Bantahan Syubhat Syi’ah
Oleh: Mamduh Farhan al-Buhairi
Syubhat Syiah: Sesungguhnya kebencian sebagian sahabat kepada ahlul bait telah
diketahui dan terkenal. Mereka telah memaksa manusia untuk membaiat Abu Bakar
-Radhiallahu ‘Anhu-. Dan saat ‘Ali ‘alaihissalam menolak membaiat khalifah
kalian, Abu Bakar, maka diapun mengutus ‘Umar kepadanya, kemudian dia mengetuk
pintu rumah Fathimah. Dan setelah pintu itu dibuka, maka Umar menghantam dan
memukulnya dengan cambuk, mematahkan tulang rusuknya, dan menggugurkan janinnya
karena Umar membuka pintu dengan keras hingga masuklah paku pintu ke dada
Fathimah setelah Umar menekan pintu yang padanya terdapat paku di atas Fathimah
dengan keras. Dan seandainya janinnya hidup, maka namanya adalah Muhsin, akan
tetapi Umar telah membunuhnya dalam seburuk-buruk rupa. Kemudian setelah itu,
dia mengikat seutas tali, lalu menyeret Fathimah di belakangnya, berteriak
histeris dan menampari mukanya, sementara al-Hasan dan al-Husain menangis.
Dengan cara inilah, dia memaksa ‘Ali untuk membaiat Abu Bakar. Kemudian Umar
membakar rumah Fathimah ‘alaihassalam yang bekas pukulan cambuk masih membekas
pada tubuhnya hingga dia wafat. Inilah Umar yang kalian selalu mengucapkan
radhiyallahu anhu padanya?!!
Bantahan Kami: La haula wala quwwata
illah billah.
Sesungguhnya syubhat ini, seandainya para produser film ingin mengeluarkan film
seperti ini, mereka tidak akan mampu mengeluarkan film dengan rupa seperti ini.
Orang-orang Majusi benar-benar ahli dalam membuat-buat kedustaan dan tahayul
seperti ini, sebagaimana kebiasaan mereka.
Bantahan syubhat ini, sebagaimana kami telah membiasakan para pembaca kami yang
mulia adalah bukti akan kebatilan agama Majusi yang mereka menasabkannya dengan
nama Islam secara dusta dan klaim kecintaan kepada ahlul bait secara zhalim yang
nyata. Mereka, pada dasarnya membenci Islam dan ahlul bait yang mereka
memanipulasi (mengadakan penipuan) dengan nama mereka. Untuk Anda sekalian,
kami hadirkan beberapa poin penting, yang akan membatalkan syubhat ini dengan
logika dan nalar, kemudian dengan ilmu dan riwayat.
Bagian pertama; bantahan dengan
logika dan akal.
1. Tampak dalam syubhat ini, kebencian orang-orang Majusi kepada ahlul bait,
dan bahwa penipuan mereka dengan klaim kecintaan kepada mereka tiada lain
hanyalah sebagai sarana untuk merealisasikan tujuan-tujuan mereka; yang
diantaranya adalah merusak Islam, serta memecah barisan kaum muslimin.
Mereka menjadikan ‘Ali Radhiallahu ‘Anhu tampak dalam kisah ini sebagai orang
yang paling pengecut. Maka seorang laki-laki sederhana pada desa manapun di
Indonesia tidak akan pernah menerima perbuatan melampaui batas ini terhadap
istri dan rumahnya di hadapan matanya, lalu mendiamkan kejahatan ini, serta
tidak menampakkan pembelaan apapun sekalipun hanya sekedar usaha. Maka
bagaimana dengan ‘Ali Radhiallahu ‘Anhu, seorang ksatria dan pahlawan yang
perkasa, dan seorang pemberani yang tidak pernah gentar dan ciut nyali di
hadapan siapapun?!
Syi’ah, saat mereka ingin mengangkat kedudukan Ali Radhiallahu ‘Anhu, maka
mereka mengangkatnya. Dan saat mereka ingin merendahkannya, maka mereka pun
tidak bisa menahan diri darinya. Sungguh mereka telah berlebihan padanya,
mereka mengangkat kedudukannya hingga pada tingkat mengklaim bahwa orang-orang
musyrik korban perang Badar, separuh dari mereka telah dibunuh oleh para
malaikat, dan separuh lagi dibunuh oleh ‘Ali seorang diri. Maksudnya adalah
tidak ada bagi para sahabat Radhiallahu ‘Anhum peran apapun dalam peperangan
ini?! Saya tidak tahu mengapa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para
sahabat pergi ke peperangan tersebut selama para malaikat dan ‘Ali Radhiallahu
‘Anhu yang akan mengalahkan kaum musyrikin?!
Mereka mengklaim, bahwa diantara kekuatan ‘Ali adalah dia mengangkat sebuah
pintu dalam peperangan Khaibar lalu menjadikannya sebagai perisai baginya, dan
setelah selesainya peperangan, tujuh puluh orang laki-laki dari kalangan para
sahabat tidak mampu mengangkatnya!
Syi’ah berkeyakinan bahwa ada seorang malaikat yang disebut Ridhwan menyeru
dari langit,
لاَ سَيْفَ إِلاَّ ذُوْ
الْفِقَارِ وَلاَ فَتىَ إِلاَّ عَلِيٌّ
‘Tidak ada pedang melainkan Dzul
Fiqar, dan tidak ada pemuda melainkan ‘Ali.’
Oleh karena itulah Syi’ah berkeyakinan bahwa seandainya tidak ada jihad ‘Ali,
maka pastilah para sahabat berada dalam lipatan keterlupaan, dan alam kealpaan.
Bersamaan dengan seluruh kepahlawanan
Ali Radhiallahu ‘Anhu yang disebut dalam kitab-kitab kaum syiah tersebut,
kini mereka menjadikannya sebagai seorang pengecut di hadapan seorang ‘Umar
Radhiallahu ‘Anhu yang telah berbuat melampaui batas terhadap rumah dan kehormatannya;
mencabik kehormatan istrinya dengan memukulnya, mematahkan tulang rusuknya, dan
membunuh janinnya, membakar rumahnya, kemudian mengeluarkannya dalam keadaan
terhina lalu menyeretnya agar membaiat Abu Bakar dengan kekuatan paksaan?! Maka
di manakah keberanian ‘Ali Radhiallahu ‘Anhu bersembunyi di hadapan ‘Umar yang
keberanian Ali itu dikukuhkan dari langit, dan dia juga ma’shum sesuai dengan
keyakinan Syi’ah yang menyimpang itu?!
Bukanlah hal baru dan asing, penghinaan Syi’ah terhadap ‘Ali Radhiallahu ‘Anhu.
Cukuplah kita menyebut bahwa al-Qummiy; tokoh besar ahli tafsir al-Qur`an bagi
orang syi’ah telah mensifati Ali Radhiallahu ‘Anhu pada juz pertama hal 35
dengan sifat nyamuk! Yaitu pada saat menafsiri firman Allah Subhanahu wa
Ta’ala:
إِنَّ اللَّهَ لا يَسْتَحْيِي
أَنْ يَضْرِبَ مَثَلا مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا
“Sesungguhnya Allah tiada segan
membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu…” (QS.
al-Baqarah (2): 26)
Maka pembesar ulama Syi’ah tidak menemukan kecuali Ali Radhiallahu ‘Anhu, dan
menjadikannya sebagai serangga yang dimaksud dalam ayat ini, wal’iyadzu billah.
Para ulama Syi’ah lupa bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memuliakan Bani
Adam, maksudnya adalah jenis manusia secara umum, termasuk di antara golongan
mereka adalah orang-orang kafir, maka bagaimana dengan seorang penghulu dan
para penghulu kaum muslimin?! Ini adalah sebuah contoh, dari contoh-contoh
kecintaan Syi’ah kepada ahlul bait. Saya mengirimkannya sebagai hadiah kepada
orang-orang yang tertipu oleh mereka!
2. Berdasarkan
asumsi keshahihan riwayat, maka di manakah perginya klaim Syi’ah bahwa ‘Ali
mengetahui ilmu ghaib sebagaimana disebutkan dalam kitab-kitab mereka; maka
mengapa dia tidak memberikan peringatan kepada Fathimah akan kedatangan Umar,
lalu pergi dengannya atau bersiap-siap untuknya?!
3. Bagaimana seorang berakal
mempercayai kejadian ini, sementara dia melihat diamnya manusia terhadap
kejadian itu pada zaman tersebut, dan tidak adanya pengingkaran dari mereka
atas kejahatan ini yang tidak layak dilakukan terhadap kedudukan ahlul bait dan
putri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam? Terutama bahwa memukul wanita
termasuk perkara yang mendatangkan aib pada bangsa Arab. Oleh karena itulah Abu
Jahal yang musyrik merasa sangat malu dan menyesal akan pemukulannya terhadap
Asma` binti Abi Bakar Radhiallahu ‘Anhuma, setelah para pembesar Makkah dan
tokohnya mencelanya. Dan sebagian musuhnya terus mencelanya karena perbuatannya
itu. Maka mengapa tidak ada seorangpun yang mencela Umar karena memukul
Fathimah, mematahkan tulang rusuknya, menggugurkan kandungannya, dan membakar
rumahnya? Jika memukul seorang wanita tergolong sebagai tempat cacian dan aib
di masa jahiliyah, maka bagaimana pula setelah keIslaman para sahabat, dan
pendidikan Islam bagi mereka?!
4. Berdasarkan asumsi keshahihan
riwayat yang menampakkan ‘Ali dengan sifat kelemahan dan orang yang ketakutan
yang tidak memberikan pembelaan kepada putri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam, maka di manakah ahlul bait yang lain? Maka mengapa mereka tidak membela
putri nabi mereka Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam?! Maka apakah masuk akal mereka
semua sepakat untuk bersikap rendah dan pengecut?! Jadi, itu adalah satu bentuk
penghinaan dari sekian bentuk penghinaan Syi’ah terhadap ahlul bait. Maka
kapankah orang-orang yang lalai itu terbangun dari kelalaian?! Ini adalah
sebuah dalil dari sekian dalil akan kebatilan kisah dusta ini.
5. Sungguh Syi’ah telah menjadikan
Ali Radhiallahu ‘Anhu -berdasarkan konsekuensi riwayat ini -sebagai orang yang
tidak layak menjadi khalifah kaum muslimin, lebih-lebih lagi sebagai seorang
imam. Dikarenakan orang yang tidak mampu melindungi istri dan janinnya tidak
sah untuk menjadi seorang khalifah, dan tidak ada hak baginya untuk diminta
menjadi khalifah. Maka siapakah yang akan membaiat seorang khalifah pengecut
seperti ini?! Dan sesungguhnya baiat kaum muslimin bagi Ali Radhiallahu ‘Anhu
sebagai khalifah adalah sebuah dalil terbesar atas kebatilan riwayat yang
didustakan ini. Dan sesungguhnya musibah yang besar adalah bahwa sebagian
kitab-kitab Syi’ah seperti kitab al-Imamah was Siyasah juz I hal. 12 telah
menetapkan bahwa perbuatan melampaui batas atas rumah Fathimah telah terjadi
lebih dari sekali!
6. Perhatikanlah satu bagian penting
dalam riwayat tersebut yaitu saat Fathimah Radhiallahu ‘Anha membuka pintu;
sebagaimana Anda sekalian ketahui bahwa rumah-rumah para sahabat tempo dulu
sangat kecil; terutama rumah-rumah orang-orang faqir yang ‘Ali Radhiallahu
‘Anhu termasuk dari mereka; rumah yang mengibaratkan satu kamar saja. Maka
bagaimana ‘Ali meninggalkan Fathimah membuka pintu sementara dia berada pada
kamar kecil yang sama. Maka ini termasuk perkara yang menafikan kecemburuan dan
perlindungan; terutama riwayat-riwayat Syi’ah telah menyebutkan bahwa Fathimah
membuka pintu tersebut setelah dia mengetahui bahwa pengetuk pintu adalah ‘Umar
Radhiallahu ‘Anhu. Maka kami tidak akan menerima sedikitpun dari hal ini bagi
diri kami sementara kami adalah manusia awam, lalu bagaimana Syi’ah menerimanya
untuk ‘Ali Radhiallahu ‘Anhu sementara dia adalah seorang penghulu dari
penghulu-penghulu kaum muslimin?!
Bagian kedua; Bantahan dengan
ilmu riwayat.
1. Telah disebutkan dalam syubhat tersebut, sebagaimana Anda ikuti, bahwa
Fathimah Radhiallahu ‘Anha telah membuka pintu, dan Umar, termasuk yang dia
lakukan terhadap Fathimah bahwa dia menekan pintu di atas Fathimah hingga
menjadikan pakunya masuk (menancap) ke dalam dadanya dan mematahkan tulang
rusuknya…
Baiklah, kami faham wahai Syi’ah…!
Akan tetapi apa pendapat kalian, bahwa rumah ‘Ali Radhiallahu ‘Anhu tidak
berpintu? Dan ini adalah dengan nash kitab-kitab kalian. Telah disebutkan dalam
kitab Manaqibu Ali Abi Thalib (II/336), ‘Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu
berkata,
نَحْنُ آلُ الْبَيْتِ لاَ
سُقُوْفَ وَلاَ أَبْوَابَ لِبُيُوْتِنَا، وَلَكِنَّنَا نَسْتُرُ أَنْفُسَنَا
بِالْجَرِيْدِ
“Kami Alul Bait, tidak ada atap, dan
tidak juga pintu bagi rumah-rumah kami, akan tetapi kami menutupi diri-diri
kami dengan pelepah korma.”
Demikian juga riwayat ini datang dalam banyak sumber rujukan Syi’ah;
diantaranya adalah Biharul Anwar juz 38 hal. 167, juga dalam Hilyatul Abrar
milik Hasyim al-Bahraniy juz II hal. 359. Juga dalam kitab Hayatu Amiril
Mukminin oleh Muhammad Muhammadiyan juz II hal 239, dan sumber-sumber rujukan
lain.
Jadi, menjadi jelas dengan dalil tersebut akan kontradiksi Syi’ah dan kedustaan
mereka setelah menjadi jelas bahwa tidak ditemukan sebuah pintu bagi rumah ‘Ali
dengan pengakuan mereka selain pelepah korma, yang fungsinya hanyalah untuk
menutupi, bukan melindungi; di mana hal ini termasuk perkara yang menjadikan
kemustahilan masuknya paku, bahkan ketetapannya di tempatnya juga menjadi
mustahil saat ditekan, yang demikian itu karena kerapuhan pelepah korma.
2. Disebutkan
dalam syubhat tersebut Fathimah keguguran Janinnya; Muhsin akibat paku yang
diklaim masuk ke tubuh Fathimah, dan juga pukulan Umar kepadanya…
Baiklah, kami faham wahai Syi’ah…!
Akan tetapi apa pendapat kalian dengan apa yang datang dalam sumber-sumber
rujukan kalian seperti kitab al-Aamaliy oleh as-Shaduq hal. 99-101, dan Biharul
Anwar juz 28 hal. 37-39, juz 43 hal 172-173, Irsyadul Qulub hal 295, Jala`ul
‘Uyun Juz 2 hal 186-188, Kitabu sulain bin Qais (dengan tahqiq al-Anshariy) Juz
2 hal 907, dan banyak sumber rujukan lain yang telah meriwayatkan hadits Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang beliau bersabda kepada Fathimah Radhiallahu
‘Anha:
إِنَّكِ أَوَّلُ مَنْ
يَلْحَقُنِيْ مِنْ أَهْلِ بَيْتِيْ
“Sesungguhnya Engkau adalah orang
pertama yang menyusulku dari ahlul baitku.”
Demikian juga hadits ini telah diriwayatkan dari sumber-sumber ahlussunnah.
Sekarang jika Muhsin adalah orang pertama yang mati dari ahlul bait, maka
bukankah nubuwat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam (berita dari
rasulullah) tidak terbukti (meleset/salah)? Dengan yakin tidak, karena kematian
Muhsin setelah kematian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ini
bertentangan dengan nubuwat (kejadian akan datang yang diberitakan oleh Nabi)
ini, karena dia menjadi orang pertama yang menyusul Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam setelah kematian beliau, bukan putri beliau; Fathimah Radhiallahu ‘Anha,
sebagaimana yang telah diberitakan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam!
Maka bagaimana Muhsin mati sebelum ibunya; Fathimah Radhiallahu ‘Anha?
Sementara nubuwat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan faidah bahwa
orang pertama dari ahlul bait beliau yang menyusul beliau adalah Fathimah
Radhiallahu ‘Anha?!
Kami dengan ini menjadikan syi’ah berada dalam kesulitan besar, maka wajib atas
mereka untuk memilih salah satu dari dua perkara; boleh jadi bahwa nubuwat Nabi
kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak benar -wal’iyadzu billah-
atau bahwa kisah pemukulan terhadap Fathimah Radhiallahu ‘Anha, dan pengguguran
janinnya adalah sebuah kisah dusta yang murni dibuat-buat.
Sesungguhnya saya, dengan pengetahuan saya akan akal-akal Syi’ah yang
menyimpang lebih menguatkan bahwa para pendeta mereka akan memilih pilihan yang
kedua, karena tidak penting bagi mereka nubuwat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam jika dibanding dengan kadar kepentingan mereka terhadap terusnya
kedengkian dan kebencian antara para sahabat dan ahlul bait. Syi’ah, tidak
penting bagi mereka berapa harga yang akan mereka bayar dalam mencela para
sahabat, sekalian harga tersebut adalah berupa perbuatan buruk terhadap ahlul
bait, yang penting bahwa mereka bisa merealisasikan tujuan-tujuan majusi
mereka. Walaa haula walaa quwwata illa billah.
3. Atas dasar asumsi
keshahihan riwayat tersebut; bagaimana mungkin ‘Ali Radhiallahu ‘Anhu
menikahkan putrinya; Ummu Kultsum untuk ‘Umar bin al-Khaththab Radhiallahu
‘Anhu, sementara Ummu Kultsum adalah putri Fathimah Radhiallahu ‘Anha?!
Apakah masuk akal Ummu Kultsum ridha dan menikah dengan orang yang telah
membunuh saudaranya, dan yang menghinakan ayah dan ibunya?!
Bagaimana mungkin al-Hasan dan al-Husain menerima pernikahan ini sementara Umar
adalah pembunuh saudara keduanya yaitu Muhsin, sekaligus orang yang menghinakan
ayah dan ibu mereka, terutama sekali bahwa keduanya menyaksikan sendiri
penghinaan yang menimpa ibu dan ayah mereka?!
Dengan sedikit berfikir, akal akan sampai pada penolakan kisah bikinan ini.
akan tetapi barangkali Allah Subhanahu wa Ta’ala menginginkan kisah ini terus
berlanjut agar menjadi sebuah dalil dan saksi bahwa syi’ah tidak punya akal.
4. Atas dasar asumsi keshahihan
riwayat ini, maka bagaimana ‘Ali Radhiallahu ‘Anhu memberi nama salah seorang
putranya dengan nama ‘Umar sementara Umar adalah pembunuh putranya?
Demikian juga al-Hasan memberi nama putranya dengan nama Umar, maka bagaimana
al-Hasan memberi nama putranya dengan nama ini sementara dia adalah pembunuh
saudaranya, penghina ibu dan ayahnya? Demikian juga ‘Ali Zainul ‘Abidin, juga
Musa al-Kazhim, keduanya memberi nama kedua putra mereka dengan nama ‘Umar, dan
banyak lagi keturunan Ahlul bait selain mereka.
Ini adalah sebuah bukti atas adanya saling cinta di antara ahlul bait dan ‘Umar
Radhiallahu ‘Anhum yang hal itu menggelisahkan Syi’ah. Di mana mereka tidak
menginginkan kecuali hubungan di antara mereka berada di atas perkara terburuk
yang ada dengan menyebarkan kisah bikinan seperti ini. Dan sepanjang terdapat
orang-orang lalai (yang bisa dimanfaatkan) dan membenarkannya, maka mengapa
riwayat rusak seperti ini tidak tersebar?!
5. Dan demi amanah ilmiah, saya akan
menukilkan penolakan salah seorang ulama Syi’ah, yaitu Muhammad Husain Ali
Kasyif al-Ghitha terhadap kisah ini. Dia berkata, “Akan tetapi kejadian
pemukulan az-Zahra`, dan penamparan pipinya, termasuk perkara yang hati dan
akal ku hampir-hampir tidak bisa menerimanya, dan perasaanku pun tidak bisa
puas dengannya. Dikarenakan kaum (bangsa Arab) merasa malu dan tidak ingin
mengotori tangannya dengan kelancangan besar ini.
Bahkan karakter bangsa Arab
dan kebiasaan Jahiliyah yang disoroti oleh Syariat Islam, dan ditambah
penguatan dan penegasannya adalah melarang dengan keras pemukulan terhadap
seorang wanita, atau mengganggunya. Hingga sebagian perkataan Amirul Mukminin
yang maknanya adalah, ‘Bahwa seorang laki-laki di masa jahiliyah, jika dia
memukul seorang wanita, maka aib itu akan terus ada pada leher dan
keturunannya…” (Jannatul Ma`wa, hal. 135)
Meskipun ini adalah salah seorang tokoh mereka dalam kesesatan, tetapi Syi’ah
menolak ucapannya. Mereka terus dalam kesesatan hingga masa kita ini. Dan bukti
terbesar atas yang demikian adalah pengkafiran ulama Syi’ah terhadap salah
seorang ulama mereka pada masa ini, yaitu as-Sayyid Muhammad Husain Fadhlullah
yang wafat pada 2010 M karena penolakannya terhadap kisah bikinan ini.
Ini
berarti bahwa Syi’ah berpegang teguh dengan keshahihan riwayat palsu ini!
Ketika Syi’ah menuduh Ali Radhiallahu ‘Anhu dengan sifat pengecut, itu karena
mereka sendiri adalah makhluk Allah yang paling pengecut. Maka saya dari
majalah Qiblati menantang orang-orang Syi’ah di dunia secara umum untuk
mengajukan kepada kami seorang pahlawan Syi’ah, atau seorang mujahid yang telah
berjihad dalam sebuah peperangan, atau salah satu futuhat (penaklukan) sebuah
negeri di jalan Allah! Agama Syi’ah, tidak mencetak para pahlawan, akan tetapi
hanya mencetak laki-laki yang menyerupai wanita, yang memukuli diri mereka
sendiri, menampari pipi-pipi mereka dalam bentuk penyimpangan fitrah yang
terburuk. Jika Syi’ah takut menghadapi majalah Qiblati, maka bagaimana mungkin
di tengah-tengah mereka terdapat para pahlawan yang menaklukkan berbagai
negeri di jalan Allah, wahai kaum muslimin?!
Setelah bantahan ini, bantahan yang
selaras dengan sebuah pembahasan ilmiah ringkas, saya berikan kesimpulan bahwa
syubhat ini menjelaskan dengan bukti konkrit bahwa Agama Syi’ah adalah agama
menyimpang, yang berdiri di atas pondasi penanaman kebencian dan permusuhan di
antara ahlul bait dan para sahabat Nabi. Yang demikian itu demi memecah belah kaum
muslimin, serta membelah barisan dan persatuan mereka demi melaksanakan
langkah-langkah para pendiri mereka; seorang Yahudi; yaitu ‘Abdullah bin Saba`.
Maka selamat bagi mereka dengan peletak dasar agama mereka, selamat bagi kami
dengan peletak dasar agama kami; Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Maka cukuplah bagi setiap orang yang berakal untuk mengambil kesimpulan setelah
bantahan atas syubhat ini, bahwa agama syi’ah adalah batil, dan tidak mungkin
tinggal kecuali dengan membuat keragu-raguan terhadap para sahabat. Sungguh,
termasuk aib membiarkan orang-orang seperti mereka untuk mempermainkan
orang-orang awam kaum muslimin dan orang-orang bodoh mereka demi merusak agama
mereka dengan menanamkan syubhat seperti ini di tengah-tenah mereka, untuk
merealisasikan tujuan-tujuan kotor yang diantaranya adalah menggugurkan
kewibawaan para sahabat dan ummahatul mukminin dari hati-hati mereka.
Meskipun kami mulai kehilangan angan-angan dengan orang yang mampu menghadapi
kami dari golongan Syi’ah, tetapi kami menawarkan tawaran baru bagi setiap
tokoh Syi’ah yang mengumumkan kesiapannya untuk menerima dialog, yaitu bahwa
majalah Qiblati akan menanggung biaya perjalanan, tempat tinggal, dan konsumsi.
Jika mereka ahlul haq (yang berada di atas kebenaran), dan kami ahlul bathil
(di atas kebatilan), maka mengapa tidak ada seorang pun dari tokoh mereka yang
maju untuk berdialog ilmiah?!
Maaf, wahai Amirul mukminin, atas kedustaan syiah ini… maaf wahai orang kedua
yang diberitakan masuk sorga… maaf wahai suami putri Fathimah… maaf wahai orang
yang ‘Ali Radhiallahu ‘Anhu mencintaimu, dan rujukan-rujukan Syi’ah telah
menjadi saksi atas ucapan-ucapan terindahnya tentangmu… maaf wahai penakluk
negeri Persia… maaf wahai orang yang lebih mendahulukan nafkah ahlul bait atas
keluargamu sendiri… maaf wahai orang yang ahlul bait memberi nama putra-putra
mereka dengan namamu karena kecintaan mereka kepadamu…
Kami memohon kepada Allah agar menjadikan kami sebagai duri dalam kerongkongan
setiap orang yang membuat keburukan kepada Islam dan kaum muslimin. (AR)*
Sumber : http://qiblati.com
0 komentar:
Posting Komentar