Jumat, 09 Oktober 2020

Getar Hati Para Pemimpi

Filled under:



“Dan Kami panggil dia, “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu.” Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”(Q.s. Ash Shaaffaat: 104-105)

=====

Ia pemuda biasa. Lahir dari keluarga miskin lagi pengungsi. Ia bermimpi untuk melawan kezhaliman yang mencakar koyak wajah bumi para Nabi, tanah kelahirannya, sejak pertengahan abad lalu. Suatu hari masih dalam sengatan mimpinya, ia bersama teman-temannya membuat sebuah acara kemah ketangkasan di Pantai Gaza. Dan dari sanalah kisah menakjubkan itu dimulai.Di akhir acara mereka berlomba, mereka saling adu ketahanan. Siapa bisa melakukan Hand-stand, berdiri dengan kepala dalam jangka waktu terlama, dialah sang pemenang. Sang pemenang berhak digendong bergantian dalam perjalanan pulang.

Tiap menit, satu demi satu peserta menyerah. Lalu tinggallah dia sendiri, pemuda itu. Dia masih bertumpu di atas kepalanya bahkan sampai beberapa jam kemudian! Gila! Teman-temannya berseru-seru. Tapi ia tak beranjak. Wajahnya dicobakan untuk tetap tersenyum. Hingga pada satu titik waktu, ia tak tahan lagi. Serasa ada yang meledak di kepalanya. Lalu ia jatuh. Sayangnya saat mencoba bangkit, ia limbung. Ia jatuh lagi. Dan kakinya sulit digerakkan, bahkan serasa tak mampu menahan berat tubuhnya. Hari itu, usianya baru enam belas tahun. Dan perkenalkan, nama pemuda itu adalah.. Ahmad Yasin.Ia lumpuh di usia remajanya. Tapi mimpinya tak ikut lumpuh. Mimpi itu tetap menyala. Bahkan kian berkobar. Dengan kelumpuhan ia memilih untuk menjadi guru agama Islam di sebuah sekolah dasar. Dan Karena mimpi-mimpinya yang menjulang, murid-muridnya tersengat.


Konon, tiap kali ia mengajarkan sesuatu, murid-muridnya bak kerasukan. Mereka begitu bersemangat mengamalkan apa yang dikatakannya.Suatu hari disinggungnya tentang sholat malam. Maka paginya para wali murid memprotes pihak sekolah karena anak-anak mereka jadi begadang semalaman menantikan sepertiga malam terakhir untuk sholat. Suatu hari, disinggungnya pula tentang puasa sunnah. Maka para orang tua pun kelabakan karena hari-hari barikutnya anak-anak mereka yang masih kecil memboikot sarapan pagi dan makan siang untuk berpuasa. Padahal musim panas begitu dahsyat dengan siang panjang bermandikan matahari.Duhai kekuatan apakah itu, yang ada pada guru lumpuh itu? Itulah kekuatan jiwa. Begitu kokohnya ia hingga jasad yang rapuh itu bagaikan matahari, bersinar meledakkan. Bertahun-tahun dia di penjara Israel, sampai manusia pun bertanya apa bahayanya orang tua yang lumpuh penyakitan ini? Dokter-dokter di penjara Israel hampir-hampir menganggapnya laboratorium hidup, karena hari tak berganti tanpa bertambahnya jenis penyakit di tubuh sang singa yang berkursi roda.

Inilah laleki yang ditakuti Israel. Bukan yang seperti Rambo. Bukan yang badannya sekekar Ade Rai. Hanya seorang lelaki lumpuh berkursi roda yang bicara pun terbata-bata. Suaranya juga kecil hampir kehabisan bunyi. Tapi kekuatan jiwanya itulah, jiwa yang dipenuhi mimpi, kayakinan pada janji Ilahi, membuatnya begitu perkasa, begitu berwibawa di hadapan jutaan pasukan bersenjata lengkap berkendara lapis baja. Perkenalkan, namanya Ahmad Yasin..

Peran antagonis dari kisah Ahmad Yasin adalah seorang wartawan Yahudi asal Austria, Theodor Herzl. Di tahun 1898 dia berkata “Hari ini aku proklamirkan negara Israel, mereka boleh saja tertawa, tetapi selambat-lambatnya 50 tahun lagi, mereka yang mengabdi untuk Zionis-lah yang akan tertawa.” meski bejat mimpinya terhujam lekat, meski keji mimpinya terbukti, dan benar sekali 50 tahun kemudian Israel berdiri (14 Mei 1948). Negara itu segera diserang oleh tentara Arab dari Mesir, Suriah, Lebanon, Irak, dan Transjordan (Yordania) – yang dikenal sebagai Liga Arab. Pada tahun 1949, Israel mengalahkan Liga Arab dan memperluas wilayahnya sendiri.

Meski begitu, pemimpi hanya bisa dilawan oleh pemimpi yang lain, Ahmad Yasin membuktikan sepak terjangnya agar mulut tawa para Zionis tidak terlalu lebar terbuka. dan kita saksikan benturan itu kian melekat di Hati ummat Muslim saat ini, karena mereka mengenangnya penuh cinta.

Saat langit berwarna merah saga
Dan kerikil perkasa berlarian
Meluncur laksana puluhan peluru
Terbang bersama teriakan takbir.

–Shoutul Harokah: Merah Saga-

Inspired by “Jalan Cinta para Pejuang”_Salim A. Fillah

Posted By Dzaky Moebarak19.57