“Dan Kami panggil dia, “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah
membenarkan mimpi itu.” Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan
kepada orang-orang yang berbuat baik.”(Q.s. Ash Shaaffaat: 104-105)
=====
Ia
pemuda biasa. Lahir dari keluarga miskin lagi pengungsi. Ia bermimpi
untuk melawan kezhaliman yang mencakar koyak wajah bumi para Nabi, tanah
kelahirannya, sejak pertengahan abad lalu. Suatu hari masih dalam
sengatan mimpinya, ia bersama teman-temannya membuat sebuah acara kemah
ketangkasan di Pantai Gaza. Dan dari sanalah kisah menakjubkan itu
dimulai.Di akhir acara mereka berlomba, mereka saling adu ketahanan.
Siapa bisa melakukan Hand-stand, berdiri dengan kepala dalam jangka
waktu terlama, dialah sang pemenang. Sang pemenang berhak digendong
bergantian dalam perjalanan pulang.
Tiap menit, satu demi
satu peserta menyerah. Lalu tinggallah dia sendiri, pemuda itu. Dia
masih bertumpu di atas kepalanya bahkan sampai beberapa jam kemudian!
Gila! Teman-temannya berseru-seru. Tapi ia tak beranjak. Wajahnya
dicobakan untuk tetap tersenyum. Hingga pada satu titik waktu, ia tak
tahan lagi. Serasa ada yang meledak di kepalanya. Lalu ia jatuh.
Sayangnya saat mencoba bangkit, ia limbung. Ia jatuh lagi. Dan kakinya
sulit digerakkan, bahkan serasa tak mampu menahan berat tubuhnya. Hari
itu, usianya baru enam belas tahun. Dan perkenalkan, nama pemuda itu
adalah.. Ahmad Yasin.Ia lumpuh di usia remajanya. Tapi mimpinya tak ikut
lumpuh. Mimpi itu tetap menyala. Bahkan kian berkobar. Dengan
kelumpuhan ia memilih untuk menjadi guru agama Islam di sebuah sekolah
dasar. Dan Karena mimpi-mimpinya yang menjulang, murid-muridnya
tersengat.
Konon,
tiap kali ia mengajarkan sesuatu, murid-muridnya bak kerasukan. Mereka
begitu bersemangat mengamalkan apa yang dikatakannya.Suatu hari
disinggungnya tentang sholat malam. Maka paginya para wali murid
memprotes pihak sekolah karena anak-anak mereka jadi begadang semalaman
menantikan sepertiga malam terakhir untuk sholat. Suatu hari,
disinggungnya pula tentang puasa sunnah. Maka para orang tua pun
kelabakan karena hari-hari barikutnya anak-anak mereka yang masih kecil
memboikot sarapan pagi dan makan siang untuk berpuasa. Padahal musim
panas begitu dahsyat dengan siang panjang bermandikan matahari.Duhai
kekuatan apakah itu, yang ada pada guru lumpuh itu? Itulah kekuatan
jiwa. Begitu kokohnya ia hingga jasad yang rapuh itu bagaikan matahari,
bersinar meledakkan. Bertahun-tahun dia di penjara Israel, sampai
manusia pun bertanya apa bahayanya orang tua yang lumpuh penyakitan ini?
Dokter-dokter di penjara Israel hampir-hampir menganggapnya
laboratorium hidup, karena hari tak berganti tanpa bertambahnya jenis
penyakit di tubuh sang singa yang berkursi roda.
Inilah
laleki yang ditakuti Israel. Bukan yang seperti Rambo. Bukan yang
badannya sekekar Ade Rai. Hanya seorang lelaki lumpuh berkursi roda yang
bicara pun terbata-bata. Suaranya juga kecil hampir kehabisan bunyi.
Tapi kekuatan jiwanya itulah, jiwa yang dipenuhi mimpi, kayakinan pada
janji Ilahi, membuatnya begitu perkasa, begitu berwibawa di hadapan
jutaan pasukan bersenjata lengkap berkendara lapis baja. Perkenalkan,
namanya Ahmad Yasin..
Peran antagonis dari kisah Ahmad
Yasin adalah seorang wartawan Yahudi asal Austria, Theodor Herzl. Di
tahun 1898 dia berkata “Hari ini aku proklamirkan negara Israel, mereka
boleh saja tertawa, tetapi selambat-lambatnya 50 tahun lagi, mereka yang
mengabdi untuk Zionis-lah yang akan tertawa.” meski bejat mimpinya
terhujam lekat, meski keji mimpinya terbukti, dan benar sekali 50 tahun
kemudian Israel berdiri (14 Mei 1948). Negara itu segera diserang oleh
tentara Arab dari Mesir, Suriah, Lebanon, Irak, dan Transjordan
(Yordania) – yang dikenal sebagai Liga Arab. Pada tahun 1949, Israel
mengalahkan Liga Arab dan memperluas wilayahnya sendiri.
Meski
begitu, pemimpi hanya bisa dilawan oleh pemimpi yang lain, Ahmad Yasin
membuktikan sepak terjangnya agar mulut tawa para Zionis tidak terlalu
lebar terbuka. dan kita saksikan benturan itu kian melekat di Hati ummat
Muslim saat ini, karena mereka mengenangnya penuh cinta.
Saat langit berwarna merah saga
Dan kerikil perkasa berlarian
Meluncur laksana puluhan peluru
Terbang bersama teriakan takbir.
–Shoutul Harokah: Merah Saga-
Inspired by “Jalan Cinta para Pejuang”_Salim A. Fillah