab: 43)
Dia Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
أُولَـئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ
“Mereka Itulah
yang mendapat (shalawat) keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka
…” (QS. Al-Baqarah: 157)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم
بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلاَتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ
“Ambillah zakat
dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka dan bershalawatlah (mendoalah) untuk mereka. Sesungguhnya shalawat (doa)
kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.” (QS.
At-Taubah: 103)
Dan telah datang dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan
oleh al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Abi Aufa, dia berkata:
كَانَ النَّبِىُّ إِذَا أَتَاهُ
قَوْمٌ بِصَدَقَتِهِمْ قَالَ « اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى آلِ فُلاَنٍ » . فَأَتَاهُ
أَبِى بِصَدَقَتِهِ ، فَقَالَ « اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى آلِ أَبِى أَوْفَى »
“Adalah Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, jika datang kepada beliau suatu kaum dengan
membawa shadaqah mereka, beliau bersabda, ‘Allahumma shalli ‘ala Ali Fulan (ya
Allah, limpahkanlah rahmat dan keberkahan kepada keluarga Fulan)’. Maka
datanglah bapakku kepada beliau dengan membawa shadaqahnya, maka beliau
bersabda, ‘Allahmumma shalli ‘ala Ali Abi Aufa (Ya Allah limpahkanlah rahmat
dan keberkahan kepada keluarga Abu Aufa)’.(HR. al-Bukhari Muslim)
Dari Jabir bin ‘Abdillah, dia berkata
أَنَّ امْرَأَةً قَالَتْ لِلنَّبِىِّ : صَلِّ عَلَىَّ
وَعَلَى زَوْجِى. فَقَالَ النَّبِىُّ « صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْكِ وَعَلَى زَوْجِكِ
»
‘Bahwasannya ada
seorang wanita berkata kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,
‘Bershalawatlah kepada saya dan suami saya.’ Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda, ‘Shallallahu ‘alaiki wa ‘alaa zaujiki (Mudah-mudahan shalawat
(limpahan rahmat dan keberkahan) Allah tercurah atasmu dan suamimu).’ (HR.
Abu Dawud, ad-Darimi, Ahmad, Ibnu Hibban, dan lainnya dengan sanad shahih)
Syubhat: Jangan
karena kekuasaan dan harta lalu keluarga Nabi diabaikan. Yang paling mengerti
tentang sunnah Nabi adalah keluarga Nabi sendiri, bukan orang lain atau
sahabat. Cinta keluarga Nabi adalah wajib bagi umat Islam. Sahabat hanya
berlaku bagi orang-orang Wahabi fanatik.
Jawab: Anda
dan orang-orang Syi’ah selain Anda telah sampai kepada suatu kebodohan yang
Anda tidak tahu bahwa jika Anda meragukan keadilan dan amanah para sahabat,
maka Anda telah meragukan apa yang telah mereka nukil untuk kita, baik berupa
al-Qur`an maupun sunnah. Jika tidak, maka siapa yang telah mengumpulkan
al-Qur`an, serta menjaga sunnah? Bukankah mereka itu adalah para sahabat
Radhiallahu ‘Anhu? Jadi, akal ini tidak bisa menerima bahwa orang yang kita
ragukan keadilannya akan dapat berbuat amanah terhadap firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala dan sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Kemudian, apa bisa kita pahami dari ucapan Anda bahwa para
sahabat tidak memiliki kedudukan sama sekali bagi kaum muslimin secara umum
termasuk di antara mereka adalah para ulama Indonesia? Anda tidak mengetahui
bahwa dengan klaim tersebut, Anda telah menjadikan seluruh kaum muslimin, sama
saja Indonesia atau selainnya adalah Wahhabi. Bahkan Anda tidak tahu bahwa
Anda, dan pemilik pertanyaan yang lalu telah menampakkan Wahhabi dengan
tampilan yang indah. Yaitu bahwa mereka adalah orang-orang yang mencintai para
sahabat, serta membela mereka dan ummahatul mukminin. Mereka membela al-Qur`an,
menegaskan bahwa al-Qur`an terjaga dari tahrif (perubahan), pengurangan, dan
penambahan. Mereka berpegang teguh dengan sunnah nabi yang shahih. Mereka
memuliakan keempat imam, dan para salafus shalih, ya mereka adalah Wahhabi.
Maka jika setiap orang yang membela sahabat adalah Wahabi menurut Anda, maka
jadilah Imam Syafi’i Rahimahullah, Imam Nawawi Rahimahullah, Imam Ibnu Hajar
Rahimahullah, Imam al-Bukhari Rahimahullah, Imam Muslim Rahimahullah, Imam Ibnu
Katsir Rahimahullah, dan seluruh imam-imam besar selain mereka adalah Wahhabi.
Wahai para pembaca Qiblati yang budiman,
Anda bisa memperhatikan, dari sela-sela penyampaian syubhat
orang-orang Syi’ah tersebut, bahwa itu adalah syubhat-syubhat yang naïf, dan
bahwa pemilik syubhat itu adalah jahil, tidak memiliki walau sedikit ilmu.
Kebodohan mereka terhadap Islam, dan aqidah ahlussunnah telah memudahkan
orang-orang yang menyimpang menanamkan kebencian dan penghinaan kepada para
sahabat di hati mereka.
Mereka pun mengambil manfaat dari kekerdilah akal
mereka, serta menjadikan mereka menghadapi masyarakat dengan pemikiran baru mereka,
sementara mereka bersembunyi di tempat yang gelap dengan tujuan untuk membuat
fitnah di antara umat Islam. Kami memohon kepada Allah, agar menjauhkan kaum
muslimin dari keburukan tersebut, dan mengakhiri akhir kehidupan kita dengan
kebaikan.
Syubhat: Istri
Nabi jahat akan mendapatkan siksa dua kali lipat. Inilah hikmah ibu tiri itu
jahat. Lebih jahat lagi ibu kota perantau. Cintailah ibu kandung (wajib),
kasihan yang punya ibu tiri jahat. Ibu tiri jahat koq dicintai, sementara ibu
kandung dijahati (anak durhaka), cinta buta, lagi mengingkari sejarah.
Jawab:
Inilah satu buah dari sekian buah pengajaran orang-orang syi’ah kepada
generasinya di Indonesia. Inilah buah diizinkannya para mahasiswa untuk belajar
di negeri syi’ah. Inilah buah diizinkannya pencetakan buku-buku kedengkian dan
kebencian. Inilah buah diberikannya kebebasan kepada para da’i syi’ah untuk
menghembuskan racun-racun mereka pada tubuh manusia Indonesia yang berbudi dan
beradab.
Penanya atau
pemilik syubhat yang merana ini, telah menjadi satu korban sebuah dakwah
terorganisir untuk merusak manusia. Dengan satu kilo beras, dua kilo gula,
sedikit minyak dan sejumlah mi isntan atau dengan beasiswa atau modal usaha
atau melancong ke luar negri mereka membeli agama penanya dan banyak yang lain.
Lalu mereka menyia-nyiakan agama dan dunia mereka. Seandainya Anda bertanya
kepada orang seperti penanya ini akan rincian pokok-pokok ajaran ahlussunnah
waljama’ah, dia tidak akan tahu karena kebodohan terhadap agamanya. Hanya saja
dia itu adalah buah dari permusuhan jiwa, dan terabaikannya akal yang telah
berlumut padanya dan lainnya. Hingga sampai pada tingkatan mencaci dan melaknat
para sahabat radhiyallahu ‘anhum. Na’udzu billah min dzalik.
Para penyokong pikiran rusak di Indonesia dan lainnya ini tidak
akan tenang hingga menebarkan kebencian dan permusuhan di antara manusia. Lalu
mereka menyebarkan kerusakan di tengah-tengah umat; mencaci para sahabat,
mengklaim telah dipalsukannya al-Qur`an (ditambah dan dikurangi oleh para
sahabat Nabi), dan menyebarkan perzinaan atas nama kawin mut’ah.
Semua ini mereka lakukan hingga Mahdi al-Muntazhar mereka
keluar, dimana dia tidak akan keluar kecuali setelah tersebarnya kerusakan, dan
kezhaliman di tengah-tengah manusia, menyebarnya kerusakan di umat ini sesuai
dengan periwayatan mereka. Jadi, mereka itu berpahala atas menyebarnya
kerusakan mereka. Maka termasuk kemaslahatan mereka adalah merusak umat, dan
menyia-nyiakannya. Semua itu mereka lakukan agar Mahdi khayalan yang tidak ada
wujudnya- versi mereka- cepat keluar.
Orang seperti penanya (penanggap) yang dungu ini, tidak
mengetahui bahwa ucapannya adalah sebuah kekufuran, dan mengeluarkannya dari
agama, karena dia telah mendustakan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah
mensucikan Ummul Mukminin Aisyah dalam kitab-Nya, dan menjadikannya sebagai
bacaan suci yang dibaca hingga hari kiamat.
Sesungguhnya permasalahan kita, bukanlah bersama orang-orang
sederhana seperti ini, akan tetapi permasalahan kita adalah bersama dengan
orang-orang yang membangun kesesatan dan kekufuran kepada Allah di dalam
akal-akal mereka. Sesungguhnya saya heran, bagaimana kami telah meminta ulama
mereka untuk ikut masuk dalam dialog damai di majalah kita ini, tetapi tidak
ada seorang pun dari mereka yang maju. Yang demikian itu -menururut keyakinan
kami- karena mereka mengetahui bahwa perlawanan mereka terhadap kami adalah
sebuah kerugian. Karena kami adalah ahlul haq dan mereka adalah ahlul batil.
Saya tahu, bahwa tidak ditemukan seorang ulama pun dari mereka
di Indonesia. Yang ada hanyalah orang-orang yang mengaku punya ilmu. Saya
katakan kepada mereka untuk meminta bantuan kepada orang-orang yang mereka
sukai di luar Indonesia, saat itu –dengan izin Allah- kami akan mengobati dada
orang-orang mukmin.
Andai saja orang-orang yang jahil itu berfikir, mengapa
ustadz-ustadz mereka tidak berani untuk mengadakan dialog ilmiah melalui
majalah ini? Demi Allah, yang telah menciptakan langit tanpa tiang, kami akan
membuktikan pada semua orang bahwa mereka tidak memiliki ilmu yang benar.
Terakhir, saya katakan kepada penanya/ pemilik syubhat yang
polos tersebut, carilah orang yang bisa menghadapi kami dalam dialog, kami akan
berterima kasih. (AR)*
Sumber : http://qiblati.com
salam ukhuwah.http://tentarakecilku.blogspot.com/
BalasHapus