Jumat, 14 Februari 2014

Jawaban Syubhat Kristiani dan Syiah


Kekafiran adalah agama yang satu
Oleh: Mamduh Farhan al-Buhairiy
Pada rubrik ini, kami akan membahas syubhat orang Nasrani yang sampai kepada kami, demikian juga syubhat Syi’ah. Kami kumpulkan syubhat-syubhat tersebut secara bersama-sama karena persamaan peyimpangan dan kesesatannya, serta perselisihannya terhadap agama Islam. Kami mulai dengan bantahan terhadap syubhat Nasrani, kemudian bantahan terhadap syubhat Syi’ah.
Syubhat: Assalamu’alaikum, syaikh mamduh yang ana muliakan, ana dapat syubhat dari orang Nasrani, kenapa di dalam al-Qur’an ada ayat yang menggunakan kata-kata “KAMI”; orang pertama dalam bentuk jamak bukan tunggal, berarti benarlah Tuhannya orang Nasrani tentang TRINITAS, Tuhan bapak, anak dan roh kudus? Mohon dijawab agar umat Islam mengetahui jawaban syubhat ini.Jazakallahu khairan. +628***541****
JawabWa’alaikumussalam warahmatullah wabarakatuhu.
Sesungguhnya, termasuk permasalahan terbesar pada syubhat para pendeta Nasrani yang mereka tanamkan kepada akal para pengikutnya adalah bahwa mereka jahil (bodoh) terhadap bahasa Arab. Lalu mereka menerjemahkan ayat-ayat al-Qur`an yang mulia kepada bahasa mereka kemudian mengeluarkan hukum jahil mereka berdasarkan bahasa mereka, bukan berdasarkan kekhususan bahasa, dan lisan Arab. Kemudian orang-orang awam Nasrani menukil kebodohan tersebut dari pendeta-pendeta mereka.
Kata [نَحْنُ], nahnu (kami), dalam bahasa Arab tidak harus bermakna lebih dari satu, karena itu adalah bentuk penghormatan menurut bangsa Arab dalam bahasa mereka. Para Raja dan panglima, saat mereka menetapkan keputusan, maka mereka akan menetapkan keputusan tersebut dengan menyebut kata nahnu (kami), padahal dia hanya satu orang. Akan tetapi kata itu digunakan untuk mengungkapkan pengagungan, dan kedudukan tinggi. Hal tersebut terus berlangsung hingga hari ini pada sebagian pemimpin bangsa Arab. Oleh karena itu, ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan al-Qur`an yang mulia, Dia menurunkannya dengan lisan Arab hingga bangsa Arab kala itu tidak pernah memprotes satu kata atau ayat pun, kerana mereka tahu maksud dari al-Qur`an yang mulia. Mereka hanya menuduh Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan tuduhan-tuduhan, diantaranya adalah tukang sihir, atau gila. Akan tetapi tidak ada seorang pun yang berani menuduhnya tentang ayat-ayat al-Qur`an, karena pengetahuan mereka bahwa ayat-ayat tersebut sesuai dengan bahasa dan lisan mereka.
Jika bangsa Arab menggunakan lafazh nahnu (kami) karena mengagungkan urusan mereka, maka sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala lebih berhak dengan pengagungan itu, dan lebih layak dengannya dari setiap orang. Oleh karena itu, kata nahnu (kami) adalah untuk pengagunan dalam ayat-ayat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berbicara kepada manusia, bukan untuk penggandaan.
Di antara perkara yang menolak kerancuan pemahaman tersebut adalah bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menggunakan bentuk tunggal terhadap hak Dzat-Nya secara nyata, dan berfirman kepada manusia dengan firmanNya Subhanahu wa Ta’ala:
وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ (١٦٣)
Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah (2): 163)
Dan firmanNya:
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (١)
Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa. (QS. al-Ikhlash (112): 1)
Maka yang demikian itu menunjukkan akan kebatilan keyakinan Trinitas, berbeda dengan klaim mereka, mudah-mudahan Allah memberikan hidayah kepada mereka.
Oleh karena itu, sesungguhnya saya menasihatkan kepada setiap orang Nasrani yang mencari kebenaran untuk mempelajari kekhususan bahasa, dan lisan Bangsa Arab yang mereka itu tidak pernah mengingkari perbedaan bentuk pembicaraan dalam al-Qur`an yang mulia, dimana kadang datang dengan bentuk jamak (plural), dan kadang dalam bentuk mufrad (tunggal). Jika para pembesar yang ahli bahasa, fasih dalam berbicara dan bersya’ir di zaman turunnya al-Qur`an tidak pernah walaupun sekali mengingkari (memprotes) macam-macam penggunaan bentuk pembicaraan dalam al-Qur`an yang mulia, maka bagaimana mungkin selain mereka, yang bukan bangsa Arab, juga bukan dari kaum muslimin pada zaman ini mengingkari ragam bentuk pembicaraan al-Qur`an yang mulia?!
------------------------------------------------------------------------------
Syubhat: Assalamu Alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.
Saya pembaca majalah Qiblati dan rubrik yang paling saya sukai adalah yang berkenaan dengan masalah kristenisasi, berhubung saya juga adalah pengajar kristologi di sebuah tadrib ad-duaat di Makassar yang senantiasa mengirim dai-dainya ke daerah misi di wilayah Timur Indonesia.
Saya sering menerima pertanyaan dari pendeta, khususnya mengenai syubhat-syubhat mereka terhadap al-Qur`an. Sementara ini saya sedang menulis buku menjawab pertanyaan para misionaris mengenai keraguan mereka akan ajaran Islam. Ada satu hal yang belum bisa saya jelaskan yakni mereka mengatakan bahwa dalam al-Qur`an juga terdapat pertentangan ayat. Mereka mencontohkan dalam QS. As-Sajadah: 5
“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu”
Menurut misionaris ini bertentangan dengan QS.Al-Maarij: 4
“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun”
Dalam ayat 5 QS. As-Sajadah kadar urusan naik ke langit disebutkan sama dengan 1000 tahun sementara dalam ayat 4 QS. Al-Maarij disebutkan 50.000 tahun. Maka bagaimanakah jawabannya? Saftani Muhammad <*******@yahoo.co.id>‎
Jawab: Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuhu
Pertama, saya sampaikan salam kepada Anda dan para saudara yang bersama Anda atas peran Anda dalam memberikan hidayah kepada manusia, dan menghadapi usaha pemurtadan para misionaris. Mudah-mudahan Allah membalas Anda dengan sebaik-baik balasan.
Sesungguhnya dua ayat tersebut menjelaskan bahwa ukuran sehari di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala ada dua macam.
Macam yang pertama, maka ayat pada surat al-Ma’arij (70) tersebut berbicara tentang kejadian hari kiamat dan kedahsyatannya. Ayat-ayat tersebut berbicara tentang hari kiamat dan kedahsyatannya, dan apa yang terjadi padanya dari kejadian-kejadian besar, dan tanda-tanda kekuasaan yang jelas. Termasuk bagian dari kedahsyatannya adalah panjangnya hari tersebut yang menyamai lima puluh ribu tahun dari tahun dunia. Dan ayat tersebut adalah ayat keempat dari surat al-Ma’arij (70), dimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
سَأَلَ سَائِلٌ بِعَذَابٍ وَاقِعٍ (١) لِلْكَافِرينَ لَيْسَ لَهُ دَافِعٌ (٢) مِنَ اللَّهِ ذِي الْمَعَارِجِ (٣) تَعْرُجُ الْمَلائِكَةُ وَالرُّوحُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ (٤) فَاصْبِرْ صَبْرًا جَمِيلا (٥) إِنَّهُمْ يَرَوْنَهُ بَعِيدًا (٦) وَنَرَاهُ قَرِيبًا (٧)يَوْمَ تَكُونُ السَّمَاءُ كَالْمُهْلِ (٨) وَتَكُونُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ (٩) وَلا يَسْأَلُ حَمِيمٌ حَمِيمًا (١٠)
Seseorang telah meminta kedatangan azab yang akan menimpa, orang-orang kafir, yang tidak seorangpun dapat menolaknya, (yang datang) dari Allah, yang mempunyai tempat-tempat naik. Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun. Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik. Sesungguhnya mereka memandang siksaaan itu jauh (mustahil). Sedangkan Kami memandangnya dekat (mungkin terjadi). Pada hari ketika langit menjadi seperti luluhan perak, dan gunung-gunung menjadi seperti bulu (yang berterbangan), dan tidak ada seorang teman akrab pun menanyakan temannya,..” (QS. Al-Ma’arij (70): 1-10)
Dan yang menunjukkan atasnya adalah hadits Abu Hurairah Radiallahu Anhu, bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
« مَا مِنْ صَاحِبِ ذَهَبٍ وَلَا فِضَّةٍ لَا يُؤَدِّي مِنْهَا حَقَّهَا إِلَّا إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ صُفِّحَتْ لَهُ صَفَائِحُ مِنْ نَارٍ ، فَأُحْمِيَ عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ ، فَيُكْوَى بِهَا جَنْبُهُ وَجَبِينُهُ وَظَهْرُهُ ، كُلَّمَا بَرَدَتْ أُعِيدَتْ لَهُ ، فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ ، حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ الْعِبَادِ فَيَرَى سَبِيلَهُ إِمَّا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِمَّا إِلَى النَّارِ »
“Tidak ada pemilik emas dan perak yang tidak menunaikan darinya haknya, kecuali jika pada hari kiamat akan dilempengkan untuknya lempengan-lempengan dari api neraka, lalu dia dipanggang di atas api neraka Jahannam, kemudian dicoskan ke lambungnya, kening dan punggungnya. Setiap kali menjadi dingin, maka dikembalikan lagi, pada satu hari yang kadarnya adalah lima puluh ribu tahun. Hingga diputuskan antara para hamba lalu dia melihat jalannya, apakah ke sorga ataukah ke neraka.” (HR. Muslim (987))
Ibnu ‘Abbas Radiallahu Anhuma berkata, ‘Ini adalah hari kiamat, Allah menjadikannya atas orang-orang kafir seukuran lima puluh ribu tahun.’ (Diriwayatkan at-Thobariy di Jami’ul Bayan (23/602))
Macam yang kedua; yaitu ayat-ayat yang tidak berbicara tentang panjangnya hari kiamat, akan tetapi berbicara tentang panjangnya hari-hari yang ada di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan ukurannya dibandingkan dengan hari-hari dunia yang kita menghitungnya adalah hari-hari yang Allah mengadakan makhluk, dan mengaturnya, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwa satu hari disisi-Nya setara dengan seribu tahun dari hari-hari kita ini. Hal itu juga datang dalam surat al-Hajj (22), pada ayat ke 47, dimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَيَسْتَعْجِلُونَكَ بِالْعَذَابِ وَلَنْ يُخْلِفَ اللَّهُ وَعْدَهُ وَإِنَّ يَوْمًا عِنْدَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ (٤٧)
Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu menurut perhitunganmu. (QS. Al-Hajj (22): 47)
Juga datang pada surat as-Sajdah (32), pada ayat kelima, dimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يُدَبِّرُ الأمْرَ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الأرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ أَلْفَ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ (٥)
ذَلِكَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ (٦)
Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu yang demikian itu ialah Tuhan yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. (QS. As-Sajdah (32): 5-6)
Dan tampak dengan jelas pada bentuk kedua ayat tersebut bahwa pembicaraan di dalamnya adalah tentang hari-hari Allah yang di dalamnya terdapat penciptaan dan pengaturan-Nya, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menyifatinya dengan menyatakan bahwa ukurannya mencapai seribu tahun dari hari-hari dunia.
Dengan ini, menjadi jelaslah kedua macam bentuk yang lalu dari ayat-ayat tersebut hanyalah berbicara tentang hari-hari yang berbeda, bukan hari-hari yang satu. Maka hari yang ada pada ayat al-Ma’arij (70) adalah hari pada hari kiamat, dan ukurannya adalah lima puluh ribu tahun, adapun hari pada dua ayat surat al-Hajj (22) dan as-Sajdah (32) adalah hari di sisi Allah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala mengurusi berbagai perkara di dalamnya, dan ukurannya adalah seribu tahun.
Dari sini jelas, bahwa tidak ditemukan kontradiksi di antara ayat-ayat tersebut, akan tetapi kontradiksi itu ada pada akal-akal para pendeta Nasrani yang menyangka bahwa al-Qur`an yang mulia seperti kitab-kitab suci mereka yang harus ada kontradiksi sebagian terhadap sebagian yang lain.
------------------------------------------------------------------------------
Syubhat: Assalamu`alaikum. Ustadz saya mau tanya adakah hukum di kristen tentang larangan makan babi, saya pernah dengar katannya ada, untuk menyanggah fitnah teman yang kebetulan kristen, dia selalu tanya “kenapa kalian tidak boleh makan babi”. dan “katanya nabimu dulu senang makan babi sehinga kalian sekarang gak boleh makan,” mohon bantu jawab fitnah ini… wassalamu `alaikum. wr. wb. (IVAN, Batam)
JawabWa’alaikumussalam warahmatullah wabarakatuhu.
Kita tidak boleh memakan babi karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengharamkannya. Allah Sang Pencipta telah memberitahulan bahwa hewan itu najis, tidak halal bagi seorang muslim untuk memakannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قُلْ لا أَجِدُ فِي مَا أُوحِيَ إِلَيَّ مُحَرَّمًا عَلَى طَاعِمٍ يَطْعَمُهُ إِلا أَنْ يَكُونَ مَيْتَةً أَوْ دَمًا مَسْفُوحًا أَوْ لَحْمَ خِنْزِيرٍ فَإِنَّهُ رِجْسٌ
“Katakanlah: “Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi, karena sesungguhnya semua itu najis (kotor)…” (QS. Al-An’am (6): 145)
Tidak disebutkan di dalam syari’at alasan khusus pengharaman daging babi selain firman-Nya: “Karena sesungguhnya itu adalah najis”. Dan najis itu mutlak kepada apa yang dipandang buruk oleh syari’at, dan fitrah yang lurus, dan alasan ini saja sudah cukup.
Terdapat juga alasan umum yang mencakup daging babi dan selainnya dari makanan-makanan yang diharamkan, yaitu firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ
“… dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk …” (QS. Al-A’raf (7): 157)
Maka, segala yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah buruk, dan perkara-perkara yang khabits(kotor, buruk) pada konteks ini adalah apa-apa yang di dalamnya mengandung kerusakan bagi kehidupan manusia dan pada kesehatannya, atau hartanya, atau dalam akhlaknya.
Belum pernah kaum muslimin, pada masa salaf (masa dulu) mengetahui rincian menjijikannya babi, serta alasan pengharamannya. Hingga datang penemuan-penemuan modern yang menemukan bahwa pada babi terdapat faktor-faktor penyakit, serta bakteri-bakteri yang membahayakan. Diantaranya adalah bahwa babi, daging yang dimakan oleh manusia akan melahirkan cacing berbahaya[1] yang benihnya ada di dalam daging babi. Kemudian tumbuh di dalam lambung manusia dengan bentuk yang tidak dapat diobati dengan obat cacing lambung. Bahkan cacing babi itu akan tumbuh di dalam daging manusia dengan bentuk yang kedokteran hingga hari ini belum mampu membebaskan manusia darinya setelah dia tertimpa penyakit itu. Dan itu akan membahayakan kehidupannya. Cacing itu diberi nama Treichine[2], dari sini tampaklah hikmah pengharaman daging babi dalam Islam.
Telah disebutkan di dalam Ensiklopedi Larous Perancis (Larousse Encyclopedia Perancis), bahwa cacing menjijikkan tersebut (Treichine) akan berpindah ke manusia menuju jantung, kemudian berdiam di otot, terutama di dada, kerongkongan, mata, dan diafragma. Kemudian embrionya akan tinggal terlindungi dengan vitalitasnya di dalam tubuh selama bertahun-tahun.
Dan tidak mungkin terpaku pada penemuan ini saja dalam alasan pengharaman, bahkan mungkin ilmu pengetahuan yang telah menemukan penyakit ini pada babi akan menemukan penyakit-penyakit lain di kemudian hari yang sekarang ini kita belum mengetahuinya. Karena itu, tidak akan diterima di dalam Islam pendapat orang yang mengatakan bahwa pemeliharaan babi jinak di masa sekarang dengan cara metode teknis pengawasan dalam pemeliharan, kandang, serta kediamannya mampu memberantas bakteri tersebut. Tatkala kami jelaskan bahwa nash syari’at itu mutlak dalam pengharaman, dan tanpa alasan, maka memungkinkan bahwa terdapat madharat lain bagi Babi yang belum ditemukan, dan ilmu pengetahuan terus menerus berkembang.
Hendaknya diperhatikan juga bahwa jika memungkinkan memelihara babi dengan metode teknik yang bisa menghilangkan penyakit tersebut, pada waktu atau tempat atau banyak tempat dari pusat-pusat peradaban dunia, maka sesungguhnya hal itu tidak mungkin dilakukan pada seluruh penjuru bumi. Dan hukum syar’i wajib sesuai dan cocok untuk seluruh manusia di seluruh tempat. Oleh karena itu, pengharaman tersebut bersifat umum dan menyeluruh; di mana dan kapan saja.
Adapun klaim bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam suka daging babi, maka itu adalah kedustaan yang nyata.
Saya ingin memberikan hadiah kepada orang-orang Nasrani secara umum, sebuah hadiah dari kitab suci mereka tentang kenajisan, dan jijiknya babi ini:
Markus (5:11-13) ‘Adalah di sana di lereng bukit sejumlah besar babi sedang mencari makan, lalu roh-roh itu meminta kepada-Nya, katanya: “Suruhlah kami pindah ke dalam babi-babi itu, biarkanlah kami memasukinya!” Yesus mengabulkan permintaan mereka. Lalu keluarlah roh-roh jahat itu dan memasuki babi-babi itu. Kawanan babi yang kira-kira dua ribu jumlahnya itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau dan mati lemas di dalamnya.’
Lihatlah juga nash-nash lain tentang kotornya babi, dan hinanya para pemeliharanya:
Matius (7:6) “Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu.”
II Petrus (2:22) “Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar ini: “Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.”
Adapun pengharaman babi maka perhatikan Leviticus (11: 4-8) Nevertheless these shall ye not eat of them that chew the cud, or of them that divide the hoof: as the camel, because he cheweth the cud, but divideth not the hoof; he is unclean unto you. And the coney, because he cheweth the cud, but divideth not the hoof; he is unclean unto you. And the hare, because he cheweth the cud, but divideth not the hoof; he is unclean unto you.  And the swine, though he divide the hoof, and be clovenfooted, yet he cheweth not the cud; he is unclean to you. Of their flesh shall ye not eat, and their carcase shall ye not touch; they are unclean to you.[3]
----------------------------------------------------------------------------
Syubhat: Qiblati memang “HEBAT” tolong kupas tuntas agama NASRANI biar dia gak nyari-nyari kelemahan agama kita dan kasih kisah muallaf. Maju terus pantang mundur..!! Faturahman, Madinah
Jawab: Kami berterima kasih kepada Anda atas nasihat ini, dan kami berada di atas jalan kami untuk merealisasikan permintaan tersebut Insyaallah, bersamaan dengan kebutuhan kami terhadap do’a Anda agar Allah memudahkan kepentingan kita ini, sebagaimana kita tidak lupa untuk berdo’a kepada orang Nasrani agar mendapatkan hidayah. Kita sangat berambisi atas hidayah mereka. Kami adalah pembawa rahmat bagi para hamba-Nya, dan kami mendakwahi manusia dengan cara yang terbaik, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita. [*]
--------------------------------------------------------------------------------
Bantahan Terhadap Syubhat Syi’ah
Para pembaca majalah Qiblati tidak mengetahui bahwa sepanjang tahun-tahun yang lalu senantiasa sampai kepada majalah Qiblati banyak sms cacian dari orang-orang Syi’ah untuk kami, para sahabat, ummahatul mukminin dan kepada ahlussunnah wal jama’ah. Kala itu kami tidak membantahnya demi hidayah mereka, akan tetapi setelah mereka berkembang, dan secara terang-terangan menyatakan kekufuran, dan kebinasaan wanita suci Ummul Mukminin ‘Aisyah Radiallahu Anha, maka kami pun memutuskan untuk menerbitkan protes dan syubhat-syubhat mereka yang telah sampai pada bulan-bulan yang lalu, agar manusia mengetahui pikiran-pikiran, dan keyakinan mereka, dan pada hari ini, kami akan menjawab beberapa darinya:
Syubhat: Assalamu’alaikum. Mudah-mudahan majalah Qiblati bersedia membahas soal-soal yang ada dalam mazhab syi’ah secara obyektif sehingga tidak terjebak untuk menciptakan permusuhan dengan sesama muslim, karena kebencian berlebihan itu benar-benar menggelapkan hati dan menghancurkan martabat diri sendiri! (Ibnu Muhammad, Gresik)
JawabWa’alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh.
Sesungguhnya majalah Qiblati telah siap, bukan untuk membahas permasalahan Syi’ah saja, dan ini akan kami lakukan dengan izin Allah, dan dimulai edisi ini. Akan tetapi majalah Qiblati siap untuk berdialog dengan para ulama mereka, agar tidak ada seorang pun yang menuduh bahwa kami tidak membuka kesempatan bagi mereka untuk membantah dan membela aqidah mereka. Maka apakah ada di antara mereka yang berani untuk maju? Saya mengangankannya, dan kami menunggu. Demikian pula kami berharap agar Anda membantu kami untuk menemukan satu orang Syi’ah yang mampu masuk dalam dialog ilmiah, dan bagi Anda segenap ucapan syukur.
-----------------------------------------------------------------------------
Syubhat: Islam itu sangat kaya akan hujjah-hujjah kebenaran yang teramat kokoh dan cemerlang sehingga tidak memerlukan caci maki dan fitnah-fitnah kebencian untuk melemahkan lawan-lawannya. Lalu mengapa ada sekelompok orang yang mengatasnamakan Islam bekerja siang dan malam hanya untuk menista sesama muslim melalui cara-cara keji menjijikkan? Inikah akhlak yang pernah diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam? Apakah majalah Qiblati ingin meniru gaya media-media kafir dajjal yang dengan gampang, tanpa perasaan dan tanpa tanggung jawab telah menjungkir balikkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan? Inna lillah… ya Rabb.
Jawab: Sesungguhnya majalah Qiblati telah disaksikan dengan adab dan kebaikan akhlak serta baiknya perlakuan terhadap orang-orang kafir, maka bagaimana pula perlakuannya terhadap sesama kaum muslimin yang Anda klaim bahwa kami menyibukkan diri untuk mencaci maki mereka, mudah-mudahan Allah memberikan hidayah dan memperbaiki Anda.
Bukanlah Qiblati yang mengikuti jalannya orang-orang kafir dan Dajjal, akan tetapi yang mengikuti jalannya orang-orang kafir dan Dajjal adalah orang yang melaknat dan mengkafirkan para sahabat, serta mencaci maki Ummahatul Mukminin, dan berkeyakinan bahwa al-Qur`an muharraf (diubah-ubah, tidak asli), menuhankan para imam mereka, serta menjadikan mereka memiliki sifat Sang Pencipta, wal’iyadzu billah. Mereka berdo’a kepadanya, selain Allah, serta menghalalkan apa yang diharamkan Allah, dan mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah. Sesungguhnya saya berikan nasihat kepada Anda, agar Anda bisa menemukan orang yang mampu masuk dalam dialog ilmiah bersama majalah Qiblati. Dan Anda akan tahu setelahnya, agama apakah yang Anda ikuti. Kami memohon hidayah kepada Allah untuk Anda.
-------------------------------------------------------------------------------
Syubhat: Mana yang lebih agung, firqah ASWAJA atau dienul Islam?
Jawab: Anda tidak bagus dalam memilih pertanyaan, karena pertanyaan tersebut seharusnya: ‘Kelompok manakah yang mencerminkan agama Islam?’ Maka jawabannya dengan segenap kemudahan: ‘Mereka adalah Ahlussunnah waljama’ah”. Kami memohon hidayah kepada Allah untuk Anda.
---------------------------------------------------------------------------
Syubhat: Sesama muslim tidak boleh mengkafirkan saudaranya karena kalau tuduhannya salah maka tuduhan itu akan kembali kepada orang yang melontarkan tuduhan tersebut.
Jawab: Saya tidak tahu apakah Anda menguasai ucapan Anda ini ataukah Anda berbicara tanpa ilmu dan tanpa pemahaman. Jika tidak, maka siapakah yang telah mengkafirkan Abu Bakar, Umar, ‘Utsman, para sahabat terbaik, dan ummahatul mukminin? Ahlussunnah ataukah Syi’ah? Siapakah yang menghukumi murtadnya mayoritas para sahabat? Ahlussunnah ataukah Syi’ah? Siapakah yang mencaci dan mengkafirkan Ummahatul Mukminin? Ahlussunnah ataukah Syi’ah?
Kemudian, siapakah yang mengkafirkan setiap orang yang tidak beriman dengan imamah (kepemimpinan Ali dan keturunannya)? Al-Majlisi dalam Biharul Anwar (8/366) berkata, ‘Berkata syaikh al-Mufid Qaddasallahu ruhahu, dalam kitab al-Masa`il, ‘Imamiah telah sepakat bahwa orang yang mengingkari keimamahan satu orang dari para imam, dan menolak apa-apa yang diwajibkan oleh Allah baginya, dari kewajiban untuk taat, maka dia kafir sesat berhak kekal dalam api nereka.’ Dia juga berkata pada tempat lain, ‘Imamiah sepakat bahwa seluruh pelaku bid’ah adalah kafir, dan wajib bagi imam untuk meminta mereka bertaubat saat berkuasa setelah mendakwahi mereka dan menegakkan penjelasan atas mereka, jika mereka bertaubat dari bid’ah mereka dan kembali kepada kebenaran (maka  selesai), jika tidak (mau bertaubat), maka dia harus membunuhnya karena kemurtadan mereka dari iman dan bahwa orang yang mati di antara mereka di atas bid’ah itu, maka dia termasuk penghuni neraka.’
Keyakinan tersebut, yaitu bahwa setiap ahlussunnah, dan selain mereka adalah orang-orang kafir, lagi berhak kekal di dalam api neraka. Maka sekarang, siapakah mereka orang-orang yang sesat, dan tukang mengkafirkan? Kami, ahlussunnah, ataukah Syi’ah?
Riwayat ini saya hadiahkan kepada setiap da’i yang mengajak kepada pendekatan dan toleransi terhadap Syi’ah, saya hadiahkan kepada setiap orang yang tidak mengetahui hakikat sebenarnya, saya hadiahkan kepada setiap ulama Indonesia yang mereka semua –menurut syiah- adalah orang-orang kafir, lagi berhak kekal dalam api neraka berdasarkan nash riwayat ini dan riwayat-riwayat yang lain. Bahkan, menurut Syi’ah, bahwa setiap ahlussunnah waljama’ah adalah anak-anak hasil zina sebagaimana ditunjukkan oleh kitab-kitab induk mereka… Kemudian setelah ini, kita akan menemukan orang yang membela agama ini dengan kebodohan. Kami memohon kepada Allah hidayah bagi kami dan juga bagi mereka.
------------------------------------------------------------------------------
Syubhat: Apakah majalah Qiblati merupakan TAKFIRY AGENCY, yang kerjanya suka mengkafir-kafirkan orang-orang Islam yang berbeda pandangan ideologi keagamaan?! Apakah majalah Qiblati benar-benar telah memiliki rumus aqidah islamiah yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah? Jawablah dengan baik jika kalian adalah muslim yang baik! Terima kasih.
Jawab: Pertama, kami menantang Anda untuk menetapkan bahwa majalah Qiblati pernah mengkafirkan satu orang muslim.
Kedua, telah nyata, bahwa pada diri Anda terdapat kelemahan dalam memahami agama ini, rukun, kaidah, dan ushulnya. Karena Anda mengungkapkan bahwa  sekedar mengkafirkan para sahabat, dan ummahatul mukminin serta ucapan al-Qur`an muharraf, keyakinan bahwa orang yang mengingkari imamah adalah kafir serta berhak kekal di dalam api neraka adalah bagian dari masalah khilafiyah yang tidak mengharuskan perpecahan?! Akal dan logika mana yang Anda gunakan?! Kami memohon hidaya bagi kami dan bagi Anda.
------------------------------------------------------------------------------
Syubhat: Siang dan malam laknat Allah turun menimpa komplotan munaafiqiin yang menjadikn Al-Qur`an dan sunnah sebagai topeng! Mereka memfitnah segolongan manusia demi mendapatkan nikmat dunia yang sesaat! Laknatullaahi ‘aladzdzaalimiin! Celakalah manusia yang menjadikan egonya sebagai sesembahan, tetapi lidah dan pena kalian sibuk menjual kalimat-kalimat kebenaran yang bercampur aduk dengan kebatilan fitnah! Adakah majalah Qiblati ingin kembali bernurani? Adakah tahta kemunafikan itu membawa kepada ketenteraman jiwa? Ataukah kejujuran akan segera hadir menghidayahi kru majalah Qiblati? Cukuplah Allah, Rasul dan orang-orang mukmin menjadi saksi!Qul haatuu burhaanakum inkuntum shaadiqiin! Al-Qur`an dan Sunnah tidak salah tapi nalar manhaj kalian yang salah, baik dari sisi tashawwur maupun mishdaqnya. Terbuka terhadap koreksi bukanlah hina (Ibnu Muhammad, Gresik)
Jawab: Kami hargai kemarahan Anda karena terbitanya majalah Qiblati edisi 12 tahun kelima yang telah mengungkap skandal kalian, dan tidak diragukan lagi bahwa skandal tersebut telah menjelaskan kepada manusia apa yang mereka inginkan untuk disembunyikan. Saya akan mengesampingkan segala ungkapan buruk Anda, karena pengetahuan saya, bahwa Anda bukan hanya bodoh terhadap aqidah ahlussunnah waljama’ah, namun juga bodoh terhadap aqidah Syi’ah. Jika tidak, maka argumentasi Anda dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (١١١)
“Katakanlah: “Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar”.” (QS. Al-Baqarah (2): 111) adalah sebuah kebaikan dari Anda, oleh karena itulah kami memohon kepada Anda untuk memberikan bukti Anda dari al-Qur`an yang mulia dengan nash muhkam (pasti) atas kewilayahan Ali dan para imam setelahnya?!!
Kami memohon kepada Anda untuk memberikan kepada kami satu saja dalil muhkam dari al-Qur`an yang mulia akan kafirnya ‘Aisyah Radiallahu Anha??!!
Kami memohon kepada Anda untuk memberikan kepada kami satu saja dalil muhkam dari al-Qur`an yang mulia akan kafirnya Abu Bakar, Umar, Utsman, dan sahabat-sahabat yang lain Radiallahu Anhu??!!
Kami memohon kepada Anda untuk memberikan kepada kami satu saja dalil muhkam dari al-Qur`an yang mulia bahwa orang yang mengingkari imamah adalah kafir?!
Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan memanjang, hanya saja kami mencukupkan diri dengan keempat pertanyaan ini, seandainya Anda mampu, dan juga seluruh ulama Anda di Indonesia, atau yang lainnya untuk menjawab satu saja dari pertanyaan tersebut maka saya akan mengumumkan ke-Syi’ah-an saya, dan waktunya terserah Anda.
Jawaban atas satu pertanyaan dari pertanyaan ini akan menjelaskan kepada manusia apa sebenarnya manhaj kalian, dan apa manhaj Qiblati. Maka janganlah cemas hakikat itu akan tersingkap. Dan pasti akan tersingkap sekalipun setelah beberapa masa, sekalipun hakikat kalian mulai tersingkap bagi manusia, dan ini adalah sebuah karunia dari Allah.
---------------------------------------------------------------------------
Syubhat: Allah merahmati orang-orang mukmin (termasuk para sahabat yang benar-benar beriman dan ridho atas ketetapan-ketetapan Allah dan RasulNya) yang mencintai Nabi dan Ahlul Baitnya yang suci. Allah merahmati setiap mukmin yang berlepas diri dari musuh-musuh Ahlul Bait. Allah, Rasulullah dan Ahlul Baitnya serta orang-orang Mukmin melaknati siapa saja yang menyelisihi RISALAH SUCI MANUSIA-MANUSIA PILIHAN YANG SUCI.   Memuja / mema`shumkan / mengkultuskan sahabat-sahabat yang bermasalah adalah buah dari pemikiran sesat yang membodohi diri sendiri dan orang lain! Aqidah yang sahih adalah aqidah yang dapat memberikan pencerahan pemikiran! Bukan dogma-dogma irrasional yang membawa manusia ke ruang-ruang gelap kebenaran palsu (..yukhrijuhum minan-nuuri ilazhzhulumaat!)
Jawab: Sesungguhnya tipuan Anda kepada manusia tidak akan terus berjalan lama, topeng yang Anda sekalian pakai atas nama cinta kepada ahlul bait adalah pada dasarnya dalam rangka mencaci para sahabat Radiallahu Anhu, sebagaimana jelas pada ucapan Anda. Juga dalam rangka mencaci kehormatan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan al-Qur`an yang mulia.
Permasalahannya bukanlah pada kecintaan kepada ahlul bait, karena kami semua mencintai mereka, akan tetapi permasalahannya adalah kedustaan atas nama mereka, serta penciptaan riwayat palsu atas nama mereka, serta penciptaan agama baru atas nama mereka.
Biarlah kami sekarang menerima, bahwa Syi’ah adalah orang yang mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya, dan bahwa ahlussunnah yang mengeluarkan manusia dari cahaya kepada kegelapan. Maka jika perkara itu demikian, kami ingin jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini:
Apakah Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menurunkan agamanya untuk menjadi hidayah bagi seluruh manusia ataukan agama yang diwarisi oleh AliRadiallahu Anhu dan keturunannya setelahnya, kemudian bersembunyi bersama imam kedua belas –Al-Mahdi al-Muntazhar yang diklaim- di goa itu?!
Siapakah yang mengumpulkan al-Qur`an yang mulia, para sahabat Radiallahu Anhu ataukah ahlul bait?!
Siapakah yang berdalil dengan al-Qur`an yang mulia atas aqidahnya, ahlussunnah, ataukah Syi’ah?!
Jika Anda mengatakan Syi’ah, bahwa merekalah yang mengambil dalil atas aqidah-aqidah mereka dari al-Qur`an yang mulia, maka kami memohon agar Anda memberikan satu saja dalil muhkam dari al-Qur`an yang mulia tentang kema’shuman para imam, tentang kedua belas nama itu sebagai imam, dan tentang kekuasaan mereka untuk berbuat di alam semesta ini?!
Bersamaan dengan pengetahuan saya akan ketidakmampuan Anda untuk menjawab, sekalipun atas satu pertanyaan dari pertanyaan-pertanyaan ini, maka saya akan umumkan ke-Syi’ah-an saya seandainya ada satu orang dari ulama Anda sekalian yang mampu menjawab satu pertanyaan itu saja.
---------------------------------------------------------------------------
Syubhat: Syiah asli, syiah imam 12, takkan terguncang oleh  skandal sex kawin mut’ah, bukan Rasul yang mengharam-haramkan mut’ah, bagaimana dengan sekandal sek kholid bin walid dimasa Abu Bakar, Abu Bakar dan Umar berselisih di dalam menghakimi. (kritikan) +6281***86****
Jawab: Saya hadiahkan pertanyaan Anda ini kepada setiap ulama, dan mereka yang bertanggung jawab di Indonesia, agar mereka mengetahui tabiat dakwah Syi’ah di negeri mereka yang berdiri di atas pengajaran doktrin manusia untuk mencaci makhluk Allah yang terbaik setelah para Nabi, dan mereka adalah para sahabat Radiallahu Anhu, maka merekapun menuduh seorang sahabat yang mulia dengan tuduhan zina,wal’iyadzubillah. Maka apakah Anda semua ridha dengan ini wahai ulama Indonesia, para kyai, dan para ustadz?!!
------------------------------------------------------------------------------
Syubhat: Ahlaq Aisyah + Hafsah Q.S.66:3,4,5[4]. Di masa Imam Ali, Aisyah naik onta memerangi Imam Ali, dalam peperangan pasti ada yang kafir Q.S.2:253[5]. Adillah dalam menyebar berita. +6281***86****
Jawab: Kami hadiahkan juga ucapan Anda ini kepada para pembaca majalah Qiblati, juga kepada seluruh kaum muslimin secara umum di Indonesia, agar mereka mengetahui hakikat aqidah kalian yang rusak, juga kesesatan Anda sekalian yang nyata. Anda telah memutuskan dua perkara gawat yang dengan keduanya, orang-orang sesat telah melalaikan Anda karena sibuk dengan kebodohan dan sedikitnya ilmu Anda.
Pertama, Anda mengatakan bahwa ‘Aisyah Radiallahu Anha yang Anda tidak mengucapkan radhiyallahu anhakepadanya, telah keluar untuk memerangi Ali Radiallahu Anhu. Maka ini tidak benar, karena dia keluar untuk mendamaikan dua kelompok yang bertikai dengan sifatnya sebagai Ummul Mukminin. Dan keluarnya beliau kala itu adalah dengan permintaan sejumlah para sahabat, karena pengetahuan mereka akan penghormatan seluruh kaum muslimin kepadanya. Seandainya Anda menguasai sedikit ilmu, pastilah Anda akan mengetahui bahwa beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak akan keluar untuk membunuh ‘Ali Radiallahu Anhu, atau lainnya. Karena dia keluar tanpa pengawalan pasukan mana pun. Dimana beliau keluar dengan disertai sejumlah para sahabat –mudah-mudahan Allah meridhai mereka semua, dengan tujuan perdamaian dan menyelesaikan fitnah. Kami memohon kepada Allah hidayah bagi kami dan Anda.
Kedua; Anda memutuskan bahwa berdasarkan keluarnya ‘Aisyah untuk memerangi ‘Ali Radiallahu Anhu mengharuskan salah satu di antara keduanya kafir, dan Anda menyimpulkan bahwa ‘Aisyah Radiallahu Anha kafir, wal’iyadzubillah. Ini adalah sebuah kebodohan dari Anda, juga dari orang-orang Syi’ah terhadap al-Qur`an yang mulia. Karena tidaklah dua pihak yang berperang mengharuskan salah satu dari pihak itu kafir berdasarkan nash al-Qur`an yang mulia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا
“dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! …” (QS. Al-Hujurat (49): 9)
Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menamakan dua kelompok yang berperang adalah orang-orang mukmin.
Termasuk juga tidak mungkin bagi Anda untuk menjadikan Ali Radiallahu Anhu sebagai orang kafir, maka pastilah, dengan kandungan ucapan Anda ingin menadikan ‘Aisyah Radiallahu Anha adalah wanita kafir,wal’iyadzu billah. Dan ini adalah sebuah hadiah juga, yang kami berikan kepada para penanggung jawab, dan para ulama di Indonesia, agar mereka bisa melihat diri mereka, bagaimana Anda mengkafirkan Ummul Mukminin, istri sang kekasih, penghulu kami, Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam di negeri mereka. Kami menginginkan bagi setiap orang yang cemburu untuk mengetahui hakikat dakwah kaum yang menggunakan semboyan cinta kepada ahlul bait demi menyebarkan kebencian terhadap para sahabat di antara manusia. Maka apakah Anda sekalian ridha dengan yang demikian wahai umat Islam Indonesia, sementara  Anda sekalian dikenal dengan kecintaan kalian kepada seluruh para sahabat Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan Ummahatul Mukminin?!!
Adapun ayat yang Anda berdalil dengannya atas kekufuran salah satu dari keduanya, maka itu bukan pada tempatnya. Saya tidak tahu apakah Anda memahami bahasa Arab ataukah tidak.
Sesungguhnya tafsir ayat yang Anda jadikan sebagai dalil adalah bahwa seandainya Allah menginginkan, maka umat-umat yang telah datang setelah para Rasul itu tidak akan berperang, setelah datang hujjah yang terang, dan bukti yang jelas, yang datang bersama Rasul-rasul mereka. Seandainya Allah Subhanahu wa Ta’ala mau, mereka tidak akan bertikai, tidak akan berselisih, dan tidak akan berperang. Pastilah Allah menjadikan mereka sepakat untuk mengikuti para rasul. Akan tetapi Allah tidak menghendaki hidayah mereka, karena perselisihan mereka dalam agama, dan terpecahnya madzhab dan hawa nafsu mereka. Maka di antara mereka ada yang tetap di atas keimanan, di antara mereka ada yang menentang lagi kufur. Seandainya Allah menghendaki, pastilah akan menjadikan manusia seperti tabiat para malaikat, tidak bertikai dan tidak akan berperang. Akan tetapi Allah adalah Dzat Yang Maha Hakim (Bijaksana), Dia melakukan apa yang di dalamnya ada maslahat, semua itu berdasarkan Qadha` dan Qodar Allah. Dialah Dzat yang kuasa untuk berbuat apa yang Dia kehendaki.
Jadi, bisa diperhatikan dari tafsir tersebut, bahwa perkara itu berkaitan dengan keimanan. Biar bagaimanapun, Anda telah meletakkan ayat tersebut pada yang bukan tempatnya, dan itu bukanlah suatu yang aneh, memang demikianlah ulama-ulama sesat, menyesatkan para pengikutnya seperti Anda, dan membuat mereka lalai. Maka menjadilah manusia itu musuh dirinya sendiri tanpa dia sadari. Kami memohon kepada Allah hidayah bagi kami dan Anda. (AR)*

[1] Cacing pita yang hidup pada babi (T solium), panjang 2-7 meter bisa menular dan hidup dalam pembuluh darah manusia, dalam usus manusia. Bila menyebar ke otak, bisa mematikan.
[2] Itu hanya salah satu dari penyakit akibat babi. Diketahui bahwa Babi adalah sarang bakteri, virus dan penyakit:
  1. influenza (flu babi)
  2. Balantidium Dysentery
  3. Fasciolopsis Buski
  4. Taenia Solium (cacing pita)
  5. Ascaris (ular perut)
  6. Trichinella Spiralis
  7. Zoonoses
[3] Namun perhatikanlah distorsi penerjemahan pada edisi Terjemahan Resmi: ‘Tetapi inilah yang tidak boleh kamu makan dari yang memamah biak atau dari yang berkuku belah: unta, karena memang memamah biak, tetapi tidak berkuku belah; haram itu bagimu. Juga pelanduk, karena memang memamah biak, tetapi tidak berkuku belah; haram itu bagimu. Juga kelinci, karena memang memamah biak, tetapi tidak berkuku belah, haram itu bagimu. Demikian juga babi hutan, karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu. Daging binatang-binatang itu janganlah kamu makan dan bangkainya janganlah kamu sentuh; haram semuanya itu bagimu.’ (Imamat 11: 4-8)
Terjemahan inipun dimentahkan dengan terjemahan bahasa sehari-hari: Jangan makan babi. Binatang itu haram, karena walaupun kukunya terbelah, ia tidak memamah biak.’ (Imamat: 11:7)
[4] Yaitu firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
وَإِذْ أَسَرَّ النَّبِيُّ إِلَى بَعْضِ أَزْوَاجِهِ حَدِيثًا فَلَمَّا نَبَّأَتْ بِهِ وَأَظْهَرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ عَرَّفَ بَعْضَهُ وَأَعْرَضَ عَنْ بَعْضٍ فَلَمَّا نَبَّأَهَا بِهِ قَالَتْ مَنْ أَنْبَأَكَ هَذَا قَالَ نَبَّأَنِيَ الْعَلِيمُ الْخَبِيرُ (٣)إِنْ تَتُوبَا إِلَى اللَّهِ فَقَدْ صَغَتْ قُلُوبُكُمَا وَإِنْ تَظَاهَرَا عَلَيْهِ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ مَوْلاهُ وَجِبْرِيلُ وَصَالِحُ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمَلائِكَةُ بَعْدَ ذَلِكَ ظَهِيرٌ (٤)
“Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang isterinya (Hafsah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafsah) menceritakan Peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan hal itu (pembicaraan Hafsah dan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafsah). Maka tatkala (Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafsah dan Aisyah) lalu (Hafsah) bertanya: “Siapakah yang telah memberitahukan hal ini kepadamu?” Nabi menjawab: “Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah yang Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan); dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula. jika Nabi menceraikan kamu, boleh Jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan.” (QS. At-Tahrim (66): 3-4)
[5] Yaitu firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ مِنْهُمْ مَنْ كَلَّمَ اللَّهُ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَاتٍ وَآتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلَ الَّذِينَ مِنْ بَعْدِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَلَكِنِ اخْتَلَفُوا فَمِنْهُمْ مَنْ آمَنَ وَمِنْهُمْ مَنْ كَفَرَ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلُوا وَلَكِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ (٢٥٣)
“Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat. dan Kami berikan kepada Isa putera Maryam beberapa mukjizat serta Kami perkuat Dia dengan Ruhul Qudus. dan kalau Allah menghendaki, niscaya tidaklah berbunuh-bunuhan orang-orang (yang datang) sesudah Rasul-rasul itu, sesudah datang kepada mereka beberapa macam keterangan, akan tetapi mereka berselisih, maka ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) di antara mereka yang kafir. Seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya.” (QS. Al-Baqarah (2): 253).

0 komentar:

Posting Komentar