Senin, 17 Februari 2014

Jawaban Syubhat Syiah (10)



Bantahan Syubhat Syi’ah
Oleh: Mamduh Farhan al-Buhairi

Syubhat Syiah: Sesungguhnya kebencian sebagian sahabat kepada ahlul bait telah diketahui dan terkenal. Mereka telah memaksa manusia untuk membaiat Abu Bakar -Radhiallahu ‘Anhu-. Dan saat ‘Ali ‘alaihissalam menolak membaiat khalifah kalian, Abu Bakar, maka diapun mengutus ‘Umar kepadanya, kemudian dia mengetuk pintu rumah Fathimah. Dan setelah pintu itu dibuka, maka Umar menghantam dan memukulnya dengan cambuk, mematahkan tulang rusuknya, dan menggugurkan janinnya karena Umar membuka pintu dengan keras hingga masuklah paku pintu ke dada Fathimah setelah Umar menekan pintu yang padanya terdapat paku di atas Fathimah dengan keras. Dan seandainya janinnya hidup, maka namanya adalah Muhsin, akan tetapi Umar telah membunuhnya dalam seburuk-buruk rupa. Kemudian setelah itu, dia mengikat seutas tali, lalu menyeret Fathimah di belakangnya, berteriak histeris dan menampari mukanya, sementara al-Hasan dan al-Husain menangis. Dengan cara inilah, dia memaksa ‘Ali untuk membaiat Abu Bakar. Kemudian Umar membakar rumah Fathimah ‘alaihassalam yang bekas pukulan cambuk masih membekas pada tubuhnya hingga dia wafat. Inilah Umar yang kalian selalu mengucapkan radhiyallahu anhu padanya?!!

Bantahan Kami: La haula wala quwwata illah billah.

Sesungguhnya syubhat ini, seandainya para produser film ingin mengeluarkan film seperti ini, mereka tidak akan mampu mengeluarkan film dengan rupa seperti ini. Orang-orang Majusi benar-benar ahli dalam membuat-buat kedustaan dan tahayul seperti ini, sebagaimana kebiasaan mereka.

Bantahan syubhat ini, sebagaimana kami telah membiasakan para pembaca kami yang mulia adalah bukti akan kebatilan agama Majusi yang mereka menasabkannya dengan nama Islam secara dusta dan klaim kecintaan kepada ahlul bait secara zhalim yang nyata. Mereka, pada dasarnya membenci Islam dan ahlul bait yang mereka memanipulasi (mengadakan penipuan) dengan nama mereka. Untuk Anda sekalian, kami hadirkan beberapa poin penting, yang akan membatalkan syubhat ini dengan logika dan nalar, kemudian dengan ilmu dan riwayat.

Bagian pertama; bantahan dengan logika dan akal.
1. Tampak dalam syubhat ini, kebencian orang-orang Majusi kepada ahlul bait, dan bahwa penipuan mereka dengan klaim kecintaan kepada mereka tiada lain hanyalah sebagai sarana untuk merealisasikan tujuan-tujuan mereka; yang diantaranya adalah merusak Islam, serta memecah barisan kaum muslimin.

Mereka menjadikan ‘Ali Radhiallahu ‘Anhu tampak dalam kisah ini sebagai orang yang paling pengecut. Maka seorang laki-laki sederhana pada desa manapun di Indonesia tidak akan pernah menerima perbuatan melampaui batas ini terhadap istri dan rumahnya di hadapan matanya, lalu mendiamkan kejahatan ini, serta tidak menampakkan pembelaan apapun sekalipun hanya sekedar usaha. Maka bagaimana dengan ‘Ali Radhiallahu ‘Anhu, seorang ksatria dan pahlawan yang perkasa, dan seorang pemberani yang tidak pernah gentar dan ciut nyali di hadapan siapapun?!

Syi’ah, saat mereka ingin mengangkat kedudukan Ali Radhiallahu ‘Anhu, maka mereka mengangkatnya. Dan saat mereka ingin merendahkannya, maka mereka pun tidak bisa menahan diri darinya. Sungguh mereka telah berlebihan padanya, mereka mengangkat kedudukannya hingga pada tingkat mengklaim bahwa orang-orang musyrik korban perang Badar, separuh dari mereka telah dibunuh oleh para malaikat, dan separuh lagi dibunuh oleh ‘Ali seorang diri. Maksudnya adalah tidak ada bagi para sahabat Radhiallahu ‘Anhum peran apapun dalam peperangan ini?! Saya tidak tahu mengapa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para sahabat pergi ke peperangan tersebut selama para malaikat dan ‘Ali Radhiallahu ‘Anhu yang akan mengalahkan kaum musyrikin?!

Mereka mengklaim, bahwa diantara kekuatan ‘Ali adalah dia mengangkat sebuah pintu dalam peperangan Khaibar lalu menjadikannya sebagai perisai baginya, dan setelah selesainya peperangan, tujuh puluh orang laki-laki dari kalangan para sahabat tidak mampu mengangkatnya!

Syi’ah berkeyakinan bahwa ada seorang malaikat yang disebut Ridhwan menyeru dari langit,


لاَ سَيْفَ إِلاَّ ذُوْ الْفِقَارِ وَلاَ فَتىَ إِلاَّ عَلِيٌّ
‘Tidak ada pedang melainkan Dzul Fiqar, dan tidak ada pemuda melainkan ‘Ali.’
Oleh karena itulah Syi’ah berkeyakinan bahwa seandainya tidak ada jihad ‘Ali, maka pastilah para sahabat berada dalam lipatan keterlupaan, dan alam kealpaan.

Bersamaan dengan seluruh kepahlawanan Ali Radhiallahu ‘Anhu yang disebut  dalam kitab-kitab kaum syiah tersebut, kini mereka menjadikannya sebagai seorang pengecut di hadapan seorang ‘Umar Radhiallahu ‘Anhu yang telah berbuat melampaui batas terhadap rumah dan kehormatannya; mencabik kehormatan istrinya dengan memukulnya, mematahkan tulang rusuknya, dan membunuh janinnya, membakar rumahnya, kemudian mengeluarkannya dalam keadaan terhina lalu menyeretnya agar membaiat Abu Bakar dengan kekuatan paksaan?! Maka di manakah keberanian ‘Ali Radhiallahu ‘Anhu bersembunyi di hadapan ‘Umar yang keberanian Ali itu dikukuhkan dari langit, dan dia juga ma’shum sesuai dengan keyakinan Syi’ah yang menyimpang itu?!

Bukanlah hal baru dan asing, penghinaan Syi’ah terhadap ‘Ali Radhiallahu ‘Anhu. Cukuplah kita menyebut bahwa al-Qummiy; tokoh besar ahli tafsir al-Qur`an bagi orang syi’ah telah mensifati Ali Radhiallahu ‘Anhu pada juz pertama hal 35 dengan sifat nyamuk! Yaitu pada saat menafsiri firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

إِنَّ اللَّهَ لا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلا مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا
“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu…” (QS. al-Baqarah (2): 26)

Maka pembesar ulama Syi’ah tidak menemukan kecuali Ali Radhiallahu ‘Anhu, dan menjadikannya sebagai serangga yang dimaksud dalam ayat ini, wal’iyadzu billah. Para ulama Syi’ah lupa bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memuliakan Bani Adam, maksudnya adalah jenis manusia secara umum, termasuk di antara golongan mereka adalah orang-orang kafir, maka bagaimana dengan seorang penghulu dan para penghulu kaum muslimin?! Ini adalah sebuah contoh, dari contoh-contoh kecintaan Syi’ah kepada ahlul bait. Saya mengirimkannya sebagai hadiah kepada orang-orang yang tertipu oleh mereka!

2. Berdasarkan asumsi keshahihan riwayat, maka di manakah perginya klaim Syi’ah bahwa ‘Ali mengetahui ilmu ghaib sebagaimana disebutkan dalam kitab-kitab mereka; maka mengapa dia tidak memberikan peringatan kepada Fathimah akan kedatangan Umar, lalu pergi dengannya atau bersiap-siap untuknya?!
3. Bagaimana seorang berakal mempercayai kejadian ini, sementara dia melihat diamnya manusia terhadap kejadian itu pada zaman tersebut, dan tidak adanya pengingkaran dari mereka atas kejahatan ini yang tidak layak dilakukan terhadap kedudukan ahlul bait dan putri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam? Terutama bahwa memukul wanita termasuk perkara yang mendatangkan aib pada bangsa Arab. Oleh karena itulah Abu Jahal yang musyrik merasa sangat malu dan menyesal akan pemukulannya terhadap Asma` binti Abi Bakar Radhiallahu ‘Anhuma, setelah para pembesar Makkah dan tokohnya mencelanya. Dan sebagian musuhnya terus mencelanya karena perbuatannya itu. Maka mengapa tidak ada seorangpun yang mencela Umar karena memukul Fathimah, mematahkan tulang rusuknya, menggugurkan kandungannya, dan membakar rumahnya? Jika memukul seorang wanita tergolong sebagai tempat cacian dan aib di masa jahiliyah, maka bagaimana pula setelah keIslaman para sahabat, dan pendidikan Islam bagi mereka?!
4. Berdasarkan asumsi keshahihan riwayat yang menampakkan ‘Ali dengan sifat kelemahan dan orang yang ketakutan yang tidak memberikan pembelaan kepada putri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka di manakah ahlul bait yang lain? Maka mengapa mereka tidak membela putri nabi mereka Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam?! Maka apakah masuk akal mereka semua sepakat untuk bersikap rendah dan pengecut?! Jadi, itu adalah satu bentuk penghinaan dari sekian bentuk penghinaan Syi’ah terhadap ahlul bait. Maka kapankah orang-orang yang lalai itu terbangun dari kelalaian?! Ini adalah sebuah dalil dari sekian dalil akan kebatilan kisah dusta ini.
5. Sungguh Syi’ah telah menjadikan Ali Radhiallahu ‘Anhu -berdasarkan konsekuensi riwayat ini -sebagai orang yang tidak layak menjadi khalifah kaum muslimin, lebih-lebih lagi sebagai seorang imam. Dikarenakan orang yang tidak mampu melindungi istri dan janinnya tidak sah untuk menjadi seorang khalifah, dan tidak ada hak baginya untuk diminta menjadi khalifah. Maka siapakah yang akan membaiat seorang khalifah pengecut seperti ini?! Dan sesungguhnya baiat kaum muslimin bagi Ali Radhiallahu ‘Anhu sebagai khalifah adalah sebuah dalil terbesar atas kebatilan riwayat yang didustakan ini. Dan sesungguhnya musibah yang besar adalah bahwa sebagian kitab-kitab Syi’ah seperti kitab al-Imamah was Siyasah juz I hal. 12 telah menetapkan bahwa perbuatan melampaui batas atas rumah Fathimah telah terjadi lebih dari sekali!
6. Perhatikanlah satu bagian penting dalam riwayat tersebut yaitu saat Fathimah Radhiallahu ‘Anha membuka pintu; sebagaimana Anda sekalian ketahui bahwa rumah-rumah para sahabat tempo dulu sangat kecil; terutama rumah-rumah orang-orang faqir yang ‘Ali Radhiallahu ‘Anhu termasuk dari mereka; rumah yang mengibaratkan satu kamar saja. Maka bagaimana ‘Ali meninggalkan Fathimah membuka pintu sementara dia berada pada kamar kecil yang sama. Maka ini termasuk perkara yang menafikan kecemburuan dan perlindungan; terutama riwayat-riwayat Syi’ah telah menyebutkan bahwa Fathimah membuka pintu tersebut setelah dia mengetahui bahwa pengetuk pintu adalah ‘Umar Radhiallahu ‘Anhu. Maka kami tidak akan menerima sedikitpun dari hal ini bagi diri kami sementara kami adalah manusia awam, lalu bagaimana Syi’ah menerimanya untuk ‘Ali Radhiallahu ‘Anhu sementara dia adalah seorang penghulu dari penghulu-penghulu kaum muslimin?!
Bagian kedua; Bantahan dengan ilmu riwayat.

1. Telah disebutkan dalam syubhat tersebut, sebagaimana Anda ikuti, bahwa Fathimah Radhiallahu ‘Anha telah membuka pintu, dan Umar, termasuk yang dia lakukan terhadap Fathimah bahwa dia menekan pintu di atas Fathimah hingga menjadikan pakunya masuk (menancap) ke dalam dadanya dan mematahkan tulang rusuknya…

Baiklah, kami faham wahai Syi’ah…!

Akan tetapi apa pendapat kalian, bahwa rumah ‘Ali Radhiallahu ‘Anhu tidak berpintu? Dan ini adalah dengan nash kitab-kitab kalian. Telah disebutkan dalam kitab Manaqibu Ali Abi Thalib (II/336), ‘Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu berkata,


نَحْنُ آلُ الْبَيْتِ لاَ سُقُوْفَ وَلاَ أَبْوَابَ لِبُيُوْتِنَا، وَلَكِنَّنَا نَسْتُرُ أَنْفُسَنَا بِالْجَرِيْدِ
“Kami Alul Bait, tidak ada atap, dan tidak juga pintu bagi rumah-rumah kami, akan tetapi kami menutupi diri-diri kami dengan pelepah korma.”

Demikian juga riwayat ini datang dalam banyak sumber rujukan Syi’ah; diantaranya adalah Biharul Anwar juz 38 hal. 167, juga dalam Hilyatul Abrar milik Hasyim al-Bahraniy juz II hal. 359. Juga dalam kitab Hayatu Amiril Mukminin oleh Muhammad Muhammadiyan juz II hal 239, dan sumber-sumber rujukan lain.

Jadi, menjadi jelas dengan dalil tersebut akan kontradiksi Syi’ah dan kedustaan mereka setelah menjadi jelas bahwa tidak ditemukan sebuah pintu bagi rumah ‘Ali dengan pengakuan mereka selain pelepah korma, yang fungsinya hanyalah untuk menutupi, bukan melindungi; di mana hal ini termasuk perkara yang menjadikan kemustahilan masuknya paku, bahkan ketetapannya di tempatnya juga menjadi mustahil saat ditekan, yang demikian itu karena kerapuhan pelepah korma.

2. Disebutkan dalam syubhat tersebut Fathimah keguguran Janinnya; Muhsin akibat paku yang diklaim masuk ke tubuh Fathimah, dan juga pukulan Umar kepadanya…
Baiklah, kami faham wahai Syi’ah…!

Akan tetapi apa pendapat kalian dengan apa yang datang dalam sumber-sumber rujukan kalian seperti kitab al-Aamaliy oleh as-Shaduq hal. 99-101, dan Biharul Anwar juz 28 hal. 37-39, juz 43 hal 172-173, Irsyadul Qulub hal 295, Jala`ul ‘Uyun Juz 2 hal 186-188, Kitabu sulain bin Qais (dengan tahqiq al-Anshariy) Juz 2 hal 907, dan banyak sumber rujukan lain yang telah meriwayatkan hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang beliau bersabda kepada Fathimah Radhiallahu ‘Anha:

إِنَّكِ أَوَّلُ مَنْ يَلْحَقُنِيْ مِنْ أَهْلِ بَيْتِيْ
“Sesungguhnya Engkau adalah orang pertama yang menyusulku dari ahlul baitku.”
Demikian juga hadits ini telah diriwayatkan dari sumber-sumber ahlussunnah.

Sekarang jika Muhsin adalah orang pertama yang mati dari ahlul bait, maka bukankah nubuwat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam (berita dari rasulullah) tidak terbukti (meleset/salah)? Dengan yakin tidak, karena kematian Muhsin setelah kematian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ini bertentangan dengan nubuwat (kejadian akan datang yang diberitakan oleh Nabi) ini, karena dia menjadi orang pertama yang menyusul Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam setelah kematian beliau, bukan putri beliau; Fathimah Radhiallahu ‘Anha, sebagaimana yang telah diberitakan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam!

Maka bagaimana Muhsin mati sebelum ibunya; Fathimah Radhiallahu ‘Anha? Sementara nubuwat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan faidah bahwa orang pertama dari ahlul bait beliau yang menyusul beliau adalah Fathimah Radhiallahu ‘Anha?!

Kami dengan ini menjadikan syi’ah berada dalam kesulitan besar, maka wajib atas mereka untuk memilih salah satu dari dua perkara; boleh jadi bahwa nubuwat Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak benar -wal’iyadzu billah- atau bahwa kisah pemukulan terhadap Fathimah Radhiallahu ‘Anha, dan pengguguran janinnya adalah sebuah kisah dusta yang murni dibuat-buat.

Sesungguhnya saya, dengan pengetahuan saya akan akal-akal Syi’ah yang menyimpang lebih menguatkan bahwa para pendeta mereka akan memilih pilihan yang kedua, karena tidak penting bagi mereka nubuwat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam jika dibanding dengan kadar kepentingan mereka terhadap terusnya kedengkian dan kebencian antara para sahabat dan ahlul bait. Syi’ah, tidak penting bagi mereka berapa harga yang akan mereka bayar dalam mencela para sahabat, sekalian harga tersebut adalah berupa perbuatan buruk terhadap ahlul bait, yang penting bahwa mereka bisa merealisasikan tujuan-tujuan majusi mereka. Walaa haula walaa quwwata illa billah.

3. Atas dasar asumsi keshahihan riwayat tersebut; bagaimana mungkin ‘Ali Radhiallahu ‘Anhu menikahkan putrinya; Ummu Kultsum untuk ‘Umar bin al-Khaththab Radhiallahu ‘Anhu, sementara Ummu Kultsum adalah putri Fathimah Radhiallahu ‘Anha?!

Apakah masuk akal Ummu Kultsum ridha dan menikah dengan orang yang telah membunuh saudaranya, dan yang menghinakan ayah dan ibunya?!

Bagaimana mungkin al-Hasan dan al-Husain menerima pernikahan ini sementara Umar adalah pembunuh saudara keduanya yaitu Muhsin, sekaligus orang yang menghinakan ayah dan ibu mereka, terutama sekali bahwa keduanya menyaksikan sendiri penghinaan yang menimpa ibu dan ayah mereka?!

Dengan sedikit berfikir, akal akan sampai pada penolakan kisah bikinan ini. akan tetapi barangkali Allah Subhanahu wa Ta’ala menginginkan kisah ini terus berlanjut agar menjadi sebuah dalil dan saksi bahwa syi’ah tidak punya akal.

4. Atas dasar asumsi keshahihan riwayat ini, maka bagaimana ‘Ali Radhiallahu ‘Anhu memberi nama salah seorang putranya dengan nama ‘Umar sementara Umar adalah pembunuh putranya?

Demikian juga al-Hasan memberi nama putranya dengan nama Umar, maka bagaimana al-Hasan memberi nama putranya dengan nama ini sementara dia adalah pembunuh saudaranya, penghina ibu dan ayahnya? Demikian juga ‘Ali Zainul ‘Abidin, juga Musa al-Kazhim, keduanya memberi nama kedua putra mereka dengan nama ‘Umar, dan banyak lagi keturunan Ahlul bait selain mereka.

Ini adalah sebuah bukti atas adanya saling cinta di antara ahlul bait dan ‘Umar Radhiallahu ‘Anhum yang hal itu menggelisahkan Syi’ah. Di mana mereka tidak menginginkan kecuali hubungan di antara mereka berada di atas perkara terburuk yang ada dengan menyebarkan kisah bikinan seperti ini. Dan sepanjang terdapat orang-orang lalai (yang bisa dimanfaatkan) dan membenarkannya, maka mengapa riwayat rusak seperti ini tidak tersebar?!

5. Dan demi amanah ilmiah, saya akan menukilkan penolakan salah seorang ulama Syi’ah, yaitu Muhammad Husain Ali Kasyif al-Ghitha terhadap kisah ini. Dia berkata, “Akan tetapi kejadian pemukulan az-Zahra`, dan penamparan pipinya, termasuk perkara yang hati dan akal ku hampir-hampir tidak bisa menerimanya, dan perasaanku pun tidak bisa puas dengannya. Dikarenakan kaum (bangsa Arab) merasa malu dan tidak ingin mengotori tangannya dengan kelancangan besar ini. 

Bahkan karakter bangsa Arab dan kebiasaan Jahiliyah yang disoroti oleh Syariat Islam, dan ditambah penguatan dan penegasannya adalah melarang dengan keras pemukulan terhadap seorang wanita, atau mengganggunya. Hingga sebagian perkataan Amirul Mukminin yang maknanya adalah, ‘Bahwa seorang laki-laki di masa jahiliyah, jika dia memukul seorang wanita, maka aib itu akan terus ada pada leher dan keturunannya…” (Jannatul Ma`wa, hal. 135)

Meskipun ini adalah salah seorang tokoh mereka dalam kesesatan, tetapi Syi’ah menolak ucapannya. Mereka terus dalam kesesatan hingga masa kita ini. Dan bukti terbesar atas yang demikian adalah pengkafiran ulama Syi’ah terhadap salah seorang ulama mereka pada masa ini, yaitu as-Sayyid Muhammad Husain Fadhlullah yang wafat pada 2010 M karena penolakannya terhadap kisah bikinan ini. 

Ini berarti bahwa Syi’ah berpegang teguh dengan keshahihan riwayat palsu ini!

Ketika Syi’ah menuduh Ali Radhiallahu ‘Anhu dengan sifat pengecut, itu karena mereka sendiri adalah makhluk Allah yang paling pengecut. Maka saya dari majalah Qiblati menantang orang-orang Syi’ah di dunia secara umum untuk mengajukan kepada kami seorang pahlawan Syi’ah, atau seorang mujahid yang telah berjihad dalam sebuah peperangan, atau salah satu futuhat (penaklukan) sebuah negeri di jalan Allah! Agama Syi’ah, tidak mencetak para pahlawan, akan tetapi hanya mencetak laki-laki yang menyerupai wanita, yang memukuli diri mereka sendiri, menampari pipi-pipi mereka dalam bentuk penyimpangan fitrah yang terburuk. Jika Syi’ah takut menghadapi majalah Qiblati, maka bagaimana mungkin di tengah-tengah mereka terdapat para pahlawan yang menaklukkan berbagai negeri  di jalan Allah, wahai kaum muslimin?!

Setelah bantahan ini, bantahan yang selaras dengan sebuah pembahasan ilmiah ringkas, saya berikan kesimpulan bahwa syubhat ini menjelaskan dengan bukti konkrit bahwa Agama Syi’ah adalah agama menyimpang, yang berdiri di atas pondasi penanaman kebencian dan permusuhan di antara ahlul bait dan para sahabat Nabi. Yang demikian itu demi memecah belah kaum muslimin, serta membelah barisan dan persatuan mereka demi melaksanakan langkah-langkah para pendiri mereka; seorang Yahudi; yaitu ‘Abdullah bin Saba`. Maka selamat bagi mereka dengan peletak dasar agama mereka, selamat bagi kami dengan peletak dasar agama kami; Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Maka cukuplah bagi setiap orang yang berakal untuk mengambil kesimpulan setelah bantahan atas syubhat ini, bahwa agama syi’ah adalah batil, dan tidak mungkin tinggal kecuali dengan membuat keragu-raguan terhadap para sahabat. Sungguh, termasuk aib membiarkan orang-orang seperti mereka untuk mempermainkan orang-orang awam kaum muslimin dan orang-orang bodoh mereka demi merusak agama mereka dengan menanamkan syubhat seperti ini di tengah-tenah mereka, untuk merealisasikan tujuan-tujuan kotor yang diantaranya adalah menggugurkan kewibawaan para sahabat dan ummahatul mukminin dari hati-hati mereka.

Meskipun kami mulai kehilangan angan-angan dengan orang yang mampu menghadapi kami dari golongan Syi’ah, tetapi kami menawarkan tawaran baru bagi setiap tokoh Syi’ah yang mengumumkan kesiapannya untuk menerima dialog, yaitu bahwa majalah Qiblati akan menanggung biaya perjalanan, tempat tinggal, dan konsumsi. Jika mereka ahlul haq (yang berada di atas kebenaran), dan kami ahlul bathil (di atas kebatilan), maka mengapa tidak ada seorang pun dari tokoh mereka yang maju untuk berdialog ilmiah?!

Maaf, wahai Amirul mukminin, atas kedustaan syiah ini… maaf wahai orang kedua yang diberitakan masuk sorga… maaf wahai suami putri Fathimah… maaf wahai orang yang ‘Ali Radhiallahu ‘Anhu mencintaimu, dan rujukan-rujukan Syi’ah telah menjadi saksi atas ucapan-ucapan terindahnya tentangmu… maaf wahai penakluk negeri Persia… maaf wahai orang yang lebih mendahulukan nafkah ahlul bait atas keluargamu sendiri… maaf wahai orang yang ahlul bait memberi nama putra-putra mereka dengan namamu karena kecintaan mereka kepadamu…

Kami memohon kepada Allah agar menjadikan kami sebagai duri dalam kerongkongan setiap orang yang membuat keburukan kepada Islam dan kaum muslimin. (AR)*

0 komentar:

Posting Komentar