Kamis, 30 Agustus 2012

Masyarakat Jepang "Apatis"?

Filled under:

Lagi browsing di internet, tiba-tiba saya menemukan sebuah bacaan yang cukup menarik untuk dibaca. Saya sharing untuk teman-teman ...

Oleh: Ryu & Yuka-chan no mama - Jepang

Aku sengaja memilih judul seperti itu. Pasti semua penasaran kan? Memang judulnya tendensius, sinis atau bahkan sedikit menyindir. Tergantung dari sudut pandang pembaca. Itu semua berkaitan dengan kejadian yang menurut saya sangat " aneh". Walaupun sudah cukup lama saya tinggal di Jepang, tapi tetap aneh dan tak masuk di akal.

Balum lama ini saat dalam perjalanan pulang, saya menyaksikan insiden kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan itu melibatkan tiga mobil sekaligus yang rusak cukup parah. Tak ada korban jiwa, tetapi benturan yang lumayan keras itu merusak ketiga mobil. "Peyok" bahkan terlihat pecahan kaca berhamburan di atas jalan beraspal. Dashboard ketiga mobil pun berantakan, jatuh di atas jalanan.

Insiden tabrakan beruntun itu saya saksikan ketika tengah dalam perjalanan pulang ke rumah selepas berbelanja di supermarket. Jalanan ini memang ramai terutama di saat hari sabtu dan minggu. Padat merayap. Dugaan saya, mobil yang rusak parah mungkin tidak "sabar" saat akan pindah jalur. Sedangkan dari arah yang berlawanan, sebuah mobil keluarga pun melaju cukup kencang. Akibatnya bisa ditebak, kedua mobil berbenturan dengan keras. Saking kerasnya benturan itu, mobil masih tak mampu menahan laju kecepatan dan merusak pula mobil lain yang berada di depannya. Alhasil tiga mobil rusak parah.

Posisi mobil melintang tepat di tengah jalan sehingga menyebabkan kemacetan. Otomatis mobil dari kedua jalur pun berhenti total. Seusai insiden tumbukan, masih belum terlihat mobil polisi atau pun mobil ambulans. Dugaan saya, baru saja terjadi, sehingga belum ada pihak yang menengahi permasalahan diantara ketiga mobil tersebut. Sekecil apapun kasus tabrakan di Jepang pasti akan memanggil pak polisi. Ini terutama berkaitan dengan klaim asuransi mobil. Lumrahlah di Jepang.

Saya yang sudah cukup lama tinggal di Jepang tertarik untuk mengamati hal selanjutnya. Aneh memang kebiasaan saya. Masyarakat Jepang itu unik. Tepatnya agak nyeleneh. Agak antik. Saya terus mengamati apa yang bakal terjadi. Saya hanya ingin tahu reaksi ketiga pemilik mobil dan para antrian mobil di belakang. Tak banyak orang sekitar yang begitu antusias seperti saya menunggu di sekitar lokasi. Orang masih lalu lalang dengan santainya. Hanya melihat saja dan berlalu begitu saja. Saya masih dengan sabar mengamati sekeliling lokasi kecelakaan. Berpanas ria hanya demi menantikan sebuah "tontonan" yang menarik.

Para pengemudi telah keluar dari masing-masing mobil. Seorang pengemudi sibuk menelpon. Mungkin di menghubungi polisi. Raut muka tegang dan kusut terutama terlihat pada pemilik mobil cary berwarna putih. Kerusakan mobil cary putih ini paling parah. Hampir separuh bagian depan "terbenam" dalam dashboard mobil keluarga "Toyota". Sedangkan pemilik mobil ketiga juga mobil keluarga, sudah keluar dengan muka jengkel. Lengkap sudah para pemilik mobil telah keluar dari mobil masing-masing, diikuti dengan para penumpang mobil lainnya yang berada di ketiga mobil tersebut.

Dalam benakku pasti bakal ribut, saling memaki bahkan bila perlu saling jotos dan gulat untuk memenangkan argumen masing-masing. Pokoknya jangan mau kalah. Satu menit pertama berlalu. Penonton sepertiku mulai kecewa. Kutunggu reaksi paling seru ternyata tak ada. SEPI saja. Bah! sedikit gondok juga. Tak ada pertunjukan yang ramai, justru yang terjadi hanya saling "berunding" dan menunggu kedatangan pak polisi. Hanya berunding saja ! Alamak, kapan adu jotos, adu otot, adu mulutnya? Benar-benar penonton kecewa berat.

Panas terik juga sudah aku tahan hanya demi menyaksikan pertunjukan "menarik", ternyata hanya seperti ini hasilnya. Mereka, para pemilik mobil hanya berunding, tak terlihat upaya saling ngotot, adu urat atau adu otot. Mereka bertiga terlihat lebih "kalem" menunggu kedatangan pak polisi. Langsung aku pun membubarkan diri sendiri. Tak asik!

Anehnya lagi, para pengemudi yang lain pun hanya SABAR menanti. Benar-benar apatis* sekali. Tak ada upaya untuk membunyikan klakson atau nada-nada umpatan karena mobil ketiganya di tengah jalan benar-benar membuat macet jalan. Kubayangkan diriku saat berada di posisi para pengemudi, pastinya jengkel sekali. "Antri dan menunggu lama, mobil tak bergerak sedikit pun, benar-benar buang waktu apalagi harga bensin di Jepang mahal sekali bukan ?"

Itulah sebabnya judul diatas tertulis, "Masyarakat Jepang Apatis?". Tak salah bukan ? Banyak hal yang tak bisa diterima di logika saya bahkan hingga detik ini. Seharusnya ada nada marah bila perlu gunakanlah klakson, maki-maki atau lakukan sesuatu hal yang bisa menyadarkan orang lain bahwa "Saya marah". Nyatanya TAK ADA. Terlalu sabar !!

Masyarakat Jepang masih saja diam, sabar menanti bahkan berulangkali orang Jepang yang kukenal hanya berkata, "shoganai" (apa boleh buat). Ini hal yang tak bisa dihindari. Toh, membunyikan klakson pun tak akan mengubah situasi, tetap saja macet. Kalau memang sudah selesai urusan tabrakan pastinya jalan juga akan lancar lagi. Kalau tidak sabar mengantri, silakan gunakan jalan alternatif. Hanya itu saja jawaban yang kudapat. Kalau tidak bisa memutar dan mencapai jalan alternatif, artinya harus sabar menunggu bukan ? Ini yang susah masuk ke logika.

Masyarakat Jepang kurang "kreatif", kurang panjang akal, kurang cerdik. Kenapa tidak gunakan jalur pejalan kaki untuk menerabas jalan bukan ? Bukankah ada motto"siapa cepat siapa dapat". Bila perlu gunakan cara mengemudi zig zag, yang penting sampai tujuan bukan? Masa bodoh kalau pejalan kaki mengomel dan mengumpat, toh mobil juga ada hak untuk menggunakan jalan.


Entah berapa menit kuhabiskan untuk berpanas ria hanya untuk ikut menunggu kedatangan mobil polisi. Kuperhatikan jarum jam, sudah 8 menit berlalu, sepertinya terdengar suara sirine mobil polisi. Ada satu mobil polisi,dua polisi bersepeda motor, sebuah mobil derek dan sebuah ambulance yang berurutan datang. Kedua polisi dengan sigap keluar dari mobil dan menemui ketiga pengemudi. Pastinya mengenai kecelakaan lalulintas.

Sedangkan dua anggota polisi lainnya dengan sigap mengatur lalu lintas. Mobil derek menunggu komando untuk menyingkirkan kedua mobil yang "berbenturan". Lagi-lagi para pengemudi masih patuh dan DIAM, tanpa reaksi. Grrr... benar-benar bikin gemas. Apa susahnya tekan klakson ? Apanya gunanya klakson di mobil kalau tidak digunakan? Minimal bunyikan klakson !!!

Tak menarik lagi, segera aku mengayuh sepeda untuk kembali ke rumah. Sepanjang jalan raya terlihat deretan mobil macet tak bergerak sama sekali. Tak ada bunyi klakson. Cukup panjang antrian mobil tersebut lebih dari 4 km, aku pun segera menyusuri jalan raya. Masih antri tak bergerak hingga 2 kali pemberhentian lalu lintas pun masih tampak berhenti total.

Ternyata naik sepeda masih lebih cepat dari naik mobil.

Salam hangat dari Jepang

*acuh tidak acuh; tidak peduli; masa bodoh dengan keadaan sekitarnya

Sumber: http://kolomkita.detik.com

0 komentar:

Posting Komentar