1. IMAM BUKHARI
A.
Pertumbuhan
beliau
·
Nama:Â Muhammad
bin Isma'il bin Ibrahim bin al Mughirah bin Bardizbah.
·
Kuniyah beliau:
Abu Abdullah
·
Nasab beliau:
1)
Al Ju'fi; nisabah
Al Ju'fi adalah nisbah arabiyyah. Faktor penyebabnya adalah, bahwasanya al
Mughirah kakek Bukhari yang kedua masuk Islam berkat bimbingan dari Al Yaman Al
Ju'fi. Maka nisbah beliau kepada Al Ju'fi adalah nisbah perwalian
2)
Al Bukhari; yang
merupakan nisbah kepada negri Imam Bukhari lahir
·
Tanggal lahir:
Beliau dilahirkan pada hari Jum'at setelah shalat Jum'at 13 Syawwal 194 H
·
Tempat lahir:
Bukhara
·
Masa kecil beliau:
Bukhari dididik dalam keluarga yang
berilmu. Bapaknya adalah seorang ahli hadits, akan tetapi dia tidak termasuk
ulama yang banyak meriwayatkan hadits, Bukhari menyebutkan di dalam kitab
tarikh kabirnya, bahwa bapaknya telah melihat Hammad bin Zaid dan Abdullah bin
Al Mubarak, dan dia telah mendengar dari imam Malik, karena itulah dia termasuk
ulama bermadzhab Maliki. Ayahnya wafat ketika Bukhari masih kecil, sehingga dia
pun diasuh oleh sang ibu dalam kondisi yatim. Akan tetapi ayahnya meninggalkan
Bukhari dalam keadaan yang berkecukupan dari harta yang halal dan berkah. Bapak
Imam Bukhari berkata ketika menjelang kematiannya; "Aku tidak mengetahui
satu dirham pun dari hartaku dari barang yang haram, dan begitu juga satu
dirhampun hartaku bukan dari hal yang syubhat."
Maka dengan harta tersebut Bukhari
menjadikannya sebagai media untuk sibuk dalam hal menuntut ilmu.
Ketika menginjak usia 16 tahun, dia
bersama ibu dan kakaknya mengunjungi kota suci, kemudian dia tinggal di Makkah
dekat dengan baitulah beberapa saat guna menuntut ilmu.
Kisah hilangnya penglihatan beliau: Ketika
masa kecilnya, kedua mata Bukhari buta. Suatu ketika ibunya bermimpi melihat
Khalilullah Nabi Ibrahim 'Alaihi wa sallam berujar kepadanya; "Wahai ibu,
sesungguhnya Allah telah memulihkan penglihatan putramu karena banyaknya doa
yang kamu panjatkan kepada-Nya." Menjelang pagi harinya ibu imam Bukhari
mendapati penglihatan anaknya telah sembuh. Dan ini merupakan kemuliaan Allah
subhanahu wa ta'ala yang di berikan kepada imam Bukhari di kala kecilnya.
B.
Perjalan
beliau dalam menuntut ilmu
·
Kecerdasan dan
kejeniusan beliau
Kecerdasan dan kejeniusan Bukhari nampak semenjak
masih kecil. Allah menganugerahkan kepadanya hati yang cerdas, pikiran yang
tajam dan daya hafalan yang sangat kuat, sedikit sekali orang yang memiliki
kelebihan seperti dirinya pada zamannya tersebut. Ada satu riwayat yang
menuturkan tentang dirinya, bahwasanya dia menuturkan; "Aku mendapatkan ilham
untuk menghafal hadits ketika aku masih berada di sekolah baca tulis."
Maka Muhammad bin Abi Hatim bertanya kepadanya; "saat itu umurmu
berapa?". Dia menjawab; "Sepuluh tahun atau kurang dari itu. Kemudian
setelah lulus dari sekolah akupun bolak-balik menghadiri majelis hadits
Ad-Dakhili dan ulama hadits yang lainnya. Ketika sedang membacakan hadits di
hadapan murid-muridnya, Ad-Dakhili berkata; 'Sufyan meriwayatkan dari Abu
Zubair dari Ibrahim.' Maka aku menyelanya; 'Sesungguhnya Abu Zubair tidak
meriwayatkan dari Ibrahim.' Tapi dia menghardikku, lalu aku berkata kepadanya,
'kembalikanlah kepada sumber aslinya, jika anda punya.' Kemudian dia pun masuk
dan melihat kitabnya lantas kembali dan berkata, 'Bagaimana kamu bisa tahu
wahai anak muda?' Aku menjawab, 'Dia adalah Az Zubair. Nama aslinya Ibnu 'Adi
yang meriwayatkan hadits dari Ibrahim.' Kemudian dia pun mengambil pena dan
membenarkan catatannya. Dan dia pun berkata kepadaku, 'Kamu benar.' Maka
Muhammad bin Abi Hatim bertanya kepada Bukhari; "Ketika kamu membantahnya
berapa umurmu?". Bukhari menjawab, "Sebelas tahun."
Hasyid
bin Isma'il menuturkan: bahwasanya Bukhari selalu ikut bersama kami
mondar-mandir menghadiri para masayikh Bashrah, dan saat itu dia masih anak
kecil. Tetapi dia tidak pernah menulis (pelajaran yang dia simak), sehingga hal
itu berlalu beberapa hari. Setelah berlalu 6 hari, kamipun mencelanya. Maka dia
menjawab semua celaan kami; "Kalian telah banyak mencela saya, maka
tunjukkanlah kepadaku hadits-hadits yang telah kalian tulis." Maka kami
pun mengeluarkan catatan-catatan hadits kami. Tetapi dia menambahkan hadits
yang lain lagi sebanyak lima belas ribu hadits. Dan dia membaca semua
hadits-hadits tersebut dengan hafalannya di luar kepala. Maka akhirnya kami
mengklarifikasi catatan-catatan kami dengan berpedoman kepada hafalannya.
C.
Permulaannya
dalam menuntut ilmu
Aktifitas
beliau dalam menuntut ilmu di mulai semenjak sebelum menginjak masa baligh, dan
hal itu di tunjang dengan peninggalan orang tuanya berupa harta, beliau
berkata; 'aku menghabiskan setiap bulan sebanyak lima ratus dirham, yang aku
gunakan untuk pembiaan menuntut ilmu, dan apa yang ada di sisi Allah itu lebih
baik dan lebih eksis.'
Dia
bergegas mendatangi majelis-majelis ilmu, ketika dia sudah menghafal Al qur`an
dan menghafal beberapa karya tulis para ulama, dan yang pertama kali karya
tulis yang beliau hafal adalah buku Abdullah bin Al Mubarak, buku Waki' bin al
Jarrah dalam masalah Sunan dan zuhud, dan yang lainnya. Sebagaimana beliau juga
tidak meninggalkan disiplin ilmu dalam masalah fikih dan pendapat.
D.
Rihlah
beliau
Rihlah
dalam rangka menuntut ilmu merupakan bagian yang sangat mencolok dan sifat yang
paling menonjol dari tabiat para ahlul hadits, karena posisi Bukhari dalam
masalah ilmu ini merupakan satu kesatuan pada diri seorang ahlul hadits, maka
dia pun mengikuti sunnah para pendahulunya dan dia pun meniti jalan mereka. Dia
tidak puas dengan hanya menyimak hadits dari penduduk negrinya, sehingga tidak
terelakkan lagi bagi dirinya untuk mengadakan dalam rangka menuntut ilmu, dia
berkeliling ke negri-negri Islam. Dan pertama kali dia mengadakan perjalanannya
adalah pada tahun 210 hijriah, yaitu ketika umurnya menginjak 16 tahun, pada
tahun kepergiannya dalam rangka menunaikan ibadah haji bersama dengan ibundanya
dan saudara tuanya.
E.
Negri-negri
yang pernah beliau masuki adalah sebagai berikut;
1.
Khurasan dan
daerah yang bertetangga dengannya
2.
Bashrah
3.
Kufah
4.
Baghdad
5.
Hijaz (Makkah dan
Madinah)
6.
Syam
7.
Al Jazirah
(kota-kota yang terletak di sekitar Dajlah dan eufrat)
8.
Mesir
Bukhari
menuturkan tentang rihlah ilmiah yang dia jalani; 'Aku memasuki Syam, Mesir dan
al Jazirah sebanyak dua kali, ke Bashrah sebanyak empat kali, dan aku tinggal
di Hijaz beberapa tahun, dan aku tidak bisa menghitung berapa kali saya
memasuki kawasan Kufah dan Baghdad bersama para muhadditsin.
F.
Guru-guru
beliau
Imam
Bukhari berjumpa dengan sekelompk kalangan atba'ut tabi'in muda, dan beliau
meriwayatkan hadits dari mereka, sebagaimana beliau juga meriwayatkan dengan
jumlah yang sangat besar dari kalangan selain mereka. Dalam masalah ini beliau
bertutur; ' aku telah menulis dari sekitar seribu delapan puluh jiwa yang
semuanya dari kalangan ahlul hadits.
Guru-guru
imam Bukhari terkemuka yang telah beliau riwayatkan haditsnya;
1.
Abu 'Ashim An
Nabil
2.
Makki bin Ibrahim
3.
Muhammad bin 'Isa
bin Ath Thabba'
4.
Ubaidullah bin
Musa
5.
Muhammad bin Salam
Al Baikandi
6.
Ahmad bin Hambal
7.
Ishaq bin Manshur
8.
Khallad bin Yahya
bin Shafwan
9.
Ayyub bin Sulaiman
bin Bilal
10. Ahmad
bin Isykab
Dan
masih banyak lagi
G.
Murid-murid
beliau
Al
Hafidz Shalih Jazzarah berkata; ' Muhammad bin Isma'il duduk mengajar di
Baghdad, dan aku memintanya untuk mendektekan (hadits) kepadaku, maka
berkerumunlah orang-orang kepadanya lebih dari dua puluh ribu orang.
Maka
tidaklah mengherankan kalau pengaruh dari majelisnya tersebut menciptakan
kelompok tokoh-tokoh yang cerdas yang meniti manhaj, dintara mereka itu adalah;
1.
Al imam Abu al
Husain Muslim bin al Hajjaj an Naisaburi (204-261), penulis buku shahih Muslim
yang terkenal
2.
Al Imam Abu 'Isa
At Tirmizi (210-279) penulis buku sunan At Tirmidzi yang terkenal
3.
Al Imam Shalih bin
Muhammad (205-293)
4.
Al Imam Abu Bakr
bin Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah (223-311), penulis buku shahih Ibnu
Khuzaimah.
5.
Al Imam Abu Al
Fadhl Ahmad bin Salamah An Naisaburi (286), teman dekat imam Muslim, dan dia
juga memiliki buku shahih seperti buku imam Muslim.
6.
Al Imam Muhammad
bin Nashr Al Marwazi (202-294)
7.
Al Hafizh Abu Bakr
bin Abi Dawud Sulaiman bin Al Asy'ats (230-316)
8.
Al Hafizh Abu Al
Qasim Abdullah bin Muhammad bin Abdul 'Aziz Al Baghawi (214-317)
9.
Al Hafizh Abu Al
Qadli Abu Abdillah Al Husain bin Isma'il Al Mahamili (235-330)
10. Al
Imam Abu Ishaq Ibrahim bin Ma'qil al Nasafi (290)
11. Al
Imam Abu Muhammad Hammad bin Syakir al Nasawi (311)
12. Al
Imam Abu Abdillah Muhammad bin Yusuf bin Mathar al Firabri (231-320)
H.
Karakter
imam Bukhari
Meskipun
Imam Bukhari sibuk dengan menuntut ilmu dan menyebarkannya, tetapi dia
merupakan individu yang mengamalkan ilmu yang dimilikinya, menegakkan keta'atan
kepada Rabbnya, terpancar pada dirinya ciri-ciri seorang wali yang terpilih dan
orang shalih serta berbakti, yang dapat menciptakan karismatik di dalam hati
dan kedudukan yang mempesona di dalam jiwa.
Dia
merupakan pribadi yang banyak mengerjakan shalat, khusu' dan banyak membaca al
Qur`an.
Muhammad
bin Abi Hatim menuturkan: 'dia selalu melaksanakan shalat di waktu sahur
sebanyak tiga belas raka'at, dan menutupnya dengan melaksanakan shalat witir
dengan satu raka'at'
Yang
lainnya menuturkan; ' Apabila malam pertama di bulan Ramadlan, murid-murid imam
Bukhari berkumpul kepadanya, maka dia pun meminpin shalat mereka. Di setiap
rak'at dia membaca dua puluh ayat, amalan ini beliau lakukan sampai dapat
mengkhatamkan Al qur`an.
Beliau
adalah sosok yang gemar menafkahkan hartanya, banyak berbuat baik, sangat
dermawan, tawadldlu'Â dan wara'.
I.
Persaksian
para ulama terhadap beliau
Sangat
banyak sekali para ulama yang memberikan kesaksian atas keilmuan imam Bukhari,
diantara mereka ada yang dari kalangan guru-gurunya dan teman-teman seperiode
dengannya. Adapun periode setelah meninggalnya bukhari sampai saat ini,
kedudukan imam Bukhari selalu bersemayam di dalam relung hati kaum muslimin,
baik yang berkecimpung dalam masalah hadits, bahkan dari kalangan awwam kaum
muslimin sekali pun memberikan persaksian atas keagungan beliau.
Diantara
para tokoh ulama yang memberikan persaksian terhadap beliau adalah;
1.
Abu Bakar ibnu
Khuzaimah telah memberikan kesaksian terhadap Imam Bukhari dengan mengatakan:
"Di kolong langit ini tidak ada orang yang lebih mengetahui hadits dari
Muhammad bin Isma'il."
2.
'Abdan bin 'Utsman
Al Marwazi berkata; 'aku tidak pernah melihat dengan kedua mataku, seorang
pemuda yang lebih mendapat bashirah dari pemuda ini.' Saat itu telunjuknya
diarahkan kepada Bukhari
3.
Qutaibah bin Sa'id
menuturkan; 'aku duduk bermajelis dengan para ahli fikih, orang-orang zuhud dan
ahli ibadah, tetapi aku tidak pernah melihat semenjak aku dapat mencerna ilmu
orng yang seperti Muhammad bin Isma'il. Dia adalah sosok pada zamannya sepertiÂ
'Umar di kalangan para sahabat. Dan dia berkata; ' kalau seandainya Muhammad
bin Isma'il adalah seorang sahabat maka dia merupakan ayat.
4.
Ahmad bin Hambal
berkata; Khurasan tidak pernah melahirkan orang yang seperti Muhammad bin
Isma'il.
5.
Abu Bakar bin Abi
Syaibah dan Ibnu Numair menuturkan; kami tidak pernah melihat orang yang
seperti Muhammad bin Ism'ail
6.
Bundar berkata;
belum ada seorang lelaki yang memasuki Bashrah lebih mengetahui terhadap hadits
dari saudara kami Abu Abdillah.
7.
Abu Hatim ar-Razi
berkata: "Khurasan belum pernah melahirkan seorang putra yang hafal hadits
melebihi Muhammad bin Isma'il, juga belum pernah ada orang yang pergi dari
kota tersebut menuju Irak yang melebihi kealimannya."
8.
Muslim (pengarang
kitab Sahih) berkata ketika Bukhari menyingkap satu cacat hadits yang tidak di
ketahuinya; "Biarkan saya mencium kedua kaki anda, wahai gurunya para guru
dan pemimpin para ahli hadits, dan dokter hadits dalam masalah ilat
hadits."
9.
al-Hafiz Ibn Hajar
yang menyatakan: "Andaikan pintu pujian dan sanjungan kepada Bukhari masih
terbuka bagi generasi sesudahnya, tentu habislah semua kertas dan nafas. Ia
bagaikan lautan tak bertepi."
J.
Hasil
karya beliau
Diantara
hasil karya Imam Bukhari adalah sebagai berikut :
1.
Al Jami' as Sahih
(Sahih Bukhari)
2.
Al Adab al Mufrad.
3.
At Tarikh ash
Shaghir.
4.
At Tarikh al
Awsath.
5.
At Tarikh al
Kabir.
6.
At Tafsir al
Kabir.
7.
Al Musnad al
Kabir.
8.
Kitab al 'Ilal.
9.
Raf'ul Yadain fi
ash Shalah.
10. Birru
al Walidain.
11. Kitab
al Asyribah.
12. Al
Qira`ah Khalfa al Imam.
13. Kitab
ad Dlu'afa.
14. Usami
ash Shahabah.
15. Kitab
al Kuna.
16. Al
Hbbah
17. Al
Wihdan
18. Al
Fawa`id
19. Qadlaya
ash Shahabah wa at Tabi'in
20. Masyiikhah
K.
Wafat
beliau
Imam
Bukhari keluar menuju Samarkand, Tiba di Khartand, sebuah desa kecil sebelum
Samarkand, ia singgah untuk mengunjungi beberapa familinya. Namun disana beliau
jatuh sakit selama beberapa hari. Dan Akhirnya beliau meninggal pada hari
sabtu tanggal 31 Agustus 870 M (256 H) pada malam Idul Fitri dalam usia 62
tahun kurang 13 hari. Beliau dimakamkan selepas Shalat Dzuhur pada Hari Raya
Idul Fitri. Semoga Allah selalu merahmatinya dan ridla kepadanya.
2. IMAM MUSLIM
A.
Pertumbuhan
beliau
·
Nama: Muslim bin
al Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz al-Qusyairi an-Naisaburi
·
Kuniyah beliau:
Abdul Husain
·
Nasab beliau:
1.
Al Qusyairi;
merupakan nisbah kepada Qabilah afiliasi beliau, ada yang mengatakan bahwa Al
Qusyairi merupakan orang arab asli, dan ada juga yang berpendapat bahwa nisbah
kepada Qusyair merupakan nisbah perwalian saja
2.
An Naisaburi;
merupakan nisbah yang di tujukan kepada negri tempat beliau tinggal, yaitu
Naisabur. Satu kota besar yang terletak di daerah Khurasan
·
Tanggal lahir:
para ulama tidak bisa memastikan tahun kelahiran beliau, sehingga sebagian
mereka ada yang berpendapat bahwa tahun kelahirannya adalah tahun 204 Hijriah,
dan ada juga yang berpendapat bahwa kelahiran beliau pada tahun 206 Hijriah.
·
Ciri-ciri beliau:
beliau mempunyai perawakan yang tegap, berambut dan berjenggot putih,
menjuntaikan ujung ‘imamahnya diantara dua punggungnya.
B.
Aktifitas
beliau dalam menimba ilmu
Sesungguhnya
lingkungan tempat tumbuh imam Muslim memberikan peluang yang sangat luas untuk
menuntut ilmu yang bermanfa’at, karena Naisabur merupakan negri hidup yang
penuh dengan peninggalan ilmu dari pemilik syari’at. Semua itu terjadi karena
banyaknya orang-orang yang sibuk untuk memperoleh ilmu dan mentransfer ilmu,
maka besar kemungkinan bagi orang yang terlahir di lingkungan masyarakat
seperti ini akan tumbuh dengan ilmu juga. Adanya kesempatan yang terpampang
luas di hadapan Imam Muslim kecil untuk memetik dari buah-buah ilmu syariat
tidak di sia-siakannya.
Maka
dia mendengar hadits di negrinya tinggal pada tahun 218 Hijriah dari gurunya
Yahya bin Yahya At Tamimi, pada saat itu umurnya menginjak empat belas tahun.
Dan
bisa juga orang tuanya serta keluarganya mempunyai andil dalam memotifasinya
untuk menuntut ilmu. Para ulama telah menceritakan bahwa orang tuanya, Al Hajaj
adalah dari kalangan masyayikh, yaitu termasuk dari kalangan orang yang
memperhatikan ilmu dan berusaha untuk memperolehnya.
Muslim
mempunyai kesempatan untuk mengadakan perjalanan hajinya pada tahun 220 Hijriah.
Pada saat keluar itu dia mendengar hadits dari beberapa ahli hadits, kemudian
dia segera kembali ke negrinya Naisabur.
C.
Rihlah
beliau
Rihlah
dalam rangka menuntut hadits merupakan syi’ar ahlul hadits pada abad-abad
pertama, karena terpencarnya para pengusung sunnah dan atsar di berbagai
belahan negri Islam yang sangat luas. Maka Imam Muslim pun tidak ketinggalan
dengan meniti jalan pakar disiplin ilmu ini, dan beliau pun tidak ketinggalan
dalam ambil bagian, karena dalam sejarah beliau tertulis rihlah ilmiahnya,
diantaranya;
Rihlah
pertama; rihlah beliau untuk menunaikan ibadah haji pada tahun 220 hijriah,
pada saat dia masih muda belia, pada saat itu beliau berjumpa dengan syaikhnya,
Abdullah bin Maslamah al Qa’nabi di Makkah, dan mendengar hadits darinya,
sebagaimana beliau juga mendengar hadits dari Ahmad binYunus dan beberapa ulama
hadits yang lainnya ketika di tengah perjalanan di daerah Kufah. Kemudian
kembali lagi ke negrinya dan tidak memperpanjang rihlahnya pada saat itu.
Rihlah
kedua; rihlah kedua ini begitu panjang dan lebih menjelajah kenegri Islam
lainnya. Rihlah ini di mulai sebelum tahun 230 Hijriah. Beliau berkeliling dan
memperbanyak mendengar hadits, sehingga beliau mendengar dari bayak ahli
hadits, dan mengantarkan beliau kepada derajat seorang imam dan kemajuan di
bidang ilmu hadits.
Beberapa
negri yang beliau masuki, diantaranya;
1.
Khurasan dan
daerah sekitarnya
2.
Ar Ray
3.
Iraq; beliau
memasuki Kufah, Bashrah dan Baghdad.
4.
Hijaz; memasuki
Makkah dan Madinah
5.
Asy Syam
6.
Mesir
D.
Guru-guru
beliau
Perjalanan
ilmiah yang dilakukan imam Muslim menyebabkan dirinya mempunyai banyak guru
dari kalangan ahlul hadits. Al Hafizh Adz Dzahabi telah menghitung jumlah guru
yang diambil riwayatnya oleh imam Muslim dan dicantumkan di dalam kitab
shahihnya, dan jumlah mereka mencapai 220 orang, dan masih ada lagi selain
mereka yang tidak di cantumkan di dalam kitab shahihnya
Diantara
guru-guru beliau yang paling mencolok adalah;
1.
Abdullah bin
Maslamah Al Qa’nabi, guru beliau yang paling tua
2.
Al Imam Muhammad
bin Isma’il Al Bukhari
3.
Al Imam Ahmad bin
Hambal
4.
Al Imam Ishaq bin
Rahuyah al Faqih al Mujtahid Al Hafizh
5.
Yahya bin Ma’in,
imam jarhu wa ta’dil
6.
Ishaq bin Manshur
al Kausaj
7.
Abu Bakar bin Abi
Syaibah, penulis buku al Mushannaf
8.
Abdullah bin
Abdurrahman Ad Darimi
9.
Abu Kuraib Muhammad
bin Al ‘Alaa`
10. Muhammad
bin Abdullah bin Numair
11. Abd
bin Hamid
E.
Murid-murid
beliau
Al
Imam Muslim sibuk menyebarkan ilmunya di negrinya dan negri-negri Islam
lainnya, baik dengan pena maupun dengan lisannya, maka beliau pun tidak
terlepas untuk mendektekan hadits dan meriwayatkannya, sehingga banyak sekali
para penuntut ilmu mengambil ilmu dari beliau.
Diantara
murid-murid beliau antara lain;
1.
Muhammad bin Abdul
wahhab al Farra`
2.
Abu Hatim Muhammad
bin Idris ar Razi
3.
Abu Bakar Muhammad
bin An Nadlr bin Salamah al Jarudi
4.
Ali bin Al Husain
bin al Junaid ar Razi
5.
Shalih bin
Muhammad Jazrah
6.
Abu Isa at
Tirmidzi
7.
Ibrahim bin Abu
Thalib
8.
Ahmad bin Salamah
An Naisaburi
9.
Abu Bakar bin
Khuzaimah
10. Makki
bin ‘Abdan
11. Abdurrahman
bin Abu Hatim ar Razi
12. Abu
Hamid Ahmad bin Muhammad bin Asy Syarqi
13. Abu
Awanah al-Isfarayini
14. Ibrahim
bin Muhammad bin Sufyan al Faqih az Zahid.
F.
Persaksian
para ulama terhadap beliau
1.
Ishak bin Mansur
al Kausaj pernah berkata kepada imam Muslim: “sekali-kali kami tidak akan
kehilangan kebaikan selama Allah menetapkan engkau bagi kaum muslimin.”
2.
Muhammad bin
Basysyar Bundar berkata; “huffazh dunia itu ada empat; Abu Zur’ah di ar Ray,
Muslim di An Naisabur, Abdullah Ad Darimi di Samarkand, dan Muhammad bin
Isma’il di Bukhara.”
3.
Muhammad bin Abdul
Wahhab Al Farra` berkata; “(Muslim) merupakan ulama manusia, lumbung ilmu, dan
aku tidak mengetahuinya kecuali kebaikan.”
4.
Ahmad bin Salamah
An Naisaburi menuturkan; “Saya melihat Abu Zur’ah dan Abu Hatim selalu
mengutamakan Muslim bin al-Hajjaj dalam perkara hadits shahih ketimbang para
masyayikh zaman keduanya.
5.
Ibnu Abi Hatim
mengatakan: ” Saya menulis hadits darinya di Ray, dan dia merupakan orang yang
tsiqah dari kalangan huffazh, memiliki pengetahuan yang mendalam dalam masalah
hadits. Ketika ayahku di Tanya tentang dia, maka dia menjawab; (Muslim)
Shaduuq.”
6.
Maslamah bin Qasim
al Andalusi berkata; ” tsiqah, mempunyai kedudukan yang agung, termasuk dari
kalangan para imam.”
7.
Abu Ya’la Al
Khalili berkata; “dia sangat familier sekali untuk di sebutkan keutamaannya.”
8.
Al Khatib Al
Baghdadi berkata; “(dia) merupakan salah seorang a`immah dan penghafal hadits.”
9.
As Sam’ani
menuturkan; “termasuk salah seorang imam dunia.”
10. Ibnul
Atsir berkata; “termasuk salah seorang dari para imam penghafal hadits.”
11. Ibnu
Katsir berkata; “termasuk salah seorang dari para imam penghafal hadits.”
12. Adz
Dzahabi berkata; ” Imam besar, hafizh lagi mumpuni, hujah serta orang yang
jujur.”
G.
Hasil
karya beliau
Imam
Muslim mempunyai hasil karya dalam bidang ilmu hadits yang jumlahnya cukup
banyak. Di antaranya ada yang sampai kepada kita dan sebagian lagi ada yang
tidak sampai.
Adapun
hasil karya beliau yang sampai kepada kita adalah;
1.
Al Jami’ ash
Shahih
2.
Al Kuna wa Al
Asma’
3.
Al Munfaridaat wa
al wildan
4.
Ath Thabaqaat
5.
Rijalu ‘Urwah bin
Az Zubair
6.
At Tamyiz
Sedangkan
hasil karya beliau yang tidak sampai kepada kita adalah;
1.
Al Musnad al Kabir
‘Ala ar Rijal
2.
Al Jami’ al Kabir
3.
Al ‘Ilal
4.
Al Afraad
5.
Al Aqraan
6.
Su`alaat Muslim
7.
Hadits ‘Amru bin
Syu’aib
8.
Al Intifaa’
bi`ahabbi as sibaa’
9.
Masyayikhu Malik
10. Masyayikhu
Ats Tsauri
11. Masyayikhu
Syu’bah
12. Man
laisa lahu illa raawin waahid
13. Kitab
al Mukhadldlramin
14. Awladu
ash shahabah
15. Dzikru
awhaami al Muhadditsin
16. Afraadu
Asy Syamiyyin
H.
Wafatnya
beliau
Imam
Muslim wafat pada hari Ahad sore, dan dikebumikan di kampung Nasr Abad, salah
satu daerah di luar Naisabur, pada hari Senin, 25 Rajab 261 H bertepatan dengan
5 Mei 875. dalam usia beliau 55 tahun.
3. IMAM ABU DAUD
A. Pertumbuhan beliau
·
Nama:
1.
Menurut
Abdurrahman bin Abi Hatim, bahwa nama Abu Daud adalah Sulaiman bin al Asy'ats
bin Syadad bin 'Amru bin 'Amir.
2.
Menurut Muhammad
bin Abdul 'Aziz Al Hasyimi; Sulaiman bin al Asy'ats bin Basyar bin Syadad.
3.
Ibnu Dasah dan Abu
'Ubaid Al Ajuri berkata; Sulaiman bin al Asy'ats bin Ishaq bin Basyir bin
Syadad. Pendapat ini di perkuat oleh Abu Bakr Al Khathib di dalam Tarikhnya.
Dan dia dalam bukunya menambahi dengan; Ibnu 'Amru bin 'Imran al Imam, Syaikh
as Sunnah, Muqaddimu al huffazh, Abu Daud al-azadi as-Sajastani, muhaddits
Bashrah.
·
Nasab beliau:
1.
Al Azadi, yaitu
nisbat kepada Azd yaitu qabilah terkenal yang ada di daerah Yaman.
2.
Sedangkan
as-Sijistani, ada beberapa pendapat dalam nisbah ini, diantaranya:
Ada
yang berpendapat bahwasan as Sijistani merupakan nisbah kepada daerah Sijistan,
yaitu daerah terkenal. Ada juga yang berpendapat bahwa as sijistani merupakan
nisbah kepada sijistan atau sijistanah yaitu suatu kampung yang ada di Bashrah.
Tetapi menurut Muhammad bin Abi An Nashr bahwasannya di Bashrah tidak ada
perkampung yang bernama as-Sijistan. Namun pendapat ini di bantah bahwa di
dekat daerah Ahwaz ada daerah yang disebut dengan Sijistan
As
Sam'ani mengutip satu pendapat bahwa as-sijistan merupakan nisbah kepada
sijistan, yaitu salah suatu daerah terkenal yang terletak di kawasan Kabul
Abdul
Aziz menyebutkan bahwasannya sijistan merupakan nisbah kepada Sistan, yaitu
daerah terkenal yang sekarang ada di Negri Afganistan.
·
Tanggal lahir:
Tidak
ada ulama yang menyebutkan tanggal dan bulan kelahiran beliau, kebanyakan
refrensi menyebutkan tahun kelahirannya. Beliau dilahirkan pada tahun 202 H.
disandarkan kepada keterangan dari murid beliau, Abu Ubaid Al Ajuri ketika
beliau wafat, dia berkata: aku mendengar
Abu Daud berkata : “Aku dilahirkan
pada tahun 202 Hijriah"
B. Aktifitas beliau dalam menimba ilmu
Ketika
menelisik biografi imam Abu Daud, akan muncul paradigma bahwasanya beliau
semenjak kecil memiliki keahlian untuk menimba ilmu yang bermanfaat. Semua itu
ditunjang dengan adanya keutamaan yang telah di anugerahkan Allah kepadanya
berupa kecerdasan, kepandaian dan kejeniusan, disamping itu juga adanya
masyarakat sekelilingnya yang mempunyai andil besar dalam menimba ilmu.
Dia
semenjak kecil memfokuskan diri untuk belajar ilmu hadits, maka kesempatan itu
dia gunakan untuk mendengarkan hadits di negrinya Sijistan dan sekitarnya.
Kemudian dia memulai rihlah ilmiahnya ketika menginjak umur delapan belas
tahun. Dia merupakan sosok ulama yang sering berkeliling mencari hadits ke
berbagai belahan negri Islam, banyak mendengar hadits dari berbagai ulama, maka
tak heran jika dia dapat menulis dan menghafal hadits dengan jumlah besar yaitu
setengah juta atau bahkan lebih dari itu. Hal
ini merupakan modal besar bagi berbagai karya tulis beliau yang tersebar
setelah itu keberbagai pelosok negri islam, dan menjadi sandaran dalam
perkembangan keilmuan baik hadits maupun disiplin ilmu lainnya.
C. Rihlah beliau
Iman
Abu Daud adalah salah satu Iman yang sering berkeliling mencari hadits ke
negri-negri Islam yang ditempati para Kibarul Muhadditsin, beliau mencontoh
para syaikhnya terdahulu dalam rangka menuntut ilmu dan mengejar hadits yang
tersebar di berbagai daerah yang berada di dada orang-orang tsiqat dan Amanah.
Dengan motivasi dan semangat yang tinggi serta kecintaan beliau sejak kecil
terhadap ilmu-ilmu hadits, maka beliau mengadakan perjalanan (Rihlah)
dalam mencari ilmu sebelum genap berusia
18 tahun.
Adapun negri-negri islam
yang beliau kunjungi adalah;
1.
Iraq; Baghdad
merupakan daerah islam yang pertama kali beliau masuki, yaitu pada tahun 220
hijriah
2.
Kufah; beliau
kunjungi pada tahun 221 hijriah.
3.
Bashrah; beliau
tinggal disana dan banyak mendengar hadits di sana, kemudian keluar dari sana
dan kembali lagi setelah itu.
4.
Syam; Damsyiq,
Himsh dan Halb.
5.
AL Jazirah; masuk
ke daerah Haran, dan mendengar hadits dari penduduknya.
6.
Hijaz; mendengar
hadits dari penduduk Makkah, kemungkinan besar saat itu perjalanan beliau
ketika hendak menunaikan ibadah haji.
7.
Mesir
8.
Khurasan; Naisabur
dan Harrah, dan mendengar hadits dari penduduk Baghlan.
9.
Ar Ray
10. Sijistan;
tempat tinggal asal beliau, kelaur dari sana kemudian kembali lagi, kemudian
keluar menuju ke Bashrah.
D. Guru-guru beliau
Diantara guru beliau yang
terdapat di dalam sunannya adalah;
1.
Ahmad bin
Muhammmad bin Hanbal as Syaibani al Bagdadi
2.
Yahya bin Ma'in
Abu Zakariya
3.
Ishaq binIbrahin
bin Rahuyah abu ya'qub al Hanzhali
4.
Utsman bin
Muhammad bin abi Syaibah abu al Hasan al Abasi al Kufi.
5.
Muslim bin Ibrahim
al Azdi
6.
Abdullah bin
Maslamah bin Qa'nab al Qa'nabi al Harits al Madani
7.
Musaddad bin
Musarhad bin Musarbal
8.
Musa bin Ismail at
Tamimi.
9.
Muhammad bin
Basar.
10. Zuhair
bin Harbi (Abu Khaitsamah)
11. Umar
bin Khaththab as Sijistani.
12. Ali
bin Al Madini
13. Ash
Shalih abu sarri (Hannad bin sarri).
14. Qutaibah
bin Sa'id bin Jamil al Baghlani
15. Muhammad
bin Yahya Adz Dzuhli
Dan masih banyak yang
lainnya .
E. Murid-murid beliau
Diantara murid-murid
beliau, antara lain;
1.
Imam Abu 'Isa at
Tirmidzi
2.
Imam Nasa'i
3.
Abu Ubaid Al Ajuri
4.
Abu Thayyib Ahmad
bin Ibrahim Al Baghdadi (Perawi sunan Abi Daud dari beliau).
5.
Abu 'Amru Ahmad
bin Ali Al Bashri (perawi kitab sunan dari beliau).
6.
Abu Bakar Ahmad
bin Muhammad Al Khallal Al Faqih.
7.
Isma'il bin
Muhammad Ash Shafar.
8.
Abu Bakr bin Abi
Daud (anak beliau).
9.
Zakaria bin Yahya
As Saaji.
10. Abu
Bakar bin Abi Dunya.
11. Ahmad
bin Sulaiman An Najjar (perawi kitab Nasikh wal Mansukh dari beliau).
12. Ali
bin Hasan bin Al 'Abd Al Anshari (perawi sunsn dari beliau).
13. Muhammad
bin Bakr bin Daasah At Tammaar (perawi sunan dari beliau).
14. Abu
'Ali Muhammad bin Ahmad Al Lu'lu'i (perawi sunan dari beliau).
15. Muhammad
bin Ahmad bin Ya'qub Al Matutsi Al Bashri (perawi kitab Al Qadar dari beliau).
F. Persaksian para ulama terhadap beliau
Banyak
sekali pujian dan sanjungan dari tokoh-tokoh terkemuka kalangan imam dan ulama
hadits dan disiplin ilmu lainnya yang mengalir kepada imam Abu Daud
Rahimahullah, diantaranya adalah;
1.
Abdurrahman bin
Abi Hatim berkata : Abu daud Tsiqah
2.
Imam Abu Bakr Al
Khallal berkata: Imam Abu Daud adalah imam yang dikedepankan pada zamannya.
3.
Ibnu Hibban
berkata: Abu Daud merupakan salah satu imam dunia dalam bidang ilmu dan fiqih.
4.
Musa bin Harun
menuturkan: Abu Daud diciptakan di dunia untuk hadits dan di akhirat untuk
Syurga, dan aku tidak melihat seorangpun lebih utama daripada dirinya.
5.
Al Hakim berkata:
Abu Daud adalah imam bidang hadits di zamannya tanpa ada keraguan.
6.
Imam Abu Zakaria
Yahya bin Syaraf An Nawawi menuturkan: Para ulama telah sepakat memuji Abu Daud
dan mensifatinya dengan ilmu yang banyak, kekuatan hafalan, wara', agama
(kesholehan) dan kuat pemahamannya dalam hadits dan yang lainnya.
7.
Abu Bakr Ash
Shaghani berkata: Hadits dilunakkan bagi Abi Daud sebagaimana besi dilunakkan
bagi Nabi Daud.
8.
Adz Dzahabi
menuturkan:Abu Daud dengan keimamannya dalam hadits dan ilmu-ilmu yang
lainnya,termasuk dari ahli fiqih yang besar,maka kitabnya As Sunan telah jelas
menunjukkan hal tersebut.
G. Sifat kitab sunan Abi Daud
Imam
Abu Daud menyusun kitabnya di Baghdad. Prioritas penysusnan kitabnya adalah
masalah hukum, jadi kumpulan haditsnya lebih terfokus kepada hadits tentang
hukum. Sebagaimana yang di ungkapkan oleh as Suyuthi bahwasannya Abu Daud hanya
membatasi dalam bukunya pada hadits-hadits yang berkaitan dengan hukum saja.
Abu
Bakar bin Dasah menuturkan; aku mendengar Abu Daud berkata: Aku menulis dari
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebanyak lima ratus ribu hadits,
kemudian aku pilah-pilah dari hadits-hadits tersebut dan aku kumpulkan serta
aku letakkan dalam kitabku ini sebanyak empat ribu delapan ratus Hadits. Aku
sebutkan yang shahih, yang serupa dengannya dan yang mendekati kepada ke
shahihan. Cukuplah bagi seseorang untuk menjaga agamanya dengan berpegangan terhadap
empat hadits, yaitu; yang pertama;'segala perbuatan harus di sertai dengan
niat,' yang kedua; 'indikasi baik islamnya seseorang adalah meninggalkan
perkara yang tidak bermanfaat baginya.' Yang ketiga; 'tidaklah seorang mu'min
menjadi mu'min yang hakiki, sehingga dia rela untuk saudaranya sebagaimana dia
rela untuk dirinya sendiri.' Dan yang kelima; 'yang halal itu sudah jelas..'
H. Hasil karya beliau
Adapun hasil karya beliau
yang sampai kepada kita adalah;
1.
As Sunan
2.
Al marasil
3.
Al Masa'il
4.
Ijabaatuhu 'an su'alaati
Abi 'Ubaid al Ajuri
5.
Risalatuhu ila
ahli Makkah
6.
Tasmiyyatu al
Ikhwah alladziina rowaa 'anhum al hadits
7.
Kitab az zuhd
Adapun kitab beliau yang
hilang dari peredaran adalah;
1.
Ar Radd 'ala ahli
al qadar
2.
An Nasikh wal
Mansukh
3.
At Tafarrud
4.
Fadla'ilu al
anshar
5.
Musnad Hadits
Malik
6.
Dala'ilu an
nubuwwah
7.
Ad du'aa'
8.
Ibtidaa'u al wahyi
9.
Akhbaru al
Khawarij
10. Ma'rifatu
al awqaat
I.
Wafatnya
beliau
Abu
'Ubaid al Ajuri menuturkan; 'Imam abu daud meninggal pada hari jum'at tanggal
16 bulan syawwal tahun 275 hijriah, berumur 73 tahun. Beliau meninggal di
Busrah. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmatNya dan meridlai beliau.
4. IMAM TIRMIDZI
A. Pertumbuhan beliau
· Nama:
Muhammad bin 'Isa bin Saurah bin Musa bin adl Dlahhak
· Kunyah
beliau: Abu 'Isa
· Nasab
beliau:
1.
As Sulami; yaitu
nisbah kepada satu kabilah yang yang di jadikan sebagai afiliasi beliau, dan
nisbah ini merupakan nisbah kearaban
2.
At Tirmidzi;
nisbah kepada negri tempat beliau di lahirkan (Tirmidz), yaitu satu kota yang
terletak di arah selatan dari sungai Jaihun, bagian selatan Iran.
· Tanggal
lahir: para pakar sejarah tidak menyebutkan tahun kelahiran beliau secara
pasti, akan tetapi sebagian yang lain memperkirakan bahwa kelahiran beliau pada
tahun 209 hijriah. Sedang Adz Dzahabi berpendapat dalam kisaran tahun 210
hijriah.
Ada
satu berita yang mengatakan bahwa imam At Tirmidzi di lahirkan dalam keadaan
buta, padahal berita yang akurat adalah, bahwa beliau mengalami kebutaan di
masa tua, setelah mengadakan lawatan ilmiah dan penulisan beliau terhadap ilmu
yang beliau miliki.
Beliau
tumbuh di daerah Tirmidz, mendengar ilmu di daerah ini sebelum memulai rihlah
ilmiah beliau. Dan beliau pernah menceritakan bahwa kakeknya adalah orang
marwa, kemudian berpindah dari Marwa menuju ke tirmidz, dengan ini menunjukkan
bahwa beliau lahir di Tirmidzi.
B. Aktifitas beliau dalam menimba ilmu
Berbagai
literatur-literatur yang ada tidak menyebutkan dengan pasti kapan imam Tirmidzi
memulai mencari ilmu, akan tetapi yang tersirat ketika kita memperhatikan
biografi beliau, bahwa beliau memulai aktifitas mencari ilmunya setelah
menginjak usia dua puluh tahun. Maka dengan demikian, beliau kehilangan
kesempatan untuk mendengar hadits dari sejumlah tokoh-tokoh ulama hadits yang
kenamaan, meski tahun periode beliau memungkinkan untuk mendengar hadits dari
mereka, tetapi beliau mendengar hadits mereka melalui perantara orang lain.
Yang nampak adalah bahwa beliau memulai rihlah pada tahun 234 hijriah.
Beliau
memiliki kelebihan; hafalan yang begitu kuat dan otak encer yang cepat
menangkap pelajaran. Sebagai permisalan yang dapat menggambarkan kecerdasan dan
kekuatan hafalan beliau adalah, satu kisah perjalan beliau meuju Makkah, yaitu;
Pada
saat aku dalam perjalanan menuju Makkah, ketika itu aku telah menulis dua jilid
berisi hadits-hadits yang berasal dari seorang syaikh. Kebetulan Syaikh
tersebut berpapasan dengan kami. Maka aku bertanya kepadanya, dan saat itu aku
mengira bahwa "dua jilid kitab" yang aku tulis itu bersamaku. Tetapi
yang kubawa bukanlah dua jilid tersebut, melainkan dua jilid lain yang masih
putih bersih belum ada tulisannya. aku memohon kepadanya untuk menperdengarkan
hadits kepadaku, dan ia mengabulkan permohonanku itu. Kemudian ia membacakan
hadits dari lafazhnya kepadaku. Di sela-sela pembacaan itu ia melihat kepadaku
dan melihat bahwa kertas yang kupegang putih bersih. Maka dia menegurku:
'Tidakkah engkau malu kepadaku?' maka aku pun memberitahuka kepadanya
perkaraku, dan aku berkata; “aku telah mengahafal semuanya." Maka syaikh
tersebut berkata; 'bacalah!'. Maka aku pun membacakan kepadanya seluruhnya,
tetapi dia tidak mempercayaiku, maka dia bertanya: 'Apakah telah engkau
hafalkan sebelum datang kepadaku?' 'Tidak,' jawabku. Kemudian aku meminta lagi
agar dia meriwayatkan hadits yang lain. Ia pun kemudian membacakan empat puluh
buah hadits, lalu berkata: 'Coba ulangi apa yang kubacakan tadi,' Lalu aku
membacakannya dari pertama sampai selesai tanpa salah satu huruf pun."
C. Rihlah beliau
Imam
At Tirmidzi keluar dari negrinya menuju ke Khurasan, Iraq dan Haramain dalam
rangka menuntut ilmu. Di sana beliau mendengar ilmu dari kalangan ulama yang
beliau temui, sehingga dapat mengumpulkan hadits dan memahaminya. Akan tetapi
sangat di sayangkan beliau tidak masuk ke daerah Syam dan Mesir, sehingga
hadits-hadits yang beliau riwayatkan dari ulama kalangan Syam dan Mesir harus
melalui perantara, kalau sekiranya beliau mengadakan perjalanan ke Syam dan
Mesir, niscaya beliau akan mendengar langsung dari ulama-ulama tersebut,
seperti Hisyam bin 'Ammar dan semisalnya.
Para
pakar sejarah berbeda pendapat tentang masuknya imam At Tirmidzi ke daerah Baghdad,
sehingga mereka berkata; “kalau sekiranya dia masuk ke Baghdad, niscaya dia
akan mendengar dari Ahmad bin Hanbal. Al Khathib tidak menyebutkan at Timidzi
(masuk ke Baghdad) di dalam tarikhnya, sedangkan Ibnu Nuqthah dan yang lainnya
menyebutkan bahwa beliau masuk ke Baghdad. Ibnu Nuqthah menyebutkan bahwasanya
beliau pernah mendengar di Baghdad dari beberapa ulama, diantaranya adalah; Al
Hasan bin AshShabbah, Ahmad bin Mani' dan Muhammad bin Ishaq Ash shaghani.
Dengan
ini bisa di prediksi bahwa beliau masuk ke Baghdad setelah meninggalnya Imam
Ahmad bin Hanbal, dan ulama-ulama yang di sebutkan oleh Ibnu Nuqthah meninggal
setelah imam Ahmad. Sedangkan pendapat Al Khathib yang tidak menyebutkannya,
itu tidak berarti bahwa beliau tidak pernah memasuki kota Baghdad sama sekali,
sebab banyak sekali dari kalangan ulama yang tidak di sebutkan Al Khathib di
dalam tarikhnya, padahal mereka memasuki Baghdad.
Setelah
pengembaraannya, imam At Tirmidzi kembali ke negrinya, kemudian beliau masuk
Bukhara dan Naisapur, dan beliau tinggal di Bukhara beberapa saat.
Negri-negri yang pernah
beliau masuki adalah;
1.
Khurasan
2.
Bashrah
3.
Kufah
4.
Wasith
5.
Baghdad
6.
Makkah
7.
Madinah
8.
Ar Ray
D. Guru-guru beliau
Imam
at Tirmidzi menuntut ilmu dan meriwayatkan hadits dari ulama-ulama kenamaan. Di
antara mereka adalah
1.
Qutaibah bin Sa'id
2.
Ishaq bin Rahuyah
3.
Muhammad bin 'Amru
As Sawwaq al Balkhi
4.
Mahmud bin Ghailan
5.
Isma'il bin Musa
al Fazari
6.
Ahmad bin Mani'
7.
Abu Mush'ab Az
Zuhri
8.
Basyr bin Mu'adz
al Aqadi
9.
Al Hasan bin Ahmad
bin Abi Syu'aib
10. Abi
'Ammar Al Husain bin Harits
11. Abdullah
bin Mu'awiyyah al Jumahi
12. 'Abdul
Jabbar bin al 'Ala`
13. Abu
Kuraib
14. 'Ali
bin Hujr
15. 'Ali
bin sa'id bin Masruq al Kindi
16. 'Amru
bin 'Ali al Fallas
17. 'Imran
bin Musa al Qazzaz
18. Muhammad
bin aban al Mustamli
19. Muhammad
bin Humaid Ar Razi
20. Muhammad
bin 'Abdul A'la
21. Muhammad
bin Rafi'
22. Imam
Bukhari
23. Imam
Muslim
24. Abu
Dawud
25. Muhammad
bin Yahya al 'Adani
26. Hannad
bin as Sari
27. Yahya
bin Aktsum
28. Yahya
bun Hubaib
29. Muhammad
bin 'Abdul Malik bin Abi Asy Syawarib
30. Suwaid
bin Nashr al Marwazi
31. Ishaq
bin Musa Al Khathami
32. Harun
al Hammal.
Dan yang lainnya
E. Murid-murid beliau
Kumpulan
hadits dan ilmu-ilmu yang di miliki imam Tirmidzi banyak yang meriwayatkan,
diantaranya adalah;
1.
Abu Bakr Ahmad bin
Isma'il As Samarqandi
2.
Abu Hamid Abdullah
bin Daud Al Marwazi
3.
Ahmad bin 'Ali bin
Hasnuyah al Muqri`
4.
Ahmad bin Yusuf An
Nasafi
5.
Ahmad bin Hamduyah
an Nasafi
6.
Al Husain bin
Yusuf Al Farabri
7.
Hammad bin Syair
Al Warraq
8.
Daud bin Nashr bin
Suhail Al Bazdawi
9.
Ar Rabi' bin
Hayyan Al Bahili
10. Abdullah
bin Nashr saudara Al Bazdawi
11. 'Abd
bin Muhammad bin Mahmud An Safi
12. 'Ali
bin 'Umar bin Kultsum as Samarqandi
13. Al
Fadhl bin 'Ammar Ash Sharram
14. Abu
al 'Abbas Muhammad bin Ahmad bin Mahbub
15. Abu
Ja'far Muhammad bin Ahmad An Nasafi
16. Abu
Ja'far Muhammad bin sufyan bin An Nadlr An Nasafi al Amin
17. Muhammad
bin Muhammad bin Yahya Al Harawi al Qirab
18. Muhammad
bin Mahmud bin 'Ambar An Nasafi
19. Muhammad
bin Makki bin Nuh An Nasafai
20. Musbih
bin Abi Musa Al Kajiri
21. Makhul
bin al Fadhl An Nasafi
22. Makki
bin Nuh
23. Nashr
bin Muhammad bi Sabrah
24. Al
Haitsam bin Kulaib
Dan yang lainnya.
F. Persaksian para ulama terhadap beliau
Persaksian
para ulama terhadap keilmuan dan kecerdasan imam Tirmidzi sangatlah banyak,
diantaranya adalah;
1.
Imam Bukhari
berkata kepada imam At Tirmidzi; “ilmu yang aku ambil manfaatnya darimu itu
lebih banyak ketimbang ilmu yang engkau ambil manfaatnya dariku."
2.
Al Hafiz 'Umar bin
'Alak menuturkan; “Bukhari meninggal, dan dia tidak meninggalkan di Khurasan
orang yang seperti Abu 'Isa dalam hal ilmu, hafalan, wara' dan zuhud."
3.
Ibnu Hibban
menuturkan; “Abu 'Isa adalah sosok ulama yang mengumpulkan hadits,
membukukan, menghafal dan mengadakan diskusi dalam hal hadits."
4.
Abu Ya'la al
Khalili menuturkan; “Muhammad bin 'Isa at Tirmidzi adalah seorang yang tsiqah
menurut kesepatan para ulama, terkenal dengan amanah dandan keilmuannya.
5.
Abu Sa'd al Idrisi
menuturkan; “Imam Tirmidzi adalah salah seorang imam yang di ikuti dalam hal
ilmu hadits, beliau telah menyusun kitab al jami', tarikh dan 'ilal dengan cara
yang menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang alim yang kapabel. Beliau adalah
seorang ulama yang menjadi contoh dalam hal hafalan."
6.
Al Mubarak bin al
Atsram menuturkan; “Imam Tirmidzi merupakan salah seorang imam hafizh dan
tokoh."
7.
Al Hafizh al Mizzi
menuturkan; “Imam Tirmidzi adalah salah seorang imam yang menonjol, dan
termasuk orang yang Allah jadikan kaum muslimin mengambil manfaat darinya.
8.
Adz Dzahabi
menuturkan; “Imam Tirmidzi adalah seorang hafizh, alim, imam yang kapabel
9.
Ibnu Katsir
menuturkan: “Imam Tirmidzi adalah salah seorang imam dalam bidangnya pada
zaman beliau."
G. Keteledoran Ibnu Hazm;
Dalam
hal ini Ibnu Hazm melakukan kesalahan yang sangat fatal, sebab dia mengira
bahwa At Tirmidzi adalah seorang yang tidak dikenal, maka serta merta para
ulama membantah setatemennya ini, mereka berkata; “Ibnu Hazm telah menghukumi
dirinya sendiri dengan keminimannya dalam hal penelaahan, sebenarnya
kapabalitas Imam Tirmidzi tidak terpengaruh sekali dengan statemen Ibnu Hazm
tersebut, bahkan kapabilitas Ibnu Hazm sendiri yang menjadi tercoreng karena
dia tidak mengenali seorang imam yang telah tersebar kemampuannya. Dan ini
bukan pertama kali kesalahan yang dia lakukan, sebab banyak dari kalangan ulama
hafizh lagi tsiqah yang terkenal yang tidak dia ketahui."
Semua
ini kami paparkan dengan tidak sedikitpun mengurangi rasa hormat dan pengakuan
kami terhadap keutamaan dan keilmuannya, akan tetapi agar tidak terpedaya
dengan statemen-statemen yang nyeleneh darinya.
H. Hasil karya beliau
Imam
Tirmizi menitipkan ilmunya di dalam hasil karya beliau, diantara buku-buku
beliau ada yang sampai kepada kita dan ada juga yang tidak sampai. Di antara
hasil karya beliau yang sampai kepada kita adalah:
1.
Kitab Al Jami',
terkenal dengan sebutan Sunan at Tirmidzi.
2.
Kitab Al 'Ilal
3.
Kitab Asy Syama'il
an Nabawiyyah.
4.
Kitab Tasmiyyatu
ashhabi rasulillah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Adapun karangan beliau
yang tidak sampai kepada kita adalah;
1.
Kitab At-Tarikh.
2.
Kitab Az Zuhd.
3.
Kitab Al Asma` wa
al kuna.
I.
Wafatnya
beliau:
Di
akhir kehidupannya, imam at Tirmidzi mengalami kebutaan, beberapa tahun beliau
hidup sebagai tuna netra, setelah itu imam atTirmidzi meninggal dunia. Beliau
wafat di Tirmidz pada malam Senin 13 Rajab tahun 279 H bertepatan dengan 8
Oktober 892, dalam usia beliau pada saat itu 70 tahun.
5. IMAM NASA`I
A. Pertumbuhan beliau
·
Nama: Ahmad bin
Syu’aib bin Ali bin Sinan bin Bahr
·
Kuniyah beliau:
Abu Abdirrahman
·
Nasab beliau: An
Nasa`i dan An Nasawi, yaitu nisbah kepada negri asal beliau, tempat beliau di
lahirkan. Satu kota bagian dari Khurasan.
·
Tanggal lahir:
tahun 215 hijriah
·
Sifat-sifat
beliau: An Nasa`i merupakan seorang lelaki yang ganteng, berwajah bersih dan
segar, wajahnya seakan-akan lampu yang menyala. Beliau adalah sosok yang
karismatik dan tenang, berpenampilan yang sangat menarik.
Kondisi
itu karena beberapa faktor, diantaranya; dia sangat memperhatikan keseimbangan
dirinya dari segi makanan, pakaian, dan kesenangan, minum sari buah yang halal
dan banyak makan ayam.
B. Aktifitas beliau dalam menimba ilmu
Imam
Nasa`i memulai menuntut ilmu lebih dini, karena beliau mengadakan perjalanan ke
Qutaibah bin Sa’id pada tahun 230 hijriah, pada saat itu beliau berumur 15
tahun. Beliau tinggal di samping Qutaibah di negrinya Baghlan selama setahun
dua bulan, sehingga beliau dapat menimba ilmu darinya begitu banyak dan dapat
meriwayatkan hadits-haditsnya.
Imam
Nasa`i mempunyai hafalan dan kepahaman yang jarang di miliki oleh orang-orang
pada zamannya, sebagaimana beliau memiliki kejelian dan keteliatian yang sangat
mendalam. maka beliau dapat meriwayatkan hadits-hadits dari ulama-ulama kibar,
berjumpa dengan para imam huffazh dan yang lainnya, sehingga beliau dapat
menghafal banyak hadits, mengumpulkannya dan menuliskannya, sampai akhirnya
beliau memperoleh derajat yang pantas dalam disiplin ilmu ini.
Beliau
telah menulis hadits-hadits dla’if, sebagaimana beliaupun telah menulis
hadits-hadits shahih, padahal pekerjaan ini hanya di lakukan oleh ulama
pengkritik hadits, tetapi imam Nasa`i mampu untuk melakukan pekerjaan ini,
bahkan beliau memiliki kekuatan kritik yang detail dan akurat, sebagaimana yang
di gambarkan oleh al Hafizh Abu Thalib Ahmad bin Sazhr; ‘ siapa yang dapat
bersabar sebagaimana kesabaran An Nasa`i? dia memiliki hadits Ibnu Lahi’ah
dengan terperinci - yaitu dari Qutaibah dari Ibnu Lahi’ah-, maka dia tidak
meriwayatkan hadits darinya.’ Maksudnya karena kondisi Ibnu Lahi’ah yang
dla’if.
Dengan
ini menunjukkan, bahwa tendensi beliau bukan hanya memperbanyak riwayat hadits
semata, akan tetapi beliau berkeinginan untuk memberikan nasehat dan
menseterilkan syarea’at (dari bid’ah dan hal-hal yang diada-adakan)
Sebagaimana
imam Nasa`i selalu berhati-hati dalam mendengar hadits dan selalu selektif
dalam meriwayatkannya. Maka ketika beliau mendengar dari Al Harits bin Miskin,
dan banyak meriwayatkan darinya, akan tetapi beliau tidak mengatakan; ‘telah
menceritakan kepada kami,’ atau ‘telah mengabarkan kepada kami,’ secara
serampangan, akan tetapi dia selalu berkata; ‘dengan cara membacakan kepadanya
dan aku mendengar.’ Para ulama menyebutkan, bahwa faktor imam Nasa`i melakukan
hal tersebut karena terdapat kerenggangan antara imam Nasa`i dengan Al Harits,
dan tidak memungkinkan baginya untuk menghadiri majlis Al Harits, kecuali beliau
mendengar dari belakang pintu atau lokasi yang memungkinkan baginya untuk
mendengar bacaan qari` dan beliau tidak dapat melihatnya.
C. Rihlah beliau
Imam
Nasa`i mempunyai lawatan ilmiah cukup luas, beliau berkeliling kenegri-negri
Islam, baik di timur maupun di barat, sehingga beliau dapat mendengar dari
banyak orang yang mendengar hadits dari para hafizh dan syaikh.
Diantara negri yang
beliau kunjungi adalah sebagai berikut;
1.
Khurasan
2.
Iraq; Baghdad,
Kufah dan Bashrah
3.
Al Jazirah; yaitu
Haran, Maushil dan sekitarnya.
4.
Syam
5.
Perbatasan; yaitu
perbatasan wilayah negri islam dengan kekuasaan Ramawi
6.
Hijaz
7.
Mesir
D. Guru-guru beliau
Kemampuan
intelektual Imam Nasa’i menjadi matang dan berisi dalam masa lawatan ilmiahnya.
Namun demikian, awal proses pembelajarannya di daerah Nasa’ tidak bisa
dikesampingkan begitu saja, karena di daerah inilah, beliau mengalami proses
pembentukan intelektual, sementara masa lawatan ilmiahnya dinilai sebagai
proses pematangan dan perluasan pengetahuan.
Diantara guru-guru
beliau, yang teradapat didalam kitab sunannya adalah sebagai berikut;
1.
Qutaibah bin Sa’id
2.
Ishaq bin Ibrahim
3.
Hisyam bin ‘Ammar
4.
Suwaid bin Nashr
5.
Ahmad bin ‘Abdah
Adl Dabbi
6.
Abu Thahir bin as
Sarh
7.
Yusuf bin ‘Isa Az
Zuhri
8.
Ishaq bin Rahawaih
9.
Al Harits bin
Miskin
10. Ali
bin Kasyram
11. Imam
Abu Dawud
12. Imam
Abu Isa at Tirmidzi
Dan yang lainnya.
E. Murid-murid beliau
Murid-murid yang
mendengarkan majlis beliau dan pelajaran hadits beliau adalah;
1.
Abu al Qasim al
Thabarani
2.
Ahmad bin Muhammad
bin Isma’il An Nahhas an Nahwi
3.
Hamzah bin
Muhammad Al Kinani
4.
Muhammad bin Ahmad
bin Al Haddad asy Syafi’i
5.
Al Hasan bin
Rasyiq
6.
Muhmmad bin
Abdullah bin Hayuyah An Naisaburi
7.
Abu Ja’far al
Thahawi
8.
Al Hasan bin al
Khadir Al Asyuti
9.
Muhammad bin
Muawiyah bin al Ahmar al Andalusi
10. Abu
Basyar ad Dulabi
11. Abu
Bakr Ahmad bin Muhammad as Sunni.
Dan yang lainnya
F. Persaksian para ulama terhadap beliau
Dari
kalangan ulama seperiode beliau dan murid-muridnya banyak yang memberikan
pujian dan sanjungan kepada beliau, diantara mereka yang memberikan pujian
kepada beliau adalah;
1.
Abu ‘Ali An
Naisaburi menuturkan; ‘beliau adalah tergolong dari kalangan imam kaum
muslimin.’ Sekali waktu dia menuturkan; beliau adalah imam dalam bidang hadits
dengan tidak ada pertentangan.’
2.
Abu Bakr Al Haddad
Asy Syafi’I menuturkan; ‘aku ridla dia sebagai hujjah antara aku dengan Allah
Ta’ala.’
3.
Manshur bin
Isma’il dan At Thahawi menuturkan; ‘beliau adalah salah seorang imam kaum
muslimin.’
4.
Abu Sa’id bin
yunus menuturkan; ‘ beliau adalah seorang imam dalam bidang hadits, tsiqah,
tsabat dan hafizh.’
5.
Al Qasim Al
Muththarriz menuturkan; ‘beliau adalah seorang imam, atau berhak mendapat gelar
imam.’
6.
Ad Daruquthni
menuturkan; ‘Abu Abdirrahman lebih di dahulukan dari semua orang yang di
sebutkan dalam disiplin ilmu ini pada masanya.’
7.
Al Khalili
menuturkan; ‘beliau adalah seorang hafizh yang kapabel, di ridlai oleh para
hafidzh, para ulama sepakat atas kekuatan hafalannya, ketekunannya, dan
perkataannya bisa dijadikan sebagai sandaran dalam masalah jarhu wa ta’dil.’
8.
Ibnu Nuqthah
menuturkan; ‘beliau adalah seorang imam dalam disiplin ilmu ini.’
9.
Al Mizzi
menuturkan; ‘beliau adalah seorang imam yang menonjol, dari kalangan para
hafizh, dan para tokoh yang terkenal.’
G. Hasil karya beliau
Imam Nasa`i mempunyai
beberapa hasil karya, diantaranya adalah;
1.
As Sunan Ash
Shughra
2.
As Sunan Al Kubra
3.
Al Kuna
4.
Khasha`isu ‘Ali
5.
‘Amalu Al Yaum wa
Al Lailah
6.
At Tafsir
7.
Adl Dlu’afa wa al
Matrukin
8.
Tasmiyatu Fuqaha`i
Al Amshar
9.
Tasmiyatu man lam
yarwi ‘anhu ghaira rajulin wahid
10. Dzikru
man haddatsa ‘anhu Ibnu Abi Arubah
11. Musnad
‘Ali bin Abi Thalib
12. Musnad
Hadits Malik
13. Asma`u
ar ruwah wa at tamyiz bainahum
14. Al
Ikhwah
15. Al
Ighrab
16. Musnad
Manshur bin Zadzan
17. Al
Jarhu wa ta’dil
H. Wafatnya beliau
Setahun
menjelang kemangkatannya, beliau pindah dari Mesir ke Damsyik. Dan tampaknya
tidak ada konsensus ulama tentang tempat meninggal beliau. Al-Daruqutni
mengatakan, beliau di Makkah dan dikebumikan diantara Shafa dan Marwah.
Pendapat yang senada dikemukakan oleh Abdullah bin Mandah dari Hamzah al-’Uqbi
al-Mishri.
Sementara
ulama yang lain, seperti Imam al-Dzahabi, menolak pendapat tersebut. Ia
mengatakan, Imam al-Nasa’i meninggal di Ramlah, suatu daerah di Palestina.
Pendapat ini didukung oleh Ibn Yunus, Abu Ja’far al-Thahawi (murid al-Nasa’i)
dan Abu Bakar al-Naqatah. Menurut pandangan terakhir ini, Imam al-Nasa’i meninggal
pada tahun 303 H dan dikebumikan di Bait al-Maqdis, Palestina. Inna lillah wa
Inna Ilai Rajiun. Semoga jerih payahnya dalam mengemban wasiat Rasullullah guna
menyebarluaskan hadis mendapatkan balasan yang setimpal di sisi Allah. Amiiin.
6. IMAM IBNU MAJAH
A. Pertumbuhan beliau
·
Nama: Muhammad bin
Yazid bin Mâjah al Qazwînî.
·
Nama yang lebih
familier adalah Ibnu Mâjah yaitu laqab bapaknya (Yazîd). Bukan nama kakek
beliau.
·
Kuniyah beliau:
Abu ‘Abdullâh
·
Nasab beliau:
1.
Ar Rib’I;
merupakan nisbah wala` kepada Rabi’ah, yaitu satu kabilah arab.
2.
al Qazwînî adalah
nisbah kepada Qazwîn yaitu nisbah kepada salah satu kota yang terkenal di
kawasan ‘Iraq.
·
Tanggal lahir:
Ibnu Majah menuturkan tentang dirinya; "aku dilahirkan pada tahun 209
hijirah. Referensi-referensi yang ada tidak memberikan ketetapan yang pasti, di
mana Ibnu Majah di lahirkan, akan tetapi masa pertumbuhan beliau berada di
Qazwin. Maka bisa jadi Qazwin merupakan tempat tinggal beliau.
B. Aktifitas beliau dalam menimba ilmu
Ibnu
majah memulai aktifitas menuntut ilmunya di negri tempat tinggalnya Qazwin.
Akan tetapi sekali lagi referensi-referensi yang ada sementara tidak
menyebutkan kapan beliau memulai menuntut ilmunya. Di Qazwin beliau berguru
kepada Ali bin Muhammad at Thanafusi, dia adalah seorang yang tsiqah, berwibawa
dan banyak meriwayatkan hadits. Maka Ibnu Majah tidak menyia-nyiakan kesempatan
ini, dia memperbanyak mendengar dan berguru kepadanya. Ath Thanafusi meninggal
pada tahun 233 hijriah, ketika itu Ibnu Majah berumur sekitar 24 tahun. Maka
bisa di tarik kesimpulan bahwa permulaan Ibnu Majah menuntut ilmu adalah ketika
dia berumur dua puluh tahunan.
Ibnu
Majah termotivasi untuk menuntut ilmu, dan dia tidak puas dengan hanya tinggal
di negrinya, maka beliaupun mengadakan rihlah ilmiahnya ke sekitar negri yang
berdampingan dengan negrinya, dan beliau mendengar hadits dari negri-negri
tersebut.
C. Rihlah beliau
Ibnu
Majah meniti jalan ahli ilmu pada zaman tersebut, yaitu mengadakan rihlah dalam
rangka menuntut ilmu. Maka beliau pun keluar meninggalkan negrinya untuk
mendengar hadits dan menghafal ilmu. Berkeliling mengitari negri-negri islam
yang menyimpan mutiara hadits. Bakat dan minatnya di bidang Hadis makin besar.
Hal inilah yang membuat Ibnu Majah berkelana ke beberapa daerah dan negri guna
mencari, mengumpulkan, dan menulis Hadis. Puluhan negri telah ia kunjungi,
antara lain:
1.
Khurasan; Naisabur
dan yang lainnya
2.
Ar Ray
3.
Iraq; Baghdad,
Kufah, Wasith dan Bashrah
4.
Hijaz; Makkah dan
Madinah
5.
Syam; damasqus dan
Himsh
6.
Mesir
D. Guru-guru beliau
Ibnu
Majah sama dengan ulama-ulama pengumpul hadits lainnya, beliau mempunyai guru
yang sangat banyak sekalia. Diantara guru beliau adalah;
1.
‘Ali bin Muhammad
ath Thanâfusî
2.
Jabbarah bin AL
Mughallas
3.
Mush’ab bin
‘Abdullah az Zubair
4.
Suwaid bin Sa’îd
5.
Abdullâh bin
Muawiyah al Jumahî
6.
Muhammad bin Ramh
7.
Ibrahîm bin
Mundzir al Hizâmi
8.
Muhammad bin
Abdullah bin Numair
9.
Abu Bakr bin Abi
Syaibah
10. Hisyam
bin ‘Ammar
11. Abu
Sa’id Al Asyaj
Dan yang lainnya.
E. Murid-murid beliau
Keluasan
‘ilmu Ibnu Majah membuat para penuntut ilmu yang haus akan ilmu berkeliling
dalam majlis yang beliau dirikan. Maka sangat banyak sekali murid yang
mengambil ilmu darinya, diantara mereka adalah;
1.
Muhammad bin ‘Isa
al Abharî
2.
Abu Thayyib Ahmad
al Baghdadî
3.
Sulaiman bin Yazid
al Fami
4.
‘Ali bin Ibrahim
al Qaththan
5.
Ishaq bin Muhammad
6.
Muhammad bin ‘Isa
ash Shiffar
7.
‘Ali bin Sa’îd al
‘Askari
8.
Ibnu Sibuyah
9.
Wajdî Ahmad bin
Ibrahîm
Dan yang lainnya.
F. Persaksian para ulama terhadap beliau
1.
Al HafizhAl
Khalili menuturkan; “(Ibnu Majah) adalah seorang yang tsiqah kabir, muttafaq
‘alaih, dapat di jadikan sebagai hujjah, memiliki pengetahuan yang mendalam
dalam masalah hadits, dan hafalan.”
2.
Al Hafizh Adz
Dzahabi menuturkan; "(Ibnu Majah) adalah seorang hafizh yang agung, hujjah
dan ahli tafsir."
3.
Al Mizzi
menuturkan; “(Ibnu Majah) adalah seorang hafizh, pemilik kitab as sunan dan
beberapa hasil karya yang bermanfa’at.”
4.
Ibnu Katsîr
menuturkan: “Ibnu Majah adalah pemilik kitab as Sunnan yang Masyhur. Ini
menunjukkan ‘amalnya, ‘ilmunya, keluasan pengetahuannya dan kedalamannya dalam
hadits serta ittibâ’nya terhadap Sunnah dalam hal perkara-perakra dasar maupun
cabang
G. Hasil karya beliau
Ibnu
Majah adalah seorang ulama penyusun buku, dan hasil karya beliau cukuplah
banyak. Akan tetapi sangat di sayangkan, bahwa buku-buku tersebut tidak sampai
kekita. Adapun diantara hasil karya beliau yang dapat di ketahui sekarang ini
adalah:
1.
Kitab as-Sunan
yang masyhur
2.
Tafsîr al Qurân al
Karîm
3.
Kitab at Tarîkh
yang berisi sejarah mulai dari masa ash-Shahâbah sampai masa beliau.
H. Wafatnya beliau
Beliau
meninggal pada hari senin, tanggal duapuluh satu ramadlan tahun dua ratus tujuh
puluh tiga hijriah. Di kuburkan esok harinya pada hari selasa. Semoga Allah
selalu melimpahkan rahmat dan keridlaan-Nya kepada beliau.
7. IMAM AHMAD
A. Pertumbuhan beliau
·
Nama: Ahmad bin
Muhamad bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin Idris bin Abdullah bin Hayyan bin
Abdullah bin Anas bin 'Auf bin Qasithi bin Marin bin Syaiban bin Dzuhl bin
Tsa'labah bin Uqbah bin Sha'ab bin Ali bin Bakar bin Wail.
·
Kuniyah: Abu
Abdillah
·
Nasab beliau:
Bapak dan ibu beliau adalah orang arab, keduanya anak Syaiban bin Dzuhl bin
Tsa'labah, seorang arab asli. Bahkan nasab beliau bertemu dengan Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam di Nazar.
·
Kelahiran beliau:
Imam Ahmad dilahirkan di kota Baghdad. Ada yang berpendapat bahwa di Marwa,
kemudian di bawa ke Baghdad ketika beliau masih dalam penyusuan. Hari lahir
beliau pada tanggal dua puluh Rabi'ul awwal tahun 164 hijriah.
Ayah
Imam Ahmad dan kakeknya meninggal ketika beliau lahir, sehingga semenjak kecil
ia hanya mendapatkan pengawasan dan kasih sayang ibunya saja. Jadi, beliau
tidak hanya sama dengan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam masalah nasab
saja, akan tetapi beliau juga sama dengan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
dalam masalah yatim.
Meskipun
imam Ahmad tidak mewaritsi harta dari ayah dan kakeknya, tetapi beliau telah
mewaritsi dari kakeknya kemulian nasab dan kedudukan, sedang dari ayahnya telah
mewaritsi kecintaan terhadap jihad dan keberanian. Ayah beliau, Muhammad bin
Hambal menemui ajalnya ketika sedang berada di medan jihad, sedang kakeknya,
Hambal bin Hilal adalah seorang penguasa daerah Sarkhas, pada saat kekhilafahan
Umawiyyah.
B. Aktifitas beliau dalam menimba ilmu
Permulaan
imam Ahmad dalam rangka menuntut ilmu pada tahun 179 Â hijriah, pada saat itu
beliau berusia empat belas tahu, beliau menuturkan tentang dirinya; ' ketika
aku masih anak-anak, aku modar-mandir menghadiri sekolah menulis, kemudian aku
bolak-balik datang keperpustakaan  ketika aku berumur empat belas tahun.'
Beliau
mendapatkan pendidikannya yang pertama di kota Baghdad. Saat itu, kota Bagdad
telah menjadi pusat peradaban dunia Islam, yang penuh dengan beragam jenis ilmu
pengetahuan. Di sana tinggal para qari', ahli hadits, para sufi, ahli bahasa,
filosof, dan sebagainya.
Setamatnya
menghafal Alquran dan mempelajari ilmu-ilmu bahasa Arab di al-Kuttab saat
berumur 14 tahun, beliau melanjutkan pendidikannya ke ad-Diwan. Beliau terus
menuntut ilmu dengan penuh semangat yang tinggi dan tidak mudah putus asa.
Keteguhan
dalam mencari ilmu telah mengantarkan imam Ahmad menjadi ulama besar dan
disegani, baik dari kalangan masyarakat awwam, terpelajar maupun dari kalangan
penguasa. Dalam rihlah ilmiyyah yang beliau jalani, ada satu pelajaran yang
patut kita conth, setiap kali bekalnya habis, beliau selalu mendermakan dirinya
untuk bekerja guna melanjutkan perjalanannya. Ia tidak mau menerima uang
ataupun materi lainnya selain dari hasil kerja keras dan hasil keringatnya
sendiri.
C. Rihlah beliau
Kecintaannya
kepada ilmu begitu luar biasa. Karenanya, setiap kali mendengar ada ulama
terkenal di suatu tempat, ia rela menempuh perjalanan jauh dan waktu lama hanya
untuk menimba ilmu dari sang ulama. Kecintaan kepada ilmu jua yang menjadikan
beliau rela tak menikah dalam usia muda. Beliau baru menikah setelah usia 40
tahun.
Diantara negri yang
beliau kunjungi adalah:
1.
Bashrah; beliau
kunjungi pada tahun 186 hijriah, kedua kalinya beliau mengunjungi pada tahun
190 hijriah, yang ketiga beliau kunjungi pada tahun 194 hijriah, dan yang
keempat beliau mengunjungi pada tahun 200 hijriah.
2.
Kufah; beliau
mengunjunginya pada tahun 183 hijriah, dan keluar darinya pada tahun yang sama,
dan ini merupakan rihlah beliau yang pertama kali setelah keluar dari Baghdad.
3.
Makkah; beliau
memasukinya pada tahun 187 hijriah, di sana berjumpa dengan imam Syafi'i.
kemudian beliau mengunjunginya lagi pada tahun 196 hijriah, dan beliau juga
pernah tinggal di Makkah pada tahun 197, pada tahun itu bertemu dengan
Abdurrazzaq. Kemudian pada tahun 199 hijriah beliau keluar dari Makkah.
4.
Yaman; beliau
meninggalkan Makkah menuju Yaman dengan berjalan kaki pada tahun 199 hijriah.
Tinggal di depan pintu Ibrahim bin 'Uqail selama dua hari dan dapat menulis
hadits dari Adurrazzaq.
5.
Tharsus; Abdullah
menceritakan; ' ayahku keluar menuju Tharsus dengan berjalan kaki.
6.
Wasith; Imam Ahmad
menuturkan tentang perjalanan beliau; ' aku pernah tinggal di tempat Yahya bin
Sa'id Al Qaththan, kemudian keluar menuju Wasith.'
7.
Ar Riqqah; Imam
Ahmad menuturkan; 'Di Riqqah aku tidak menemukan seseorang yang lebih utama
ketimbang Fayyadl bin Muhammad bin Sinan.'
8.
Ibadan; beliau
mengunjunginya pada tahun 186 hijriah, di sana tinggal Abu Ar Rabi' dan beliau
dapat menulis hadits darinya.
9.
Mesir; beliau
berjanji kepada imam Syafi'I untuk mengunjunginya di Mesir, akan tetapi dirham
tidak menopangnya mengunjungi imam Syafi'I di sana.
D. Guru-guru beliau
Semenjak kecil imam Ahmad
memulai untuk belajar, banyak sekali guru-guru beliau, diantaranya;
1.
Husyaim bin
Basyir, imam Ahmad berguru kepadanya selama lima tahun di kota Baghdad.
2.
Sufyan bin Uyainah
3.
Ibrahim bin Sa'ad
4.
Yahya bin Sa'id al
Qaththân
5.
Walîd bin
Muslim
6.
Ismail bin
'Ulaiyah
7.
Al Imam Asy
Syafi'i
8.
Al Qadli Abu Yusuf
9.
Ali bin Hasyim bin
al Barid
10. Mu'tamar
bin Sulaiman
11. Waki'
bin Al Jarrah
12. 'Amru
bin Muhamad bin Ukh asy Syura
13. Ibnu
Numair
14. Abu
Bakar Bin Iyas
15. Muhamad
bin Ubaid ath Thanafusi
16. Yahya
bin Abi Zaidah
17. Abdul
Rahman bin Mahdi
18. Yazid
bin Harun
19. Abdurrazzaq
bin Hammam Ash Shan'ani
20. Muhammad
bin Ja'far
Dan masih banyak lagi
guru-guru beliau.
E. Murid-murid beliau
Tidak
hanya ahli hadits dari kalangan murid-murid beliau saja yang meriwayatkan dari
beliau, tetapi guru-guru beliau dan ulama-ulama besar pada masanyapun tidak
ketinggalan untuk meriwayatkan dari beliau. Dengan ini ada klasifikasi
tersendiri dalam kategori murid beliau, diantaranya;
Guru beliau yang
meriwayatkan hadits dari beliau;
1.
Abdurrazzaq
2.
Abdurrahman bin
Mahdi
3.
Waki' bin Al
Jarrah
4.
Al Imam Asy
Syafi'i
5.
Yahya bin Adam
6.
Al Hasan bin Musa
al Asy-yab
Sedangkan dari
ulama-ulama besar pada masanya yang meriwayatkan dari beliau adalah;
1.
Al Imam Al Bukhari
2.
Al Imam Muslim bin
Hajjaj
3.
Al Imam Abu Daud
4.
Al Imam At
Tirmidzi
5.
Al Imam Ibnu Majah
6.
Al Imam An Nasa`i
Dan murid-murid beliau
yang meriwayatkan dari beliau adalah;
1.
Ali bin Al Madini
2.
Yahya bin Ma'in
3.
Dahim Asy Syami
4.
Ahmad bin Abi Al
Hawari
5.
Ahmad bin Shalih
Al Mishri
F. Persaksian para ulama terhadap beliau
1.
Qutaibah
menuturkan; sebaik-baik penduduk pada zaman kita adalah Ibnu Al Mubarak,
kemudian pemuda ini (Ahmad bin Hambal), dan apabila kamu melihat seseorang
mencintai Ahmad, maka ketahuilah bahwa dia adalah pengikut sunnah. Sekiranya
dia berbarengan dengan masa Ats Tsauri dan al Auza'I serta Al Laits, niscaya
Ahmad akan lebih di dahulukan ketimbang mereka. Ketika di tanyakan kepada
Qutaibah; apakah anda menggabungkan Ahmad dalam kategori Tabi'in? maka dia
menjawab; bahkan kibaru at tabi'in. dan dia berkata; 'kalau bukan karena Ats
Tsauri, wara' akan sirnah. Dan kalau bukan karena Ahmad, dien akan mati.'
2.
Asy Syafi'I menuturkan;
aku melihat seorang pemuda di Baghdad, apabila dia berkata; 'telah meriwayatkan
kepada kami,' maka orang-orang semuanya berkata; 'dia benar'. Maka ditanakanlah
kepadanya; 'siapakah dia?' dia menjawab; 'Ahmad bin Hambal.'
3.
Ali bin Al Madini
menuturkan; sesungghunya Allah memuliakan agama ini dengan perantaraan Abu
Bakar pada saat timbul fitnah murtad, dan dengan perantaraan Ahmad bin Hambal
pada saat fitnah Al qur`an makhluk.'
4.
Abu 'Ubaidah
menuturkan; 'ilmu kembali kepada empat orang' kemudian dia menyebutkan Ahmad
bin Hmabal, dan dia berkata; 'dia adalah orang yang paling fakih diantara
mereka.'
5.
Abu Ja'far An
Nufaili menuturkan; 'Ahmad bin Hambal termasuk dari tokoh agama.'
6.
Yahya bin Ma'in
menuturkan; 'Aku tidak pernah melihat seseorang yang meriwayatkan hadits karena
Allah kecuali tiga orang; Ya'la bin 'Ubaid, Al Qa'nabi, Ahmad bin Hambal.'
7.
Ibrahim berkata;
'orang 'alim pada zamannya adalah Sa'id bin Al Musayyab, Sufyan Ats Tsaur di
zamannya, Ahmad bin Hambal di zamannya.'
8.
Ibnu bi Hatim
menuturkan; 'Aku bertanya kepada ayahku tentang 'ali bin Al Madini dan Ahmad
bin Hambal, siapa diantara kedunya yang paling hafizh?' maka ayahku menjawab; '
keduanya didalam hafalan saling mendekat, tetapi Ahmad adalah yang paling
fakih.'
9.
Imam Syafi'i masuk
menemui Imam Ahmad dan berkata, “Engkau lebih tahu tentang hadits dan
perawi-perawinya. Jika ada hadits shahih (yang engkau tahu), maka beri tahulah
aku. Insya Allah, jika (perawinya) dari Kufah atau Syam, aku akan pergi
mendatanginya jika memang shahih.†Ini menunjukkan kesempurnaan agama
dan akal Imam Syafi'i karena mau mengembalikan ilmu kepada ahlinya.
G. Hasil karya beliau
Diantara hasil karya Imam
Bukhari adalah sebagai berikut :
1.
Al Musnad
2.
Al 'Ilal
3.
An Nasikh wa al
Mansukh
4.
Az Zuhd
5.
Al Asyribah
6.
Al Iman
7.
Al Fadla`il
8.
Al Fara`idl
9.
Al Manasik
10. Tha'atu
ar Rasul
11. Al
Muqaddam wa al mu`akhkhar
12. Jawwabaatu
al qur`an
13. Haditsu
Syu'bah
14. Nafyu
at tasybih
15. Al
Imamah
16. Kitabu
al fitan
17. Kitabu
fadla`ili ahli al bait
18. Musnad
ahli al bait
19. Al
asmaa` wa al kunaa
20. Kitabu
at tarikh
Masih ada lagi buku-buku
yang di nisbahkan kepada imam Ahmad, diantaranya;
1.
At tafsir. Adz
Dzahabi berpendapat bahwa buku tersebut tidak ada.
2.
Ar Risalah fi ash
shalah
3.
Ar Radd 'ala al
jahmiyyah.
Ada lagi beberapa hasil
karya beliau yang di kumpulkan oleh Abu Bakar al Khallal, diantaranya;
1.
Kitabu al 'illal
2.
Kitabu al 'ilmi
3.
Kitabu as sunnah.
H. Wafatnya beliau
Pada
permulaan hari Jumat tanggal 12 Rabi'ul Awwal tahun 241, beliau menghadap
kepada rabbnya menjemput ajalnya di Baghdad. Kaum muslimin bersedih dengan
kepergian beliau. Tak sedikit mereka yang turut mengantar jenazah beliau sampai
beratusan ribu orang. Ada yang mengatakan 700 ribu orang, ada pula yang
mengatakan 800 ribu orang, bahkan ada yang mengatakan sampai satu juta lebih
orang yang menghadirinya. Semuanya menunjukkan bahwa sangat banyaknya mereka
yang hadir pada saat itu demi menunjukkan penghormatan dan kecintaan mereka kepada
beliau.
8. IMAM MALIK
A. Perkenalan
·
Nama: Mâlik bin
Anas bin Mâlik bin Abi Âmir bin Amru bin Al Harits bin ghailân bin Hasyat bin
Amru bin Harits.
·
Kunyah beliau: Abu
Adbillah
·
Nasab beliau:
1.
Al Ashbuhi; adalah
nisbah yang di tujukan kepada dzi ashbuh, dari Humair
2.
Al Madani; nisbah
kepada Madinah, negri tempat beliau tinggal.
·
Tanggal lahir:
Beliau dilahirkan di
Madinah tahun 93 H, bertepatan dengan tahun meninggalnya sahabat yang mulia
Anas bin Malik. Ibunya mengandung dia selama tiga tahun.
·
Sifat-sifat imam
Malik: beliau adalah sosok yang tinggi besar, bermata biru, botak, berjenggot
lebat, rambut dan jenggotnya putih, tidak memakai semir rambut, dan beliau
menipiskan kumisnya. Beliau senang mengenakan pakaian bersih, tipis dan putih,
sebagaimana beliaupun sering bergonta-ganti pakaian. Memakai serban, dan
meletakkan bagian sorban yang berlebih di bawah dagunya.
B. Aktifitas beliau dalam menimba ilmu
Imam
Malik tumbuh ditengah-tengah ilmu pengetahuan, hidup dilingkungan keluarga yang
mencintai ilmu, dikota Darul Hijrah, sumber mata air As Sunah dan kota rujukan
para alim ulama. Di usia yang masih sangat belia, beliau telah menghapal Al
Qur`an, menghapal Sunah Rasulullah, menghadiri majlis para ulama dan berguru
kepada salah seorang ulama besar pada masanya yaitu Abdurrahman Bin Hurmuz.
Kakek
dan ayahnya adalah ulama hadits terpandang di Madinah. Maka semenjak kecil,
Imam Malik tidak meninggalkan Madinah untuk mencari ilmu. Ia merasa Madinah
adalah kota dengan sumber ilmu yang berlimpah dengan kehadiran ulama-ulama
besar.
Karena
keluarganya ulama ahli hadits, maka Imam Malik pun menekuni pelajaran hadits
kepada ayah dan paman-pamannya. Disamping itu beliau pernah juga berguru kepada
para ulama terkenal lainnya
Dalam
usia yang terbilang muda, Imam Malik telah menguasai banyak disiplin ilmu.
Kecintaannya kepada ilmu menjadikan hampir seluruh hidupnya di salurkan untuk
memperoleh ilmu.
C. Rihlah beliau
Meskipun
Imam Malik memiliki kelebihan dalam hafalan dan kekuatan pengetahuannya, akan tetapi
beliau tidak mengadakan rihlah ilmiah dalam rangka mencari hadits, karena
beliau beranggapan cukup dengan ilmu yang ada di sekitar Hijaz. Meski beliau
tidak pernah mengadakan perjalanan ilmiyyah, tetapi beliau telah menyangdang
gelar seorang ulama, yang dapat memberikan fatwa dalam permasalahan ummat, dan
beliau pun membentuk satu majlis di masjid Nabawi pada saat beliau menginjak
dua puluh satu tahun, dan pada saat itu guru beliau Nafi’ hiudp. Semua itu agar
dapat mentransfer pengetahuannya kepada kaum muslimin serta kaum muslimin dapat
mengambil manfaat dari pelajaran yang di sampaikan sang imam
D. Guru-guru beliau
Imam
Malik berjumpa dengan sekelompok kalangan tabi’in yang telah menimba ilmu dari
para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan yang paling menonjol
dari mereka adalah Nafi’ mantan budak Abdullah bin ‘Umar. Malik berkata; ‘Nafi’
telah menyebarkan ilmu yang banyak dari Ibnu ‘Umar, lebih banyak dari apa yang
telah disebarkan oleh anak-anak Ibnu Umar,’
Guru-guru imam Malik,
selain Nafi’, yang telah beliau riwayatkan haditsnya adalah;
1.
Abu Az Zanad
Abdullah bin Zakwan
2.
Hisyam bin ‘Urwah
bin Az Zubair
3.
Yahya bin Sa’id Al
Anshari
4.
Abdullah bin Dinar
5.
Zaid bin Aslam,
mantan budak Umar
6.
Muhammad bin
Muslim bin Syihab AzZuhri
7.
Abdullah bin Abi
Bakr bin Hazm
8.
Sa’id bin Abi
Sa’id Al Maqburi
9.
Sami mantan budak
Abu Bakar
E. Murid-murid beliau
Banyak
sekali para penuntut ilmu meriwayatkan hadits dari imam Malik ketika beliau
masih muda belia. Disini kita kategorikan beberapa kelompok yang meriwayatkan
hadits dari beliau, diantaranya;
Guru-guru beliau yang
meriwayatkan dari imam Malik, diantaranya;
1.
Muhammad bin
Muslim bin Syihab Az Zahrani
2.
Yahya bin SA’id Al
Anshari
3.
Paman beliau, Abu
Sahl Nafi’ bin Malik
Dari kalangan teman
sejawat beliau adalah;
1.
Ma’mar bin Rasyid
2.
Abdul Malik bin
Juraij
3.
Imam Abu Hanifah,
An Nu’man bin Tsabit
4.
Syu’bah bin al
Hajaj
5.
Sufyan bin Sa’id
Ats Tsauri
6.
Al Laits bin Sa’d
Orang-orang yang
meriwayatkan dari imam Malik setelah mereka adalah;
1.
Yahya Bin Sa’id Al
Qaththan
2.
Abdullah bin Al
Mubarak
3.
Abdurrahman bin
Mahdi
4.
Waki’ bin al
Jarrah
5.
Imam Muhammad bin
Idris Asy Syafi’i.
Sedangkan yang
meriwayatkan Al Muwaththa` banyak sekali, diantaranya;
1.
Abdullah bin Yusuf
At Tunisi
2.
Abdullah bin
Maslamah Al Qa’nabi
3.
Abdullah bin Wahb
al Mishri
4.
Yahya bin Yahya Al
Laitsi
5.
Abu Mush’ab Az
Zuhri
F. Persaksian para ulama terhadap beliau
1.
Imam malik
menerangkan tentang dirinya; ‘aku tidak berfatwa sehingga tujuh puluh orang
bersaksi bahwa diriku ahli dalam masalah tersebut.
2.
Sufyan bin
‘Uyainah menuturkan; “Malik merupakan orang alim penduduk Hijaz, dan dia
merupakan hujjah pada masanya.”
3.
Muhammad bin idris
asy syafi`i menuturkan: “Malik adalah pengajarku, dan darinya aku menimba ilmu.”
Dan dia juga menuturkan; ” apabila ulama di sebutkan, maka Malik adalah
bintang.”
4.
Muhammad bin idris
asy syafi`i menuturkan: “saya tidak mengetahui kitab ilmu yang lebih banyak
benarnya dibanding kitab Imam Malik” dan imam Syafi’I berkata: “tidak ada
diatas bumi ini kitab setelah kitabullah yang lebih sahih dari kitab Imam
Malik”.
5.
Abdurrahman bin
Mahdi menuturkan; “aku tidak akan mengedepankan seseorang dalam masalah
shahihnya sebuah hadits dari pada Malik.”
6.
Al Auza’I apabila
menyebut Imam Malik, dia berkata; ” ‘Alimul ‘ulama, dan mufti haramain.”
7.
Yahya bin Sa’id al
Qaththan menuturkan; “Malik merupakan imam yang patut untuk di contoh.”
8.
Yahya bin Ma’in
menuturkan; ” malik merupakan hujjah Allah terhadap makhluk-Nya.”
G. Hasil karya beliau
Muwaththa`
merupakan hasil karya imam Malik yang paling spektakuler, dan disana masih ada
beberapa karya beliau yang tersebar, diantaranya;
1.
Risalah fi al
qadar
2.
Risalah fi an
nujum wa manazili al qamar
3.
Risalah fi al
aqdliyyah
4.
Risalah ila abi
Ghassan Muhammad bin Mutharrif
5.
Risalah ila al
Laits bin Sa’d fi ijma’i ahli al madinah
6.
Juz`un fi at
tafsir
7.
Kitabu as sirr
8.
Risalatu ila Ar
Rasyid.
H. Wafatnya beliau
Beliau
meninggal dunia pada malam hari tanggal 14 safar 179 H pada usia yang ke 85 tahun
dan dimakamkan di Baqî` Madinah munawwarah.
9. IMAM DARIMI
A. Pertumbuhan beliau
·
Nama: Beliau
adalah Abdullah bin Abdurrahman bin al Fadhl bin Bahram bin Abdush Shamad.
·
Kuniyah beliau;
Abu Muhammad
·
Nasab beliau:
1.
At Tamimi; adalah
nisbah yang ditujukan kepada satu qabilah Tamim.
2.
Ad Darimi; adalah
nisbah kepada Darim bin Malik dari kalangan at Tamimi. Dengan nisbah ini beliau
terkenal.
3.
As Samarqandi;
yaitu nisbah kepada negri tempat tinggal beliau
·
Tanggal lahir:
Ia
di lahirkan pada taun 181 H, sebagaimana yang di terangkan oleh imam Ad Darimi
sendiri, beliau menuturkan; 'aku dilahirkan pada tahun meninggalnya Abdullah
bin al Mubarak, yaitu tahun seratus delapan puluh satu.
Ada
juga yang berpendapat bahwa beliau lahir pada tahun seratus delapan puluh dua
hijriah.
B. Aktifitas beliau dalam menimba ilmu
Allah
menganugerahkan kepada iama Ad Darimi kecerdasan, pikiran yang tajam dan daya
hafalan yang sangat kuat, teristimewa dalam menghafal hadits. Beliau berjumpa
dengan para masyayikh dan mendengar ilmu dari mereka. Akan tetapi sampai
sekarang kami tidak mendapatkan secara pasti sejarah beliau dalam memulai
menuntut ilmu
Beliau
adalah sosok yang tawadldlu' dalam hal pengambilan ilmu, mendengar hadits dari
kibarul ulama dan shigharul ulama, sampai-sampai dia mendengar dari sekelompok
ahli hadits dari kalangan teman sejawatnya, akan tetapi dia jua seorang yang
sangat selektif dan berhati-hati, karena dia selalu mendengar hadits dari
orang-orang yang terpercaya dan tsiqah, dan dia tidak meriwayatkan hadits dari
setiap orang.
C. Rihlah beliau
Rihlah
dalam rangka menuntut ilmu merupakan bagian yang sangat mencolok dan sifat yang
paling menonjol dari tabiat para ahlul hadits, karena terpencarnya para
pengusung sunnah dan atsar di berbagai belahan negri islam yang sangat luas.
Maka Imam ad Darimi pun tidak ketinggalan dengan meniti jalan pakar disiplin
ilmu ini.
Diantara negri yang
pernah beliau singgahi adalah;
1.
Khurasan
2.
Iraq
3.
Baghdad
4.
Kufah
5.
Wasith
6.
Bashrah
7.
Syam; Damasqus,
Himash dan Shur.
8.
Jazirah
9.
Hijaz; Makkah dan
Madinah.
D. Guru-guru beliau
Guru-guru imam Ad Darimi
yang telah beliau riwayatkan haditsnya adalah;
1.
Yazid bin Harun
2.
Ya'la bin 'Ubaid
3.
Ja'far bin 'Aun
4.
Basyr bin 'Umar az
Zahrani
5.
'Ubaidullah bin
Abdul Hamid al Hanafi
6.
Hasyim bin al
Qasim
7.
'Utsman bin 'Umar
bin Faris
8.
Sa'id bin 'Amir
adl Dluba'i
9.
Abu 'Ashim
10. 'ubaidullah
bin Musa
11. Abu
al Mughirah al Khaulani
12. Abu
al Mushir al Ghassani
13. Muhammad
bin Yusuf al Firyabi
14. Abu
Nu'aim
15. Khalifah
bin Khayyath
16. Ahmad
bin Hmabal
17. Yahya
bin Ma'in
18. Ali
bin Al Madini
Dan yang lainnya
E. Murid-murid beliau
Sebagaimana
kebiasaan ahlul hadits, ketika mereka mengetahui bahwa seorang alim mengetahui
banyak hadits, maka mereka berbondong-bondong mendatangi alim tersebut, guna
menimba ilmu yang ada pada diri si 'alim. Begitu juga dengan Imam Ad Darimi,
ketika para penuntut ilmu mengetahui kapabaliti dalam bidang hadits yang
dimiliki imam, maka berbondong-bondong penuntut ilmu mendatanginya, diantara
mereka itu adalah;
1.
Imam Muslim bin
Hajaj
2.
Imam Abu Daud
3.
Imam Abu 'Isa At
Tirmidzi
4.
'Abd bin Humaid
5.
Raja` bin Murji
6.
Al Hasan bin Ash
Shabbah al Bazzar
7.
Muhammad bin
Basysyar (Bundar)
8.
Muhammad bin Yahya
9.
Baqi bin Makhlad
10. Abu
Zur'ah
11. Abu
Hatim
12. Shalih
bin Muhammad Jazzarah
13. Ja'far
al Firyabi
14. Muhammad
bin An Nadlr al Jarudi
Dan masih banyak lagi
yang lainnya.
F. Persaksian para ulama terhadap beliau
1.
Imam Ahmad
menuturkan; (Ad Darimi) imam.
2.
Muhammad bin
Basysyar Bundar menuturkan; penghafal dunia ada empat: Abu Zur'ah di ar Ray,
Muslim di an Nasaiburi, Abdullah bin Abdurrahman di Samarqandi dan Muhamad bin
Ismail di Bukhara".
3.
Abu Sa'id al Asyaj
menuturkan; 'Abdullah bin Abdirrahman adalah imam kami.'
4.
Muhammad bin
Abdullah al Makhrami berkata; 'wahai penduduk Khurasan, selagi Abdullah bin
Abdurrahman di tengah-tengah kalian, maka janganlah kalian menyibukkan diri
dengan selain dirinya.'
5.
Raja` bin Murji
menuturkan; 'aku telah melihat Ibnu Hambal, Ishaq bin Rahuyah, Ibnu al Madini
dan Asy Syadzakuni, tetapi aku tidak pernah melihat orang yang lebih hafizh
dari Abdullah.
6.
Abu Hatim berkata;
Muhammad bin Isma'il adalah orang yang paling berilmu yang memasuki Iraq,
Muhammad bin Yahya adalah orang yang paling berilmu yang berada di Khurasan
pada hari ini, Muhammad bin Aslam adalah orang yang paling wara' di antara
mereka, dan Abdullah bin Abdurrahman orang yang paling tsabit diantara mereka.
7.
Ad Daruquthni
menuturkan; ' tsiqatun masyhur.
8.
Muhammad bin
Ibrahim bin Manshur as Sairazi menuturkan; "Abdullah adalah puncak
kecerdasan dan konsistensi beragama, di antara orang yang menjadi teladan dalam
kesantunan, keilmuan, hafalan, ibadah dan zuhud".
G. Hasil karya beliau
1.
Sunan ad Darimi.
2.
Tsulutsiyat (kitab
hadits)
3.
al Jami'
4.
Tafsir
H. Wafatnya beliau
Beliau
meninggal dunia pada hari Kamis bertepatan dengan hari tarwiyyah, 8 Dzulhidjah,
setelah ashar tahun 255 H, dalam usia 75 tahun. Dan dikuburkan keesokan
harinya, Jumat (hari Arafah).
Terima kasih ini sangat membantu saya dlm mengenal para imam perawi kitab hadis 9
BalasHapusIzin nyalin beberapa. Makasih
BalasHapusIZIN COPAS,, JAZAKUMULLAH KHAIRAN KATSIRA..
BalasHapus